Part-3

8.2K 554 5
                                    

Sasuke. Ya, pria berhoodie itu adalah uchiha sasuke. Sasuke terpaku setelah melihat gadis merah muda yang selama ini sangat ia rindukan.
Onyxnya enggan untuk beralih menatap wajah ayu sakura.
Ingin sekali rasanya ia memeluk tubuh ramping sakura, tapi mengingat seberapa bencinya sakura padanya, membuat onyx tajam sasuke meredup.

Sakura menatap sasuke datar, tanpa ekspresi walau dimatanya rerpancar berbagai rasa.
Onyx dan emerald itu saling beradu.
" ah-ah.. sasuke kau sudah datang" suara cempreng naruto yang dibuat ceria memecahkan situasi yang menegang barusan. Sasuke menoleh kearah naruto, naruto bangkit dari duduknya dan berjalan kearah sasuke merangkul pundak pria itu.
" kami menunggumu sobat. Ayo duduk" naruto menuntun sasuke agar duduk tepat didepan sakura.
Sakura mengalihkan perhatiannya keponselnya. Sebenarnya sakura tak benar-benar memaikan ponselnya, ia hanya masih belum sanggup jika beratap muka dengan sasuke.
Ino, sigadis pirang itu duduk disebelah sasuke. Sakura beralih menatap ino, mereka saling menatap.
" sa-sakura kau su-sudah kembali?" Tanya ino gagap. Sakura tak menjawabnya ia hanya mengganguk singkat dan tersenyum kecut.
Ino mengigit bibirbawahnya, ia menunduk untuk menetralisir air yang sebentar lagi akan keluar dari matanya.
Semua melupakan fakta bahwa setiap pertemuan seperti ini pasti sasuke akan menyempatkan untuk datang.
Sasuke tak ada alasan lain datang kepertemuan para sahabatnya setiap bulan, hanya untuk mengetahui kabar lebih lanjut dari sakura.

Mereka kembali  hanyut dalam obrolan, sudah hampir dua jam setelah sasuke datang tapi baik sakura atau sasuke mereka memilih diam.
Sasuke sama sekali tak menyuarakan pendapatnya atau bercerita dan sakura hanya tersenyum ketika naruto dan yang lain bercerita.
Ada perasaan cambur aduk yang memenuhi hatinya, sakura belum siap untuk bertemu sasuke secepat ini.
Tetapi dewi fortuna sedang tidak berada dipihaknya sehingga mau tak mau sakura sekarang sedang berhadapan langsung dengan mantan kekasihnya.
Entah kenapa sakura menjadi canggung semenjak sasuke datang.
Sejak sasuke datang ia terus memerhatikan sakura dari balik kaca mata hitamnya.
Sasuke tersenyum sangat tipis, ia bahkan enggan untuk berpaling dari wajah sakura.
" kau sudah banyak berubah sakura" iner sasuke berkomentar. Ia berayukur karena telah membatalkan pemotretan dan memilih menghadiri pertemuan rutin para sahabatnya. Walau harus mendengar omelan dari managernya Kakashi.
" jadi sakura apa kau benar-benar akan kembali kekorea?" Pertanyaan naruto sontak membuat sasuke menoleh kearahnya.
Sakura mengalikan pandanganya dari ponsel kearah naruto.
" ah-h itu.. tentu saja tekad ku sudah bulat untuk kembali ke korea" jawab sakura mantap.
Naruto memicingkan matanya jari telunjuknya ia arahkan ke sakura.
" apa kau..." naruto memberi jeda pada kalimatnya membuat yang lain menatap penasaran kearahnya.
" sudah memiliki kekasih disana!" Tuding naruto. Sakura tersedak jus apelnya " uhuk...uhuk apa yang..." pertanyaan terputus ketika melihat tatapan lapar dari sahabatnya.
" apa benar sakura?" Tanya tenten yang entah sejak kapan sudah berada disampingnya.
" itu tidak benar..." belum selesai menjelaskan, perkataanya terintrupsi oleh nada notifikasi dari ponselnya.
Mata sakura beralih kelayar ponselnya, ia berasiap untuk mengambil ponselnya tapi sayang sakura kalah cepat dengan tenten.
" oi... tenten apa yang kau lakukan kembalikan pknselku!!" Seru sakura yang tengah berusaha mengambil ponselnya dari tangan tenten.
" hei.. lihat siapa yang memberi pesan kepada sakura kita" ucap tenten penuh semangat, yang lain hanya memandang keduanya yang tengah berlarian mengelilingi meja mereka dengan bosan.
Tenten berhenti sejenak untuk membaca isi pesan tersebut, ia menyeringai jahil kearah sakura.
Merasa akan ada hal buruk ia langsung memberi tatapan peringatan seakan berkata " jangan katakan atau kau akan mati!" Tapi bukan tenten namanya jika ia takut dengan tatapan mematikan dari sakura, malah seringainya semakin lebar.
" wah...wah sakura, siapa sasori itu?" Tanya tenten dengan nada dibuat seperti orang yang tengah mengintrograsi penjahat.
Mata sakura membulat sempurna.
" kau tau apa yang ia katakan sakura..." tenten mengantungkan kalimatnya.
Semua mata sekarang tertuju langsung kepada tenten, menunggu apa isi pesan tersebut.
Tenten berdeham sebentar sebelum memulai kalimatnya.
" kau sudah sampai dijepang dengan selamatkan sakura? Kenapa tidak memberitahu ku? Kau tau aku khawatir. Dan maaf aku baru bisa menghubungimu sekarang. Beberapa hari ini aku sangat sibuk. Kabari aku secepatnya. Ugh... siapa dia sakura?".
Wajah sakura merah padam, ia kesal bercampur malu. Semuanya tertawa melihat ekspresi sakura.
Terkecuali bagi sasuke ia menundukan wajahnya, tanganya mengepal menahan emosi yang entah karna apa. Bukankah dia tidak berhak  cemburu kalau sukara memang sudah memiliki kekasih disana. Kau bukan siapa-siapanya lagi sasuke.
Semuanya tidak menyadari perubahan aura sasuke, tapi tidak bagi ino ia memandang sasuke dengan tatapan sendu.
Ino sangat mengerti bagaimana perasaan sasuke saat ini, ia mengigit bibir dalamnya untuk menahan tangis.
" maafkan aku sasuke"  ucap ino dalam hati penuh penyesalan.

Sakura kembali teringat kejadian tadi siang di kedai, ia sedikit lega setelah melihat sasuke. Tapi kenapa dengan perasaanya, hati dan otaknya kontras. Hati sakura merasa sedikit senang setelah melihat sasuke baik-baik saja, tapi otaknya menyuruh sakura agar tidak lagi memikirkan laki-laki itu.
Sakura mengacak rambutnya frustasi.
" kenapa perasaan ini tak mau hilang" ucap sakura frustasi.
" kenapa setiap melihat wajahnya perasaan ini selalu tumbuh? Kenapa kenapa" dengan amarah yang memenuhi hatinya sakura memukul-mukul bantalnya kasar, berusaha meluapkan segala amarahnya.
Isakan mulai terdengar  dari bibir tipisnya, tanganya bergerak kelaci meja dekat ranjangnya.
Ia mengeluarkan sebuah frame foto hitam berukuran sedang, tangan lentiknya mengelus-elus foto dua orang insan yang berbeda gender dengan memakai seragam senior high school.
" kenapa aku tidak bisa membencimu" cicit sakura disela-sela tangisannya.
" kenapa kau melakukan itu dulu pada ku sasuke" tangis sakura meledak ia memeluk erat frame foto tersebut, untung kamar sakura kedap suara sehingg ia tak perlu takut jika menangis keras ayah dan ibunya tidak terganggu.

Suara jepretan kamera memenuhi ruangan serba putih itu, beberapa kali sang photografer merubah posisi potretnya.
Sang model entah sudah berapa kali merubah posenya, tapi tampaknya sang photografer masih belum puas.
" oke!" Seru sang photografer " cukup untuk hari ini!" Sang photografer memberi intruksi kepada timnya untuk segera membereskan peralatannya.
Pria berambut abu-abu dengan masker diwajahnya berojigi kepada sang photografer serta kepada timnya.
Ia kemudian menyusul sasuje uanh telah lebih dulu meninggalkan ruang pemotretan.
" oi.. sasuke!" Panggil kakashi, sasuke tak memperdulikannya ia terus berjalan. Kakashi mencoba menyamakan jalannya.
" setidaknya kau minta maaf pada semuanya, kau kemarin membatalkan pemotretan secara mendadak. Untung saja mereka mau mungundurnya jadi sekarang kalau mereka sampai membatalkannya kita bisa rugi besar sasuke" ucap kakashi panjang lebar, tapi sayang sasuke tak mengubrisnya.
" kau mendengarku sasuke?" Tanya kakashi kesal, sasuke hanya melanbaikan tangan menyutuh kakashi agar diam.
Kakashi berhenti mengikuti sasuke ia hanya bisa mengelengkan kepalanya prihatin " dasar anak itu".

Sasuke duduk dengan kasar didepan cermin dengan lambu dikelilingnya.
Ia memijit pelipisnya frustasi.
" setidaknya ketuk pintu dulu kalau masuk, kau membuatku kaget" protes ino uang sekarang berjalan kearah sasuke.
Sasuke menutup matanya, ino mulai membersihkan wajah sasuke dari make up.
" kau baik-baik saja?" Tanya ino khawatir.
Sasuke memilih tak menjawab, jno mengerti apa yang sedang menggangu pkkiran sasuke.
Ia menundukan kepalanya dalam, kenangan masa lalu berputar diotaknya. Penyesalan kembali memenuhi hatinya.

TBC.

HappierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang