Dia tersenyum. Aku senang sekali! Tidak sia-sia aku mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli jam tangan itu.
Tunggu, dia melihat kesini dan tersenyum. Tersenyum? Apa dia tau aku yang selalu mengiriminya hadiah? Tiba-tiba, seorang lelaki dengan sneakers dan hoodie hitam melintas dihadapanku. Ternyata lelaki ini yang membuatnya tersenyum, huh. Kukira dia tersenyum padaku, khayalanku terlalu tinggi ternyata.
Sudah sekitar 2 bulan ini aku menjadi secret admirernya, atau penggemar rahasianya. Mengiriminya berbagai macam hadiah, membantunya saat dia sedang dalam kesulitan, ataupun menghiburnya disaat dia sedang sedih. Ya tentu saja kulakukan dengan cara secret admirer profesional.
Aku belum memperkenalkan namaku. Aku Putri Tiffany , kalian bisa memanggilku dengan Tiffany saja. Aku seorang mahasiswa jurusan Design Industry semester 3 di salah satu perguruan tinggi terbaik dikotaku. Aku tidak ingin merepotkan orang tuaku tentang uang kuliahku, maka dari itu aku bekerja sampingan sebagai seorang pramusaji di salah satu restoran siap saji. Dan disitulah aku bertemu dengan lelaki ini. Lelaki dengan postur tubuh tinggi tegap, berdarah campuran Cina-Korea, kulit putih susu, wajah oriental yang membuatnya tampak menawan, dan juga double eyelid yang membuatnya kian sempurna.
Saat itu dia sedang duduk di sudut restoran tempatku bekerja, hanya duduk. Lalu kuhampiri dia dan kusodorkan buku menu. Dia menatapku bingung dengan wajah polosnya. Namun itulah yang membuatku tertarik padanya, wajah polosnya itu benar-benar indah dimataku. Dia mengembalikan buku menu itu padaku, kemudian kuberikan lagi padanya, terus seperti itu hingga beberapa kali.
"Kau pelanggan kami atau bukan? Sebaiknya kau pesan sesuatu atau kau keluar dari sini," ucapku kesal
Dia hanya mengernyit bingung. Aku semakin tidak mengerti dengan tingkah anehnya ini.Lalu dia berdiri dan menatapku tajam lalu pergi dengan langkah cepat dari restoran tempatku bekerja. Baru kali ini aku mendapatkan pelanggan aneh seperti dia. Setelah dia benar-benar pergi, aku bergegas lari menuju restroom pegawai. Disana terdapat beberapa temanku yang sedang berbincang.
"Apa kalian tau lelaki yang tadi duduk di sudut sana? Dia seperti baru pertama kali datang ke restoran."tanyaku
"Tif, dia itu cucu dari direktur hotel ini," jawab teman-temanku sambil tertawa
Aku melongo mendengarnya, jadi dia cucu dari pemilik hotel tempat restoran ini berdiri? Matilah aku, aku baru saja membentaknya.
2 hari kemudian dia datang lagi dan duduk ditempat yang sama. Dengan takut-takut aku mendekatinya dan menyodorkan buku menu dengan wajah menunduk,
"Ini buku menu, kau harus memesan sesuatu kali ini," ucapku pelan atau mungkin hampir seperti mendesis.
Dia tersenyum padaku, tidak mengatakan apapun, hanya tersenyum. Kemudian dia menunjuk sebuah makanan dan minuman, dengan cepat aku mencatatnya lalu pergi dari hadapannya.
"Hei, dia datang lagi?" tanya seorang temanku saat aku menempelkan kertas itu ditumpukan pesanan.
"Ya begitulah," jawabku.
"Hei, berhenti menunjukan ekspresi aneh itu. Kau seperti baru saja memenangkan sebuah lotre murahan," timpal yang lain.
Aku tidak tau ekspresi apa yang sedang kupakai, yang pasti aku senang melihat pria itu lagi.
"Atau kau menyukai Kris?" celetuk seseorang.
"Kris? Jadi itu namanya?"ucapku dalam hati
"Dia Kris?" tanyaku mempertegas sambil menunjuk ke sudut kiri ruangan.
"Nama sebenarnya adalah John Kris, tapi dia lebih suka dipanggil Kris."
Mulai saat itu aku selalu memata-matainya. Mengikutinya kemanapun saat jadwalku sedang kosong. Sedikit membantunya saat dia sedang terlibat masalah, tentu saja membantu dibelakang layar. Dan juga memberinya sedikit hadiah. Saat pertama kali aku memberinya hadiah, aku memberinya sebuah topi.
Kukira dia membuang topi itu karena ia tidak pernah memakainya. Namun suatu ketika dia memakai topi itu dan melintas didepan restoran tempatku bekerja. Rasanya aku ingin sekali berteriak dan memeluknya, tapi aku ingat itu tidak akan mungkin untuk kulakaukan. Aku terus melakukan kegiatan sebagai seorang secret admirer hingga saat ini. Teman-temanku mengatakan ini membuatku seperti seorang pengecut, tapi aku suka. Kuhiraukan semua perkataan teman-temanku dan tetap saja menjadi secret admirer seorang John Kris atau Kris.
"Kau mendapatkan hadiah lagi? Huh, aku semakin iri padamu," ucap Lelaki bersneakers hitam yang tadi melintas dihadapanku
Aku tertawa kecil mendengarnya. Aku bisa mendengar mereka karena aku memasang beberapa penyadap disekitar rumah Kris yang langsung tersambung dengan earphone mini yang selalu kuletakkan di telingaku. Aku keren bukan? Kris tertawa tanpa suara mendengar perkataan temannya tadi.
Sepertinya aku lupa mengatakan sesuatu, sebenarnya dia bisu. Ya, Krisku seorang tunawicara. Aku meringis mengingatnya. Kalau saja dia seorang lelaki biasa mungkin aku akan mendekatinya secara biasa juga. Bukannya aku tidak bisa menerima keadaannya. Aku hanya takut aku tidak bisa mengimbanginya.
Dia dan lelaki bersneakers hitam itu masuk kedalam. Namun beberapa saat kemudian dia mengeluarkan sedikit kepalanya dan tersenyum kearahku. Aku menunjuk diri sendiri dan dia menunjuk kerahaku sambil tersenyum, dia mengetahuiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat
Short StorySahabat adalah 2 orang atau lebih yang saling melengkapi dan selalu ada setiap saat.