Chapter Two

87 66 36
                                    

Diky

Sekolah baru, Lembaran baru [Achiara High School]

"Ayah jangan cepet - cepet jalannya" gerutuku yang berjalan gontai turun dari mobil yang ku naiki.

"Ayah ada meeting hari ini, jadi kita harus cepet ke ruang kepala sekolah" jawabnya tanpa menengok kearahku sedikit pun. Sebegitu pentingnyakah pekerjaannya? Sampai aku selalu merasa sama seperti anak jalanan. Ya sama, Sama - sama tidak dipedulikan oleh orang tuanya atau bisa dibilang Terlantar.

***

"Akhirnya sampai juga" katanya. Ruangan kepala sekolahnya cukup jauh dari parkiran mobil tadi ditambah ayah yang terlalu terburu cukup membuatku geram pagi ini.

"Oh ada pak Rizki. Ini anak yang bapak daftarin kesekolah ini?" sambut leleki yang lumayan berumur.

"Iya ini anak saya namanya Diky" balas ayah.

"Ayo Diky ikut bapak"

Lelaki itu pun mengantarkanku ke kelas yang didepannya bertuliskan XI Fisika.

***

"Bu Netra saya minta waktunya sebentar ya" ucapnya.

"Baik" jawab bu Netra singkat.

"Anak - anak kita kedatangan murid baru dari jakarta. Ayo kenalin dirimu" perintahnya yang tak lama aku pun menurutinya.

"Nama saya diky syahputra, pindahan dari sekolah teracia. Harap bisa berteman baik dengan kalian" kataku yang cukup singkat karna hati gusarku masih bergeming. Namun walau singkat suasana kelas bisa menjadi sangat ramai sekarang.

"Woi kita kedatengan cogan dari Jakartaaa" kata salah satu perempuan di bangku belakang. Dan sahutan yang lainnya pun ikut menggema ditelingaku.

"Aduh cogan nyasar!!!"

"Oh mai babi hani"

"Nama instagram dong"

"Linenya apa nih"

"Boleh dong WA"

"Loh kok lo genit banget sih sama dia?!?" kata salah satu cowok dengan nada ngeng dari arah samping kepada salah satu cewek yang duduknya tak berjarak jauh darinya. Sepertinya mereka sepasang kekasih.

"Terserah gue dong hidup juga hidup gue" kata cewek itu dengan nada yang tak terkalahkan.

"Oh jadi lu gitu sekarang" cowok itu berjalan maju menuju cewek tersebut. Tapi langkahnya terhentikan karna badannya ditahan oleh kedua temannya.

"Awas lu! Gw putusin juga lu nangis..." ancam cowok itu.

"Sudah - sudah kok jadi ribut gini" kata pak kepala sekolah yang aku tak tau namanya siapa.

"Yaudah bapak permisi dulu" laki - laki itu pun keluar dari kelas, sedangkan guru permpuan itu hanya diam melihat suasana kelas dari tadi.

"Oh kamu duduk dibangku belakang. Deket rindy" suruhnya sambil menunjuk satu gadis yang tediam di belakang sana.

Aku pun berjalan sesuai dengan perintahnya.

***

Kring...
Bel istirahat berbunyi

"Eh anak baru mau kekantin bareng gue gak?" kata seorang gadis yang mengenakan nametag bernama 'Maria Tifara'.

"Temenin gue makan kuy" kata seorang gadis lainnya. Aku hanya membuang wajah ku tanpa mau memerhatikannya.

"Mau ke kantin bareng gue gak?" ajakku ke gadis yang duduk disampingku yang kalo gak salah namanya Rindy. Kalo salah ya gak papa sih

Dia cuma ngelirik dah ngangguk - anggukkan kepalanya.

Aku pun berjalan kekantin bersamanya.

"Kok malah sama Rindy sih"

"Apa - apaan sih tuh cowok mau - maunya sama Rindy" celotehan cewek - cewek yang masih terdengar maskipun aku sudah melangkah cukup jauh.

Hari semakin petang tapi ayah belum jemput. Rindy tiba - tiba berada disampingku.

"Nunggu apa" katanya polos tanpa ekspresi.

"Em lu pulang sama siapa?" tanya ku balik berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Jalan kaki" jawabnya dengan singkat

Aku hanya membalas gumaman yang mungkin masih terdengar olehnya.

"Mau langsung pulang" kutanya lagi

Dia menggelengkan kepalanya.

"Mau ke cafe dulu" lanjutnya.

"Mau ngapain?"

"Gue kerja paruh waktu disana"jelasnya dengan santai.

***

"Diky maaf ya ayah gak bisa jemput kamu, tadi ayah banyak kerjaan"

"Sibuk banyak kerjaan tau ketemu tante alika?" balasanku ketus.

Secepat kilat tamparannya melesat ke arah wajahku.

PLAK!!!

"Ayah sudah bilang kalau tante alika itu bakal jadi calon ibu kamu" suaranya yang lantang bergemuruh ditelingaku tak hanya itu bahkan hatiku saat ini telah terombang ambing masa laluku yang cukup kelam.

"Ayah tak pernah mengajarkanmu sebagai anak yang tak sopan seperti ini" baru selesai dia mengatakannya emosiku telah meledah duluan.

"Ayah memang tak pernah mengajarkannya tetapi ayah yang membuatku menjadi anak yang tidak sopan"

Sekali lagi tamparan yang sama, oleh orang yang sama, melayang ketempat yang sama. Ragaku kini telah tumbang hatiku hancur otakku kini terngiang - ngiang oleh masa lalu yang buruk membuatku hanya pasrah oleh keadaan.

"Jangan mengatakan suatu perkataan yang buruk lagi tentang tante alika" perkataan serta perbuatannya yang sukses membuatku bagai orang yang tak memiliki apa - apa lagi.

Toh memang itu faktanya, pada hakikatnya itu telah terjadi pada diriku.

Menceraikan ibuku dan mencari wanita lain.

***

Aku membuka mataku perlahan demi perlahan karna silau mentari yang ingin menyerangku dibalik tirai.

Klek.

Kubuka pintu kamarku seranya mengucek mataku untuk memfokuskannya.

Seperti biasa pemandangan yang kulihat tah lain dan tak bukan adalah keheningan yang selalu menemaniku dari dulu. kesepian yang menghantuiku, tiada keluarga yang melindungiku.

Padahal pagi hari adalah waktu termanis untuk berkumpul dengan keluarga.

Tetapi tidak dengan diriku, aku hanya ingin hidup bahagia! Kenapa terasa sangat susah?.

Terlintas sudah diotakku memori yang sangat menakutkan karna disaat ini tepat di tempat ini.

Ayah bertengkar dengan ibuku dan mereka memutuskan untuk bercerai. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak sama sekali merasa bersalah pada diriku.

Mereka semua tidak ada yang menyadari bahwa disaat itu aku ada, aku ada! Aku tidak lagi tidur ayah, ibu!.

Mungkin sejak itu aku menjadi lebih tertutup karna saat dimana ayah mencaci maki ibu dan ibu malah membalas dengan caci maki yang tak kalah menyakitkan itu selalu terulang - ulang dalam benakku.

Dan waktu ayah telah resmi bercerai dengan ibu diwaktu itu jugalah aku sangat membenci ayahku.
Karna mereka hanya menganggapku sebagai boneka yang bisa berada ditangan siapa saja.



Hanya Untukku #Wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang