A w a l

114 10 1
                                    

Tak akan ada yang bisa menebak jalan cerita hanya dari awal sebuah pertemuan. Bisa saja awal pertemuan yang buruk bisa berakhir dengan jalan cerita yang indah. Begitu pun sebaliknya.
- B e s t  F (r) i (e) n d -

Juli 2014.

Seorang gadis bersurai hitam yang dikuncir kuda dengan setelan seragam putih biru dan tas ransel berwarna biru langit tertempel di pundaknya melangkah cepat menuju ruang kelas VII-B. Ia hampir saja terlambat di hari pertama sekolahnya dan baru membaca pengumuman di kelas mana ia ditempatkan.

Sungguh tidak lucu jika sampai ia tak mendapatkan tempat duduk di kelas barunya karena kesiangan. Gadis itu menatap arloji berwarna abu-abu yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Lima menit lagi bel akan berbunyi yang menandakan, seluruh siswa harus berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera pertama di tahun ajaran baru ini.

Ia kembali mempercepat langkahnya sembari sesekali berlari kecil. Plang nama kelas VII-B sudah mulai terlihat. Ia semakin mempercepat laju langkahnya dan akhirnya sampai diambang pintu tiga menit sebelum bel berbunyi.

Ia menarik napas sejenak untuk menetralkan pernapasannya yang tidak teratur karena berjalan terlalu cepat. Kemudian gadis itu mengedarkan pandangamnya untuk mencari kursi kosong.

Namun sial. Seperti dugaannya, ia kesulitan menemukan bangku kosong yang berada di barisan depan. Hanya satu tempat yang tersisa di kelas itu. Bangku pojok belakang tepat di sebelah seorang pemuda yang tengah asik memainkan ponselnya.

Mengingat waktunya yang tak banyak, gadis itu memutuskan untuk menghampiri bangku tersebut dan bermaksud menyapa pemuda berambut sedikit kecoklatan itu.

Dengan sedikit perasaan ragu, gadis itu menyapa sang pemuda. "Sorry, gue boleh duduk sini kan? Soalnya tempat duduk yang lain udah penuh. Gue dateng kesiangan." Suara seorang gadis menginterupsi kesibukkan pemuda berwajah datar yang kini tengah asik dengan handphone-nya.

Pemuda itu melirik sedikit ke arah gadis itu. Terdiam sebentar untuk mengamati gadis dengan setelan seragam putih biru yang masih nampak baru di hari pertama sekolah mereka. Pemuda itu kemudian mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah merasa diterima, gadis itu pun meletakkan tas ransel berwarna birunya di bangku kosong yang terletak tepat di sebelah pemuda berwajah datar itu, kemudian duduk.

Keheningan sangat terasa di antara kedua remaja tanggung yang belum saling kenal tersebut. Sang gadis kemudian menghela napas pelan sebelum akhirnya mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan sang pemuda. Ia menurunkan sedikit rasa gengsinya demi menghilangkan rasa canggung.

"Gue Anala, Anala Ganesha Rania. Nama lo siapa?"

Sang pemuda yang sejak tadi asik dengan games di handphone-nya itu kembali menghentikan aktivitasnya dan menatap uluran tangan tersebut. Setelah berpikir beberapa saat, pemuda itu akhirnya menerima uluran tangan dari Anala sembari menatap ke dalam mata coklat milik Anala.

"Dio. Ardio Bagaskara." Seutas senyum tak kentara terpampang di bibir pemuda itu dan membuat Anala cukup terpana sesaat.

Tepat bersamaan dengan bunyi bel yang bergema di ruang kelas itu, satu fakta yang ia temukan di hari pertama ia berkenalan dengan Dio. Pemuda itu itu memiliki senyum yang amat manis.

Dan dari sinilah cerita mereka dimulai.

****

Hai teman-teman👋 akhirnya kita bertemu lagi😂 maafkan aku yang menghilang cukup lama. Dan maafkan juga karena harus kembali menghapus cerita Sesal, Asa, dan Rasa.🙏

Aku bakal usahain cerita Dionala akan terus berjalan. Do'a kan, ya semoga aku bisa sering update😊

Dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote+komen. Atau kalian juga bisa share ke tan-teman kalian.

Thank you, and see you💓

Author.

Best F(r)i(e)nd (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang