Suara dari instrumen 'Fur Elise' tiba-tiba terdengar. Layar menghitam dan dalam sekejap tulisannya berubah.
Di sana tertulis kalau para trainee harus keluar dari ruangan.
Trainee(s) kecuali aku memekik saat tiba-tiba lampu padam. Benar-benar gelap total.
Takut dan kaget, sih. Tapi berteriak bukan lah kebiasaanku.
Kemudian beberapa lampu menyala, membentuk sebuah jalan. Oh, jadi kupikir kami harus mengikuti jalan dimana lampu-lampu ini hidup.
Aku menunggu salah satu dari trainee(s) berteriak dan memberikan instruksi untuk mengikuti lampu itu.
Namun tak ada yang bersuara.
Aku menghela napas. Aduh, masa' yang begini saja tidak paham?
"Guys!" teriakku.
"Kurasa kita harus mengikuti lampu-lampu itu."Mereka mengalihkan atensinya padaku setelah beberapa saat merasa kebingungan.
Benar-benar, deh.
Kalau ini dunia fantasi dan penuh dengan monster, aku yakin mereka sudah mati.
Mereka merasa ragu-ragu. Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, lalu berjalan mengikuti lampu itu.
Memangnya mereka mau di sini terus sampai para staf lelah melihat mereka yang terus menerus kebingungan?
Aku melihat Hara mengikutiku, diikuti para trainee yang lain.
Oh, akhirnya mereka sadar.
Karena gedung ini berbentuk kastel, mansion, dan bergaya kerajaan, kesannya sedikit menakutkan jika hanya ada cahaya temaram karena hanya beberapa lampu yang menyala.
Kami berujung di sebuah pintu besar. Namun pintu itu agak menyeramkan karena terbuat dari besi sehingga membuatnya terlihat seperti penjara bagiku.
Walau agak gemetar, aku membuka pintunya. Sebenarnya aku sedikit menyiapkan hati, takut jika ada sesuatu yang mengejutkan seperti 'jumpscare'. Aku benar-benar membenci hal semacam itu.
Selanjutnya kami semua tertegun. Tepat di depan kami terdapat sebuah ruangan yang lumayan besar diisi dengan berbagai perabotan. Namun tidak ada kursi, hanya ada karpet, televisi, monitor yang lumayan besar. Kemudian tanpa dipisah sekat, terdapat dapur kecil dengan kulkas yang ternyata sudah diisi bahan makanan dan makanan jadi. Ada juga kamar mandi yang berisi beberapa bilik.
"Hey! Lihat kemari!" Jia yang berada di depan sebuah pintu yang terletak tepat di sebelah dapur memanggil para trainee.
Dan ternyata ia menemukan sebuah kamar. Kamarnya besar. Tapi menurutku sedikit sumpek karena berisi dua puluh tempat tidur. Bukan ranjang, namun kasur lipat yang dapat kau bentangkan di lantai.
"Ah, apa-apaan ini? Dari luar tampak seperti istana, tapi aku malah berakhir di sebuah ruangan seperti penjara!" kesal Hyunri yang menendang pelan selimut di atas kasur.
Oh, baiklah. Kupikir ia berlebihan.
Aku duduk di atas salah satu kasur. Dan ternyata tak seburuk yang kubayangkan. Bahkan kasur ini lebih nyaman dari pada ranjangku di flat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trainee : The Talenten
Fanfiction[Discontinued] Tahun ini agensi Big 3-yang melahirkan banyak idola terkenal bahkan hingga ke penjuru dunia- bergabung dan berkolaborasi membentuk suatu program terbaru. Mereka mencari dan mengaudisi perempuan dari beberapa negara. Kemudian membuat...