e ; accepted

113 8 1
                                    


Kau dimana?

[]

Langkahnya terus bertambah saat melihat kelompok di sebrang sana, berlari.

Lengan kirinya ia gunakan untuk menyangga kamera bagian bawah, sedang lengannya yang lain menyeret kursi yang berguna untuk membantunya mendapat angel foto yang tepat.

"Noona, sudah mendapatkannya?" Tanya seorang lelaki disela-sela napas terengahnya, Park Yoo Jin.

Lawannya menggelengkan kepala, guna menjawab pertanyaannya. "Keep going! Kau akan tertinggal"

Perlu diketahui, saat ini setelah beberapa bulan schedule mereka tidak diketahui, mereka kembali secara tiba-tiba. Beberapa Fansite memang mempunyai relasi untuk tau mengenai beberapa informasi tersebut, termasuk Yein.

"God! Apa Jimin berlibur untuk gym? Mengapa langkahnya membesar sepulang dari sana..?" Ucapnya terengah, sembari menumpu massa tubuhnya di tumit miliknya.

Pagi ini Yein, Soeun, dan YooJin.


Menghisap aroma kopi yang baru saja ia pesan, tersenyum melihat hasil yang ia dapat. "Gila! Bagaimana bisa banyak fansite yang mengetahui private schedule mereka?"

Yoo Jin terkekeh, "Ya, seperti yang noona ketahui. Sasaeng memang selalu menjualnya demi uang"

Jika bisa dirangkum, sepulang dari bandara mereka beristirahat di kedai dekat halte. Walau sebentar, saat-saat seperti inilah yang sangat menyenangkan. Sebelum malam harinya mereka dihimpit oleh keharusan mengedit dan merekap foto yang seharusnya disimpan untuk keperluan photobook akhir tahun, atau disebarkan untuk keperluan akun twitter fansite milik mereka sendiri.

"Yoo jin, bukannya kau harus ke percetakan untuk mengirim foto postcard?" Soeun bertanya, seperti sudah seharusnya mengingatkan yang pelupa.

Yoo Jin, mahasiswa baru di jurusan manajemen bisnis dari universitas kelas menengah di Seoul. Yoo Jin bukan fansite dari anggota BTS, hanya ingin ikut melihat bagaimana hecticnya fansite BTS, katanya.

Yoo Jin bangkit sembari mengambil tali dari tasnya, "Ah, benar! Aku harus pergi, nanti ajarkan aku cara mengatur skin tone ya noona!"


Masih ingat saat Park Yein mengirimkan email pendaftaran untuk menjadi fotografer brand PUMA? Tepat hari ini, saatnya ia mengikuti tes wawancara. Park Yein lolos hingga tahap ini, menerima notifikasi dari brand tersebut saat sedang memindahkan file dari kamera, terkejut melihat kata "kau diterima" lalu semua filenya menghilang karna salah pijit.

Park Yein bukan orang yang terlalu menomor satukan fashion dalam hidupnya, alhasil pada saat seperti ini dirinya kebingungan tentang apa yang harus dipakainya. Untungnya, Soeun yang sangat up-to-date bisa diandalkan untuk mendekorasi penampilan Park Yein.

Tersenyum saat ditanya, "Pengalaman apa yang anda punya dibidang fotografi?" Park Yein menjawab dengan pasti. Menunjukan semua foto yang menurutnya cukup untuk membuat pihak brand tersebut takjub, lalu merendah diakhir. Persis seperti yang diajarkan buku yang semalam sebelumnya ia baca, buku tentang wawancara.

Pikiran Yein mungkin sudah terbang saat lawan bicaranya meminta Yein datang satu minggu lagi untuk mendatangi rapat agar Yein tau divisi mana yang akan dia duduki, pekerjaan pertama yang ia dapat dari hobby kesukaannya.

Park Yein tidak pulang untuk tersenyum sepanjang malam, melainkan pergi ke tempat tertinggi yang ada di Seoul dengan membawa kopi hangat ditangan kanannya. Dunianya bergembira, tapi hatinya terluka mengingat dalam tentang, "Saat bahagia saja, tidak ada yang memelukku" Park Yein tetaplah ia, kesepian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meine Augen ; pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang