Momen lebaran seperti ini memang sangat identik dengan acara kumpul-kumpul. Baik kumpul dengan keluarga juga dengan teman-teman. Dan inilah yang sedang aku lakukan sekarang—berkumpul dengan keluarga besarku.
Aku duduk di sofa, ikut berkumpul dengan saudara-saudaraku yang lain. Membicarakan hal apa saja dan menertawakan sesuatu yang menurut kami lucu. Aku melihat ponselku sebentar. Banyak chat dari teman-temanku yang berisi sama—meminta maaf lahir dan batin—baik via personal chat maupun lewat grup. Tapi, atau satu nama yang kutunggu pesannya. Siapa lagi kalau bukan Erlang? Tapi aku masih harus menelan kekecewaan.
"Ren, liat deh." Vina, sepupuku—yang berumur sama denganku—menyodorkan ponselnya kepadaku.
"Liat apa?" tanyaku seraya mematikan ponselku dan menyimpannya. Lalu melakukan apa yang Vina katakan.
Vina menunjukkan sebuah foto kepadaku yang di-upload seseorang di sebuah akun instagram. "Ini instagram siapa? Lo nyuruh gue follow dia?"
Vina berdecak. "Bukan, tapi coba deh lo liat fotonya."
Aku mengambil ponsel Vina dari tangannya dan langsung melihat foto yang dimaksud tadi.
"Gimana? Ada yang lo kenal, gak?" Aku memandangi sebuah foto yang menampilkan beberapa orang sedang berangkulan.
"Ini...," ucapku tersendat seakan tak percaya. "Ini Erlang bukan sih, Vin?"
"Kayaknya sih iya, karena gue masih inget muka cowok lo."
Tanpa sadar, pandanganku memburam. Cepat-cepat aku mengusap mataku agar air mataku tak tumpah.
Rindu. Hanya kata itu yang ada di benakku saat melihat wajah Erlang. Orang yang paling kutunggu-tunggu kabarnya, ternyata sedang berbahagia di sana.
"Ren, are you okay?" Vina bertanya lirih. Mungkin ia sudah bisa melihat raut wajahku yang berubah karena foto Erlang.
"Gue kangen, Vin. Kangen banget sama Erlang," ucapanku terputus saat air mata jatuh membasahi pipiku. "Tapi kayaknya dia gak kangen gue. Jangankan kangen, inget gue aja kayaknya enggak. Liat aja, wajahnya bahagia banget."
Ya, di foto itu Erlang terlihat bahagia, ia tersenyum lebar. Matanya juga menyiratnya bahwa ia sangat bahagia. Tangannya menggenggam sebuah piala, seakan ia dan teman-temannya berhasil memenangkan sesuatu. Ia sepertinya tidak mengingatku. Apalagi merindukanku.
Tidak seperti diriku yang selalu merindukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Again
Short StoryJarak. Apakah hanya karena jarak kita menjauh? Mungkin jarak hanya sesuatu tak kasat mata. Tapi, jangan meremehkan hadirnya jarak. Karena jarak bisa membuatmu kehilangan segalanya. April 2017