Jahe

21 3 0
                                    

Author pov~

     Hari mulai petang. Suara murid yang biasanya mengobrol terasa bising kini terasa begitu santai di dengar. Bel terakhir akhirnya berbunyi dan semua murid tentu saja berlomba-lomba untuk keluar gerbang, kecuali yang masih sibuk dengan misinya di sekolah.

     Hanya Disha dan Silva yang masih berada di kelas 12-2. Disha masih membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja. Begitu lama sampai-sampai Silva kesal menunggunya.

     "Oh, please deh, Sha lama banget." Silva yang semakin kesal berjalan ke arah pintu.

     "Aku balik duluan deh." Lanjutnya sambil mengerutkan kening lalu pergi.

     Disha belum sempat bicara pada Silva, dia hanya menggeleng heran mengapa Silva aneh hari ini.

     Disha menggendong tasnya tetapi kemudian kepalanya sangat begitu pusing saat akan keluar dari pintu. Entah apa yang dirasakannya saat ini sangat aneh, tidak biasanya seorang Disha yang lebih kuat dari pria itu merasakan sakit yang benar benar sakit.

     Brukk!!!

Disha pov~

     Gelap. Aku tak melihat apapun. Tunggu. Ada yang memanggilku.

     "Disha, bangun."

     Setitik cahaya yang terus melebar mulai terlihat. Aku terbangun. Wajahnya masih samar-samar kulihat.

     "Mama?"

     "Oh, Syukurlah kamu udah bangun, Disha."

     Entahlah aku bingung, mengapa aku bisa langsung berada di rumah. Sepertinya dengan keadaanku sekarang aku tidak bisa bertanya apa yang terjadi.
    
     Mama keluar dari kamarku, aku terus melihatnya sampai dia tak terlihat dari pandanganku. Dia berbicara sesuatu tadi, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

     Tak beberapa lama kemudian seorang pria datang ke kamarku dengan keadaan yang basah kuyup.

     "Disha, kamu udah bangun? Aku baru saja membuatkan air jahe hangat buat kamu." ucapnya langsung duduk di samping tempat tidurku.

     "Lu? Lu yang tadi siang gue tendang kan?" Aku langsung duduk mencoba melihat jelas wajahnya.

     Pria yang berada di hadapanku ini hanya mengangguk dan tersenyum. Manis sekali. Kulihat di sudut kiri bibirnya sedikit memar dan membuat wajahnya yang sempurna kurang 1%. Jangan-jangan luka itu karena perbuatanku siang tadi. Aku sungguh merasa bersalah.

     Aku menunduk karena malu, tetapi dia mengangkat daguku dengan tangan kanannya dan membuat diriku jelas melihat wajahnya.

     "Jangan dipikirin, sekarang minum dulu nih biar sembuh." Dia memberikan segelas air jahe hangat kepadaku.

     Mataku masih tetap fokus pada wajahnya. Rambutnya yang basah semakin menarikku untuk tetap melihatnya.

     "Sebenarnya aku gak suka jahe, tapi karena aku merasa bersalah sama kamu ya udah aku minum, deh." Aku meminum air jahe itu sambil menahan napas dan memejamkan sebelah mataku.

     "Pfffttt.. Hahaha, aku seneng banget deh kamu bilangnya aku-kamu."

     Byuarrr!!!

     Mendengar dia berbicara begitu, tak sengaja ku sembur kan air jahe yang berada di dalam mulutku ke wajahnya dan akupun terbatuk. Disaat yang sama dia seketika tak bergerak seperti patung yang menangis.

     "Aduh! Maaf, yah jadi makin basah deh. Ditambah bau jahe." Aku mengerucutkan bibirku.

     Dia sama sekali tidak marah, hanya mengelap wajahnya dengan kedua tangannya.

     "Masuk ke hidung deh kayaknya, pedes soalnya." ucapnya datar.

     "Ya.. Ya, maaf. Lagipula Lu pake ngomong kaya gitu, Gue kan jadi sensi nih. Udahlah Gue males, Gue pengen keluar."

     Aku mendorongnya agar aku bisa berdiri. Saat berdiri dan hendak berjalan aku terdiam. Lah, ini cowok kok diem aja si aku pergi? Tahan kek gitu tangannya. Bodo ah. Aku langsung keluar kamar dan ingin mengomeli Mama mengapa pria ini bisa berada di kamarku. Aku tak mengenalnya walaupun sering melihatnya di sekolah.


See ya guys!!!
Enjoy

You Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang