Chapter Eleven

38 36 1
                                    

Rindy

Hatiku terasa panas. Ini sudah sore. Sudah berapa pelajaran yang kulewati. Entahlah! Aku tidak ingin berfikir sementara ini. Di dalam diamku ini, air mataku terus terjun bebas tanpa permisi. Kekesalanku sudah memuncak pada amel. Dia selalu menggangguku. Mengatakan hal yang tidak-tidak, menuduhku, sekarang saja dia menyiramku dengan air minumnya di depan murid yang ada dikantin. Lalu besok apa lagi?! Aku hanya ingin hidup tenang. Sejak awal aku masuk SMA ini dia selalu menjadikanku bahan olok- olok. Kalau tidak suka padaku jangan begini caranya. Aku tidak tau sisi letak mana yang dia tidak sukai dari diriku ini. Aku lelah menghadapinya. Bertemunya saja sudah bikin aku elus - elus dada. Kalau dia memang suka sama Diky ambil saja Diky! Kenapa aku lagi objek sasarannya. Pikiranku mulai berperang sendiri. Tanganku hanya bisa menyeka air yang turun dari kelopak mataku. Hembusan angin dari arah barat membuatku mulai rileks. Aku menghirup nafas dalam - dalam. Mencoba menenangkan pikiran yang sedang berkecamuk. Lalu aku menghembuskannya agar pikiran-pikiran negatif itu keluar dari otakku.

Arrrghhh. Ada sedikit perasaan lega yang mulai merayapi hati ini.

Klek! Pintu yang ada di belakangku terdengar seperti terbuka. Aku membalikan badan kebelakang. Mulutku sedikit terbuka ketika menemukan Diky yang membuka pintunya. Aku kembali pada posisiku. Dia yang ada di belakangku kurasa kini telah mendekat. Yap! Tepat dia duduk di sampingku. Aku menoleh ke arahnya. Namun aku terciduk ketika dia juga mengarahkan bola mata hitamnya itu kepadaku. Cepat-cepat aku memalingkan wajahku. Aku membuang muka padanya. Dia menoel pipiku. Spontan aku menatapnya dan menepis tangannya.

"Gak usah nangis juga kali" katanya dengan nada yang santai. Bodohnya aku baru sadar kalau aku lupa menyeka air mata terakhirku ini. Langsung aku lap air mata ini. Badan ku semakin lama, semakin kuputar. Sampai aku membelakanginya.

"Lo gak mau pulang apa?" tanyanya. Dan kurasa dia menghadap ke arah ku. Tubuhku tetap lurus membelakanginya. Namun tatapanku langsung beralih ke ponsel. Dan angka yang tertera di ponselku.

03.15 AM

Baru jam segini. Memangnya sudah pada pulang?
Umpatku dalam hati. Lalu aku memberanikan diri untuk membalikan badan ke hadapannya.

"Bo..."

Cup! Keningku yang tak sengaja terpentok di bibirnya. Saat dia ikut menolehkan kepalanya ke arahku. Oh tidaktidak! Ini tidak mungkin! Mana bisa? Kenapa harus menempel sih! Untung kening. Coba saja kalau bibir? Aku sudah tidak habis pikir. Aku terdiam.

"Sory, sory. Kenapa?" katanya membunuh keheningan. Aku hanya menggeleng kepala. Aku pergi sebelum rona di wajahku ini semakin parah. Cepet pergi! jangan sampe nih muka kayak kepiting rebus. Gumamku tidak karuan.

"Duluan ya!" pamitku segera berjalan pergi. Lebih tepatnya lagi berlari. Ah! Ada - ada saja.

"Rindy! Tungguin gua. Guakan dari tadi nyariin lo! Kok lo malah ninggalin gua sih?" kata Diky yang nyaris tidak terdengar. Aku terus berlari sedangkan Diky hanya berjalan santai.

Akhirnya sampai juga aku kesini. Ke toilet. Tunggu. Mungkin ini terdengar tidak baik. Namun setidaknya di sini tidak ada Diky. Aku masih saja gelagapan. Entah apa yang membuatku malu tadi. Aku mulai mengibas - ngibaskan tanganku ke depan wajah. Walau hal yang kulakukan ini sama saja omong kosong. Kutatap wajah ku di cermin. Kuatur pula nafasku. Okey! Rindy. Let's go!

Aku keluar dari toilet. Kulihat tidak ada satu pun yang pulang. Benar dugaanku pasti dia bohong!. Tapi kenapa dia bisa keluar kelas ya?!?. Ah mungkin dia izin. Pikiranku bertanya dan batinku menjawab. Begitu seterusnya. Aku berjalan dilorong dekat kelasku. Namun Zahra teman sekelasku melintas. Loh kok orang pada keluaran gini ya??

"Zah kok pada keluar kelas sih? Gurunya mana?" tanya ku pelan sambil memegang pergelangan tangan Zahra.

"Gurunya gak masuk. Gak tau kenapa. Jadinya freeclass deh" katanya cukup singkat. Namun membuatku cukup ternganga. Dia melepaskan tanganku yang melilit tangannya. Lalu melanjutkan jalannya.

Oh ternyata freeclass!!! Pantes Diky keluar kelas nyariin aku. Segala bohong lagi! Kan jadinya... Ah... Udah aku gak pengen ngebahasnya lagi.

Huft...

Ku hembuskan kembali nafas beratku. Kini aku telah menginjakan kaki di kelasku dan sialnya sudah ada lelaki pembohong itu. Sebut saja dia sekarang 'The Liar Boy'. Kuberanikan diriku melangkah ke arahnya. Aku duduk di telah sampingnya. Dan pasti dalam keadaan membelakanginya. Aku menatap ponselku lagi. Meminta kepastian akan waktu. Dan waktu di ponselku menunjukan jam.

03.45 AM

Lima belas menit lagi pulang. Itu waktu yang cukup singkat. Tidak tidak itu bukan lagi waktu yang cukup singkat dalam keadaan seperti ini. Aduh aku harus apa selama itu? Kurasakan Diky yang sedang melongok - longok kepalanya ke arahku.

"Rin..." panggilnya membuat jantung ini semakin loncat - loncatan tak terkendali.




Hanya Untukku #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang