#8

23 10 2
                                    

I’ll be there
always in your heart
When things get hard
Let’s be together even more,
my girl

svt - lean on me

"harabeoji.." mingyu terdengar memanggil kakeknya tetapi hampir berbisik, aku yang berada di sebelahnya pun hanya mendengar samar-samar.

matanya menitikkan air mata.

"siapa kamu?" tanya kakeknya lagi.

"ehm, itu kim mingyu. saudara kita," ucap seorang wanita yang baru saja muncul.

tunggu, jadi itu kakeknya apa bkn sih ko ga ngenalin gt?? gue mulai kepo sndiri.

"annyeonghaseyo," sapa mingyu pada kakeknya dengan senyum sendu. disusul oleh sapaku.

time skip.

sekarang aku dan mingyu; sedang menikmati udara senja dan suasana jalan raya di kota Anyang.

aku masih belum terlalu ngerti kenapa kakeknya tidak mengingat mingyu sebagai cucunya, dan mingyu harus berpura-pura sebagai hanya saudara jauh selama mereka mengobrol.

aku pengen banget nanyain tentang dia, tapi merasa tidak sopan menanyai cerita keluarganya. lagipula kita baru kenal beberapa hari.

"setahun yang lalu, kakek kena suatu penyakit" mingyu memecah keheningan.

"gue lupa penyakit apa, yang jelas ia sampe tinggal dirumah sakit berminggu-minggu" lanjutnya. "selama itu, gue sibuk sama sekolah sampe stress dan gara-gara itu, gue dengan bodohnya jd gak mau jenguk kakek sekalipun."

aku menoleh ke cowok yang berada disamping gue dan hanya menatap dalam diam. bermaksud menunggunya untuk melanjutkan bercerita.

"semua saudara-saudara gue jenguk kakek karna pada khawatir banget, kecuali gue." mingyu yang tadinya menatap langit, sekarang menatap aspal jalan raya. "terus, pas kakek sembuh, itu pas hari diumumin nilai hasil ujian, dan gue dapet nilai plg bagus. gue jadi seneng bgt... sampe seneng melebihi seneng liat seungkwan jatoh ke got"

"jahat bat lo astajim tmn baek gue dibawa-bawa" potongku. ia hanya terkekeh.

"pokoknya rasanya waktu itu kayak hari terbaik selama masa sekolah gue, karna saat itu gue paling berusaha keras belajar" lanjutnya.

"abis itu, eomma ngajak gue ketemu kakek dan kita berangkat jauh-jauh buat nemuin kakek," ia terlihat sendu kembali, "tapi apa?.. sesampainya disini, gue gak dikenali dia. gue gak diterima.gak dipercaya sama sekali.gak di anggap sama sekali, sama kakek gue sendiri."

terlihat matanya yang seperti berkaca-kaca, tetapi bibirnya tersenyum tipis.

baru kali ini aku melihat seorang mingyu yang selalu jahil dan ceria, kini sangat rapuh. walaupun ia sekarang sedang berusaha mengembangkan senyumnya. tapi aku bisa merasakan keperihan hatinya sekarang. padahal kan bukan hati gue juga..??

gue gak mau liat dia nangis. kok jadi ikutan sedih ya :( apa gue hrs mengalihkan topik pembicaraan?? tolong gue kan gak bisa nanggepin ginian huehu, help

"hm.. tapi bersyukurlah kakek lo masih bisa sembuh walaupun kenyataannya jadi gini, lo mau gak mau harus terima." aku berusaha menjawabnya, "dan lo hebat bgt, gue kagum" lalu tersenyum, mengharapkan mingyu tidak larut lagi dalam kesedihannya.

"kagum kenapa?" tanyanya.

"kagum aja, lo bisa kuat tahan ini semua dan tetep sayang kakek lo. gue tau pasti lo pengen banget peluk kakek lo dan menghabiskan waktu bersama layaknya antara seorang kakek dan cucu?" it must be really hard for him.. pikirku.

"haha.. iya laah, keren kan gue" mingyu berusaha memberi senyumannya padaku sambil mengacak-acak rambutku dengan sedikit lebih halus dari biasanya.

"mulai deh tangannya" ucapku ketus.

"maap-maap wkwk gue cuman memastikan kalo lo orang beneran. siapa tau lo makhluk lain yang lg nyamar trs kalo disentuh bisa nembus.. "

"ya emg hrs bgt ngacak-ngacak rambut orang apa buat mastiinnya?"

"ya daripada tiba-tiba gue peluk, ntar lo kaget" ia terkekeh. aku bingung mau jawab apa, lalu kembali menatap jalanan. jgn salting yeon, jgn salting yeon. act normal,  act normal. namun yang kulakukan malah merapihi rambutku yang sudah rapih dan memegangi pipiku seraya melirik ke segala arah.

terdengar gelak tawa mingyu.

"apaansih lo tawa-tawa?" tanyaku dengan spontan.

"HAHAH, abis lo kayak salting gitu, lucu tau ga" ia masih senyum-senyum menahan tawa.

tadinya aku ingin kesal dan berdebat dengannya, tapi tidak jadi setelah menyadari senyumnya yang kini merekah kembali. aku pun membiarkannya menertawaiku.

"btw lo knp tiba-tiba ceritain ini ke gue?" tanyaku dengan pandangan yang masih terpaku pada berbagai kendaraan yang lewat pada jalan raya.

"..karna gue pengen. emg gaboleh?"

"eh.. boleh sih, tapi.. gue kira lo blm nyaman aja sama gue." jawabku ragu.

Mingyu pov

siyeon bodoh.

kalo gue gak nyaman sama dia, kenapa gue terus-terusan disamping dia?  kenapa bisa deket sama dia? kenapa gue rasanya peduli banget sama dia?

gue juga baru sadar selama ini, tapi gue masih tetep gak paham juga sama perasaan gue sendiri..

i guess i'm the foolish one now,

time skip.

setelah selesai makan dan kembali menikmati suasana udara luar,

gue melihat jam dan menyadari kalo sekarang udah jam 9.50 p.m.

"SEPULUH MENIT LAGI JAM SEPULUH ANJIR YEON" gue sontak nyaris berteriak.

"HAH SERIUSAN?"

"BENERAN YAKALI GUE BOONG"

"KOK LO BARU NYADAR SEKARANG SIH UDH MAU JAM 10 GELA"

kami langsung ke dalam dan menemui tante gue yang sedang sibuk dengan surat-surat dihadapannya, namun perhatiannya langsung teralih pada siyeon dan gue.

"kalian kenapa?" tanya tante heeyeon.

"sepuluh menit lagi.. kereta pulang kita udah jalan.. " jawab gue pasrah.

kami semua seketika cemas dan panik.

siyeon sibuk mencoba menghubungi wonwoo, tetapi setelah berkali-kali dicoba telfon, tidak kunjung diterima.

sekarang semuanya pasrah, dan 2 menit lagi jam akan menunjukkan jam 10 malam.
























"hm.. yaudah, gimana kalo kalian nginep disini dulu aja? besok pagi baru pesen tiket lagi buat pulang." usul tante heeyeon akhirnya.

gue menerimanya dengan senang hati. sedangkan siyeon terlihat gelisah.

🌹

Serenity // k.m.gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang