Suasana di ruang MIPA sangat sunyi, Levi dan (Y/n) sibuk dengan dunianya sendiri.
Ruangan yang gelap membuat (Y/n) bergidik, apalagi di sekitarnya terdapat patung organ dan kerangka yang membuatnya harus menahan rasa takut.
Sedangkan lelaki yang berada tak jauh dari (Y/n)ㅡLeviㅡsedang berdiam diri sambil bersandar di dinding. Ia memejamkan matanya. Wajahnya sedari tadi sudah terlihat merah, karena menahan rasa kesal.
Suara air berjatuhan membuat lelaki berjaket itu membuka mata, melihat apa yang terjadi.
Hujan? Di musim panas ini?
Rintik air yang membasahi bumi pun semakin banyak, meredam bunyi di sekitar.
Levi yang tidak menghiraukannya berniat untuk memejamkan mata lagi, tetapi suara gadis di seberangnya yang bergetar membuat ia mengurungkan niatnya itu.
"D-dingin... T-t-takut.."
(Y/n) memeluk tubuhnya yang mungil sambil menundukkan kepala. Suaranya yang bergetar membuktikan ia sudah tidak bisa menahan rasa takutnya sekarang.
"A-aku ingin.. P-pulang."
(Y/n)? Dia.. Takut dan kedinginan? Tiba-tiba muncul perasaan khawatir yang membuat Levi cepat-cepat menepis pikirannya itu. Ah, untuk apa aku mengkhawatirkannya.
Ia menutup kedua matanya kembali, tetapi keluhan demi keluhan yang terus keluar dari mulut (Y/n) membuat Levi merasa risih.
"Ahh!! Ada petir! Aku sangat takut!"
"Berisik, (Y/n). Aku ingin tidur." Keluh Levi.
(Y/n) yang tak peduli dengan ucapan Levi terus mengeluh dan berteriak.
"Dingin!!ㅡ"
"Berisik! Bisa kau diam?!"
Nada suara Levi yang meninggi membuat (Y/n) terdiam. Belum lagi dengan mata tajam Levi yang menunjukkan amarahnya, membuat (Y/n) menunduk.
Semua terlihat menakutkan bagi (Y/n). Ruangan sekitar, cuaca yang ekstrim, dan lelaki di seberangnya membuat ia seakan-akan ingin menangis sekarang juga.
Ia tentu tidak akan melawan Levi. Mengetahui keadaannya yang sangat ketakutan. Lebih baik diam, daripada rasa takutnya bertambah nanti.
Levi yang melihat (Y/n) pun menghembuskan napas. "Kemari." Titahnya.
(Y/n) mengangkat kepalanya dan mengernyit, tetapi tanpa ragu ia berjalan menuju Levi tanpa mengucapkan apa-apa.
Levi membuka jaket yang dikenakannya, lalu melempar kasar ke (Y/n).
"Pakai. Kalau tidak ingin kedinginan."
(Y/n) mengerjapkan matanya. Tak percaya dengan apa yang Levi lakukan.
"Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin mendengar orang yang berisik." Ucap Levi. Seakan-akan tahu apa yang berada di pikiran (Y/n).
(Y/n) mengangguk, lalu langsung memakai jaket berwarna cokelat itu tanpa ragu.
Tiga kata ketika memakai jaket Levi: wangi dan bersih.
Tubuhnya yang tadi menggigil jadi lebih hangat sekarang. Tetapi tetap saja, suara petir dan bayangan patung masih membuat ia takut.
(Y/n) kembali berteriak ketakutan. Membuat Levi mengernyit dan semakin terganggu.
Levi pun akhirnya menyadari, bahwa (Y/n) bukan hanya takut pada petir. Namun juga takut pada patung yang berada di sekitar.
Tanpa ragu, Levi menarik (Y/n) ke pelukannya. Membuat (Y/n) terkejut.
"L-levi...?" wajah (Y/n) terlihat bertanya-tanya dan juga memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senpai [Levi x Reader]
Fanfiction"Cinta itu bisa datang kapan saja, bukan?" Disekolah ku ada seorang senior yang sangat dingin dan berbakat bernama Levi. Aku sangat sebal padanya yang selalu saja memarahiku. Dan lagi karena nilai ku yang menurun, aku di suruh gurukuㅡHajime-senseiㅡ...