§ 2 §

3.5K 300 9
                                    

Jalan kaki ke stasiun, naik kereta, lalu jalan kaki lagi. Setiap hari aku melakukannya sendirian saat pergi dan pulang sekolah. Itu cukup melelahkan, namun satu-satunya cara untuk menuju sekolah dan pulang ke rumah ya dengan cara itu.

Aku tidak punya kendaraan seperti mobil atau motor. Minta dijemput pun dengan siapa? Aku tinggal sendirian di Seoul. Di flat sederhana yang menurutku sudah cukup bagiku yang sendirian.

Aku melewati kafe-kafe yang menyebarkan harum masakan yang membuat perutku berbunyi di tengah keramaian. Untung lah tidak terdengar.

Aku menelan saliva saat melihat melalui kaca besar orang-orang di dalam sana memakan hidangan dengan nikmatnya. Namun yang membuatku semakin iri adalah, mereka menikmatinya bersama teman dan keluarga. Ah, aku juga ingin melakukannya.

Langit malam Seoul memang luar biasa. Ditambah lampu-lampu jalanan yang menyala terang. Toko-toko juga semakin ramai.

Enggan untuk langsung pulang ke rumah, aku membelokkan langkahku untuk menyusuri Ibu Kota Korea Selatan ini. Memang indah nyatanya. Harum jajanan jalan yang menggugah selera membuatku semakin lapar. Tapi aku harus menghemat uangku. Di flat masih ada ramyeon, aku bisa memakannya saat pulang nanti.

Aku masih mengenakan seragam sekolah, namun almamaternya kulepas, lalu kukenakan hoodie untuk menutupi warna kuning yang mencolok ini.

Salah satu alasan aku tak menyukai warna kuning adalah warnanya sangat terang dan mencolok hingga rasanya dapat menusuk mataku. Namun untuk di beberapa hal bisa saja aku menyukainya. Contohnya di lighstick Big Bang.

Entah mengapa jalan-jalan sendirian di malam hari seperti ini membuat suasana tiba-tiba berubah menjadi sendu.

Aku bukan tipe orang yang mudah galau dan selalu meratapi nasib. Tapi di suasana seperti ini rasanya aku ingin memutar lagu ballad.

Ah, sial.

Mengapa aku ini orangnya sangat tertutup, sih? Aku kan juga ingin punya teman. Tentu saja anak-anak Treasure dan Jiyong- oppa adalah temanku, tapi mereka adalah public figure. Walau Treasure belum debut, tapi penggemar mereka sudah dimana-mana. Apalagi Jiyong- oppa. Ia adalah GD- nya VIP.

Selain itu, jadwal mereka padat. Hari-hari mereka dipenuhi latihan, latihan, dan latihan. Aku sudah berpengalaman sebagai trainee, dan rasanya memang melelahkan.

Sangat sulit untuk bermain atau sekadar makan bersama mereka. Menjadi seorang idol seolah mengartikan kita siap untuk tercurinya privasi. Dimana-mana ada saja pasang mata yang mengamati, mengawasi, memandang. Ada saja telinga yang mencuri dengar dan mulut yang berbisik.

Memang itu adalah sebuah risiko. Mereka yang memilih untuk melangkah maju dan mengambil risiko itu. Dan nantinya, aku juga aku melakukannya.

Tapi tetap saja, aku rindu bermain bersama anak-anak Treasure. Makan ayam goreng bersama, menikmati tteokbokki, minum cola, bermain bersama, tertawa seperti orang gila, karaoke, menulis lagu, membuat koreografi.

Aku juga rindu traktiran Jiyong- oppa. Biasanya ia akan mentraktirku di tempat mahal dan enak hehe.

Ah, mengingatnya aku jadi kembali lapar.

Oh, iya. Minggu depan festival akhir semester. Aku harus latihan intensif agar penampilanku tidak kacau. Aku benci ketika harus menampilkan hal buruk di depan orang lain. Aku juga benci melakukan kesalahan sekecil apapun itu.

Trainee : The TalentenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang