Kelam.

1K 116 78
                                    

Levi diam-diam masuk ke dalam rumahnya, melangkahkan kaki secara perlahan agar sang penghuni tidak menyadari atas kehadiran dirinya.

"Levi?"

Panggil seseorang dari atas tanggaㅡyang ternyata adalah Ayah Levi.

Skakmat.

Ia sudah tertangkap basah oleh Ayahnya. Yang berarti, Levi harus siap untuk mendapatkan tamparan dan ocehan dari orang tuanya itu.

"Habis darimana kamu?" tanya Ayah Levi dengan tatapan sangar. Ia maju mendekati Levi yang berada di bawah tangga.

Levi diam. Ia bingung ingin menjawab apa.

"JAWAB!!!" bentak Ayah Levi dengan suara yang di tinggikan, membuat Levi terbelalak sekaligus takut.

"Emㅡ"

"Kamu apakan Petra sampai ia menangis seperti itu?! Apa kamu lupa dengan perlakuannya pada kita?!"

Ayah Levi semakin meninggikan suaranya, membuat Kuchelㅡibunda Leviㅡyang sedang memasak menghampiri kedua lelaki tersebut.

"Tapi, Yahㅡ"

"Tidak ada tapi-tapi! Kamu ini tidak tahu rasa terimakasih sekali, ya?! Keluarga Petra itu sudah menyelamatkan kita dari psikopat! Dan balasan kamu? Malah menyakiti mereka!"

Levi terdiam. Perasaan ia sedang berkecamuk sekarang. Di antara kesal, marah, dan takut menjadi satu.

"Ayah berencana untuk menikahkan kalian berdua! Tapi kamu malah membuatnya menderita. Petra itu mencintaimu!"

Levi tertegun dengan ucapan yang dilontarkan Ayahnya itu. Ia tidak terima, apalagi dengan gadis seperti Petra. Ia tahu betul bagaimana sifat asli dari gadis itu, yang hanya menginginkan Levi untuk keperluannya saja.

"Tapiㅡ"

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kiri Levi. Pipi kiri Levi memerah, tamparan Ayahnya meninggalkan bekas yang sangat jelas sekarang.

"Ayah bilang kan' tidak ada tapi-tapi. Kamu melawan, ya?! SUDAH BERANI?!"

Emosi Ayah Levi semakin meninggi, bahkan sampai Kuchel tak berani untuk menenangkannya.

"YAH, LEVI MENCINTAI YANG LAIN, BUKAN PETRA! LEVI SELAMA INI SUDAH MENURUTI PERKATAAN AYAH, TETAPI APA? AYAH TIDAK PERNAH MEMBANGGAKAN ATAU PUN BERTERIMAKASIH PADA LEVI. AYAH SELALU MEMANDANG LEVI RENDAH, MENGAPA, YAH?! MENGAPA AYAH SEPERTI ITU?!"

Plak!!

Satu tamparan lagi berhasil kembali mendarat di pipi kanan Levi. Tamparan itu benar-benar kencang, sampai meninggalkan luka berupa darah yang ada di pipinya.

Levi menangis untuk yang ke-pertama kali.

Ia sudah tidak tahan dengan sikap Ayahnya itu. Dari dulu selalu saja seperti ini. Tak pernah berubah.

Kali ini Levi hendak melawan, karena ini berhubungan dengan masa depannya.

Ia tak mau menikahi seorang gadis yang memiliki niat jahat untuk dirinya sendiri. Ia hanya ingin menikahi orang yang dicintainya, yang bahkan perasaan itu baru saja ia temukan beberapa hari lalu, ketika ia terkunci di lab IPA.

Levi yang biasanya terlihat tegar, cool, pintar dan tegas kini menangis di depan orang tuanya.

Kuchel yang melihat Levi menangis sebenarnya sedikit tidak tega, tetapi apa daya, istri bergantung suami. Ia tak bisa seenaknya membela Levi.

Bahkan terakhir kali Levi menangis adalah ketika ia tak sengaja jatuh karena menginjak batu saat ia berumur enam tahun. Ketika itu Kuchel pun langsung membujuk Levi untuk tidak menangis, dan memberinya pesan agar Levi tidak cengeng dan menjadi pria yang kuat nan cerdas.

Senpai [Levi x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang