Happy Reading!
***
Yang komen, panggil gue Rara aja, ya?
Makasih😆😊**
Sehun berada di depan ruang operasi. Ada Jason dan Suzy di dalamnya. Keduanya sedang meregang nyawa, antara hidup dan mati.
Seharusnya Sehun juga mendapatkan perawatan, karena luka pada pelipisnya yang terus mengeluarkan darah. Dan beberapa Persendian-nya yang ngilu karena benturan.
Namun Sehun menolak keras untuk mendapatkan penanganan. Ia ingin disini, menunggu Jason dan Suzy sampai selesai operasi.
Ibu Suzy sudah Sehun hubungi, dan mungkin akan kemari sebentar lagi.
Sehun hanya dapat pasrah, jika nantinya ia yang akan di salahkan. Karena memang ini semua salahnya. Suzy meregang nyawa di dalam sana, karena dirinya.
Sehun memang tak berguna. Selalu membawa luka bagi orang-orang di sekelilingnya. Ia merasa~ kehadirannya di dunia saja sudah salah.
"Sehun!"
Pria itu menoleh. Tatapan sendu nya bertemu dengan tatapan kacau ibu Suzy. Wajah wanita paruh baya itu basah oleh airmata.
"Bagaimana keadaan putri dan cucuku?" Tanyanya parau, airmata masih enggan berhenti dari pelupuk matanya. Masih terus mengalir dengan derasnya.
Sehun menggeleng pelan. Menunduk, ia menjawab. "Aku tidak tahu. Mereka sedang di ruang operasi,"
PLAK!
Satu tamparan yang menghantam pipinya ia rasakan. Sehun hanya diam, lalu mendongak dengan senyuman pedih. "Ini salahku, Bibi. Kau berhak marah dan memukulku."
Ibu Suzy melengos. Lalu berjalan pergi meninggalkan Sehun, memilih untuk duduk di ruang tunggu. Menangis terisak-isak dan berdoa, semoga putri dan cucunya baik-baik saja.
Tubuh Sehun meluruh ke lantai. Menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Dinding ruangan operasi dua manusia yang sangat berharga untuknya. Ia tertunduk. Membiarkan rasa nyeri pada dadanya yang teramat dalam. Tetesan demi tetesan airmata itu, ia biarkan saja.
**
Chanyeol berlari tergesa di lorong rumah sakit. Kedua orang tuanya menelfon, jika Suzy mengalami kecelakaan.
Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya melayang kemana-mana. Langkah kakinya kian ia pacu lebih cepat. Hingga pandangannya, bertemu dengan sosok ibu mertuanya yang tengah menangis terisak.
Chanyeol menghampiri. Dadanya sesak, nafasnya terengah. "Eomma, bagaimana dengan Suzy?"
Mendongak. Tatapan mereka bertemu, mata sembab itu lama memandang wajah Chanyeol. Sempat berfikir, jika saja Chanyeol tidak pergi meninggalkan Suzy. Mungkin Suzy masih ada di tengah-tengah mereka.
Namun ia menggeleng. Tidak bisa egois. Karena semua itu bukan murni kesalahan Chanyeol. Putrinya pun juga bersalah, karena hamil anak pria lain.
Tidak ada yang harus di salahkan sebenarnya. Karena ini mungkin memang takdir. Namun ia butuh pelampiasan, butuh seseorang untuk menerima luapan emosinya. Jika ia hanya diam pasrah, ibu Suzy tidak bisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [ChanZy/HunZy]
Short StoryMenikah denganmu, hanya luka dan rasa sakit yang aku rasakan...