§ 1 §

4.2K 307 11
                                    

Aku menenggelamkan wajah di lipatan tanganku. Memejamkan mata, lalu fokus ke musik yang kuputar dengan volume keras untuk meredam suara teman-teman sekelasku yang sangat berisik.

Ujian semester sudah berlalu, namun tetap saja kami diminta untuk datang ke sekolah demi menyelenggarakan festival akhir semester. Semacam classmeeting. Akan ada lomba sport, namun yang lebih diutamakan adalah lomba dan pentas musik, karena ini adalah art school.

Kalian pasti sudah bisa menebak sekolah apa ini jika aku bilang sekarang aku tengah mengenakan almamater kuning.

Yap, SOPA.

Faktanya aku tidak menyukai warna kuning, namun seluruh pakaian ini didominasi oleh kuning. Sungguh ironis.

Anak-anak di kelas sedang heboh menentukan siapa yang akan ikut lomba untuk mewakilkan kelas.

Jujur, aku tipe orang yang sangat malas dan lebih memilih untuk tidur daripada mengikuti lomba semacam itu.

Lagipula, tidak akan ada yang memilihku. Aku tidak terlalu akrab dengan anak-anak kelas, karena sepulang sekolah aku biasanya langsung pergi ke gedung agensi untuk latihan. Beberapa anak juga sepertiku, namun mereka adalah tipe orang supel dan ramah sehingga mudah akrab dengan siapa saja, berbeda denganku yang sangat pemalu dan susah berteman.

Bahkan aku pernah mendengar desas-desus tentangku yang sangat dingin dan tak tersentuh.

Ayolah, aku cuma sulit untuk akrab dan menyesuaikan diri. Kalau kalian mengenalku lebih dalam, aku bisa jadi orang yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari orang dingin dan tak tersentuh seperti yang kalian bilang.

"Rissa?"

Aku merasakan earphone- ku jatuh dari telinga dan mendengar seseorang memanggil namaku.

Aku mendongak, melihat semua orang yang sedang menatapku.

"Wae?" tanyaku pelan.

"Aku bertanya padamu apakah kau bersedia mewakili kelas kita untuk ikut perlombaan solo dance minggu depan?"

Aku terdiam setelah ketua kelas memintaku untuk mengikuti lomba. Aku? Apa tidak salah?

"Kenapa?"

"Huh?"

"Kenapa aku?"

"Ehm ... begini, tidak ada lagi anggota kelas kita yang mau. Kebanyakan dari mereka sudah menargetkan lomba masing-masing, begitu juga aku. Jadi bagaimana?"

"Ah, maaf. Tapi aku juga tidak bisa," jawabku cepat.

Aku refleks menjawab seperti itu karena alasan yang diutarakannya. Bukan jawaban itu yang kuharapkan. Kukira ia akan mengatakan sesuatu seperti pujian. Mengatakan bahwa tarianku cukup bagus dan semacamnya. Tapi jawaban itu sedikit menurunkan tingkat percaya diriku.

Apalagi aku habis ditendang keluar dari agensi. Rasanya aku ingin tenggelam saja di rawa-rawa.

Mungkin memang untuk sementara aku akan beristirahat dari tarian dan nyanyian selagi libur akhir semester sudah di depan mata.

Aku berdiri dari bangku sambil menunduk, lalu berjalan melewati mereka yang masih saja menatapku hingga tubuhku tidak terlihat lagi dibalik pintu.

Apa memang tarianku sejelek itu, ya?

Argh! Ini seperti bukan diriku. Seorang Rissa biasanya tidak akan merasa sefrustasi ini.

Kakiku melangkah tak tentu arah, hingga membawaku ke rooftop. Tempat tersepi di sekolah ini. Tempat yang sekarang sedang kubutuhkan.

Trainee : The TalentenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang