👇👇👇
"Lo!"
"Belum pulang?" aruna mencebikkan bibirnya udah tau belum pulang malah tanya lagi, rutuk aruna dalam hati
"Kenapa?" tanya pria itu lagi
"Hujan!" balas aruna tak kalah singkat dan dingin
" pulang bareng!" aruna melirik sinis kearah pria itu, kata-katanya seakan memerintah tanpa ada penolakan sama sekali
"Makasih! Gak perlu repot-repot, gue bisa pulang sendiri!"
Aruna beranjak dari tempat duduknya, kaki jenjangnya melangkah menerobos rintikan hujan, baru beberapa langkah tapi tangannya di cekal oleh pria itu
"Jangan nekat! Nant-"
" Jangan pernah bersikap seolah-olah lo peduli! Kalo nyatanya engga!" sinis aruna
Daniel diam"Bersikaplah seperti kita tidak pernah saling mengenal! Itu lebih baik!" aruna pergi meninggalkan daniel yang diam dengan wajah datarnya. Daniel menatap punggung kecil aruna masih dengan raut wajah datar tapi matanya menyiratkan sesuatu yang hanya ia dan tuhan yang tahu
****
Aruna membuka pintu rumah tanpa mengucapkan salam, raut wajahnya datar dan dingin, dengan seragam basah kuyup dan wajah yang pucat. Aruna menghiraukan empat pasang mata yang tengah memperhatikan nya di ruangan keluarga, dia tidak peduli pada dua orang itu, bahkan dia sangat benci!
"Dari mana aja kamu? Kenapa baju kamu basah?" tanya seorang pria paruh baya
Aruna menghentikan langkah nya kemudian menatap dua orang di belakangnya dengan malas
"Ya dari sekolah lah! Ya kalo kering namanya bukan kehujanan" balas aruna acuh lalu melangkah kembali
"Apa itu cara kamu bersikap kepada papah kamu sendiri ARUNA SACHI KAYANA!" ucap pria paruh baya itu dengan suara meninggi, yang tak lain adalah ayah aruna, arya
"Upss! Maaf! Bahkan saya udah lupa kalo saya masih punya papah!" balas aruna dengan wajah di buat semenyesal mungkin
"ARUNA KAM-"
" Udah pah jangan marah-marah kendalikan amarah kamu oke! Jangan mudah terpancing!" sahut irene mengingatkan
"Aruna! Lain kali jaga ucapan kamu!" ucap irene
"Lain kali jangan suka cari muka! Gak cukup apa punya muka satu! Dasar muka dua" balas aruna sinis
"ARUNA-"
"Hoammmsssss aku ngantuk liat drama tante konda! Lagian aku juga kedinginan! Gimana gak dingin coba papah aku yang hangat udah mati hahaha" aruna menaiki anak tangga rumahnya dengan tawa menggelegar. Yah dia sedang menertawakan hidupnya sendiri, miris bukan?
Ucapan aruna berhasil menohok hati arya sedangkan irene menatap benci dan marah kearah aruna.
Selesai membersihkan badannya aruna memakai baju santai seperti biasa, baju crop hitam panjang dan celana jins pendek. Kepalanya pening karna hujan-hujanan badannya juga sedikit menghangat sepertinya dia akan flu. Aruna mencari obat flu di lemarinya tapi sepertinya stok obatnya sudah habis, dia harus membeli di apotek depan komplek,perutnya juga sedikit lapar sekalian beli ayam penyet pikirnya. Dia segera bergegas membawa hp dan beberapa lembar uang ratusan ribu lalu turun dari kamarnya.