Hei Kamu

104 6 2
                                    

"Alfann" terdengar suara bunda memanggilku.

"Iya bun, kenapa ceunah?" jawabku meledek bunda.

"Bangun, nanti terlambat" ujar bunda dengan menarik selimutku.

"Iyaa bun" kataku dan langsung mengambil handuk. Aku langsung bergegas untuk mandi dan sikat gigi, aku basuh wajahku dan menatap diriku depan cermin sembari berkata:

"Semoga aku tidak bertemu dengan Sandra hari ini" ujarku karena malu belum jua mendapatkan balasan dari Sandra.

Selesai dengan menatap cermin, aku langsung bergegas memakai seragam dan menuju meja makan untuk sarapan bersama ayah dan bunda. Selesai sarapan aku langsung bergegas menuju sekolah.

"Alfan pamit dulu yah, bun. Assalamu'alaikum" ucapku.

"Waalaikumsalam"

Aku berjalan menuju halte, menunggu angkot, saat angkot menghampiri aku langsung naik kedalam dan duduk dipaling pojok. Bukan angkot namanya kalau belum ngetem dan menuhin setiap kursi, dan aku tak peduli dengan orang-orang yang naik, tapi ada seorang yang berlari mengejar angkotnya yang siap untuk melanjutkan perjalanan. Saat sampai depan pintu angkot naiklah dia dan duduk bersebelahan denganku. Ya Tuhan, kenapa harus berdampingan.

"Sandra, masih inget gak?" memecahkan keheningan yang terjadi padahal sedang terjadi tsunami dalam hatiku.

"Ehh iya kak masih, yang nabrak aku depan TU kan" jawabnya dengan sedikit tertawa kecil. Oh Tuhan, kenapa ia tertawa seperti itu, manis sekali ya Tuhan.

"Ehh iyaa maaf yaa kejadian itu" ucapku.

"Iyaa kak gapapa, lagian aku juga salah bawa bukunya banyak" jawabnya.

"Ekhmmm... Follback facebook aku dong" ceplosku dan langsung menunduk karena tak berani untuk menatapnya, pasti ia merasakan keanehan pada diriku. Baru kenal sudah minta follback facebook. Tapi mau gimana lagi? Tak ada cara lain yang dapat ku perbuat.

"Kenapa kak?" tanyanya yang membuat aku menjadi malu sendiri dan lega karena dia tidak mendengarnya.

"Hari ini ada pelajaran apa aja?" tanyaku mengalihkan perhatian.

"Oh, Pa Sulaiman kak" jawabnya.

Suasana langsung kembali menjadi hening. Dia yang sibuk dengan buku matematika yang dibacanya sedangkan aku sibuk dengan hatiku yang tak karuan dibuatnya dan sesekali aku menatapnya yang sedang membaca, "Bisakah aku memilikimu?" ucapku dalam hati.

---

Sesampainya aku di sekolah, aku langsung bergegas menuju ke ruang kelasku dengan hati yang tak karuan. Tidak ada yang bisa ku lakukan selain membayangkan kejadian di angkot tadi. Aku mengobrol dengannya? Uwah, Daebak! Tak ku sangka aku berani mengajaknya mengobrol walau tak berani membalas tatapan matanya. Saat aku sedang asik membayangkan, datanglah pengrusak bayanganku.

"Doorr" tepuk Melati dari belakang.

"Lagi melamun aja nih? Mikirin siapa sih?" timpal Rayi.

"Apasih kalian, gua gak lagi mikirin Sandra" ucapku dengan lepas yang membuat aku kaget sendiri.

"Yang bilang lu melamunin sandra siapa Fan? Wkwk" ujar Helmi dan membuat mereka menjadi menertawaiku, sial sekali pagi ini. Kenapa aku harus keceplosan seperti tadi sih, alamat aku akan menjadi bahan bullyan baru selama 1 minggu nih. Uwalahhh!!!

--tetew-- suara notifikasi handphoneku bunyi. Saat aku lihat, pesan facebook dari Sandra, ia membalas pesan facebookku. Karena aku tak ingin menjadi bahan bullyan 2 minggu, aku langsung bergegas untuk ke kamar mandi.

"Mau kemana lu Fan?" tanya Restu.

"Kamar Mandii tu" jawabku dan langsung meninggalkan mereka.

"Si Alfan kalau lagi jatuh cinta suka begituu yaa" celoteh Rayi.

"Alah, lu juga samanyaa yi yii" jawab Melati.

"Ya iya sih hehe, yaudah kita lanjutin ngerjain tugasnya Pa Make Up ajaa" ujar Rayi.

"Pa Make Up?" tanya Helmi kebingungan.

"Iya Pa Make Up, Pa Dandan" ujar Rayi polos.

"PA DADAN" teriak semuanya karena merasa kesal dengan Rayi.

----

Facebook

Alfan Fadillah : Hai San, Add back yaa.

Sandra Rachmadian Dewi : Hai kak, Iya kak :)

Aaahh, rasanya hatiku sudah tak kuasa menahan gejolak rasa yang bertumpah-tumpahan. Aku merasa hari itu adalah hari kebahagiaanku karena bisa mengobrol dengan Sandra dan mendapat notifikasi yang sangat membuatku kegirangan tak karuan. Huft Sandra mengapa harus ada emot senyum itu, walau hanya sebuah emoticon aku selalu membayangkan itu adalah dirimu yang sedang tersenyum dan senyummu itu hanya untukku. Bagaimana bisa kau melakukan ini, sepertinya kau harus bertanggung jawab karena telah membuat aku makin mencintaimu, Sandra Rachmadian Dewi.

******

Note :

Kritik dan saran diperlukan demi kelancaran dan keberlangsungan kepenulisan maupun penulis

Don't copy my story!

Jangan lupa votenya❤️

LUKA (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang