02 Dimulai

9.6K 1K 23
                                    

++ Vote, WAJIB ++

++ Komen, Gak maksa ++

.
.
.

& CHAPTER 2 &

.
.
.
.
.

"Eh?" Hinata mengerutkan keningnya bingung dengan pernyataan yang tidak masuk akal dari Naruto.

Saat ini mereka sedang ada di perpustakaan sekolah. Hinata yang tengah duduk bersama Tenten di tarik paksa oleh Naruto untuk menjauh di pojok ruangan.

"Tolong bantu aku, Hime." Naruto menyatukan kedua telapak tangannya memohon pada Hinata. Raut wajahnya ia buat semelas mungkin agar Hinata percaya bahwa ia bersungguh-sungguh.

"Tapi.. "

"Tolong kali ini saja, ya."

"Eh.. " Hinata mundur beberapa langkah kecil saat Naruto tiba-tiba saja bersimpuh di bawah kakinya.

Tidak bohong jika Hinata merasakan sesak di dadanya. Sebegitu berartinya seorang Sakura bagi Naruto hingga pemuda itu rela bersimpuh di depannya.

Lalu bagaimana dengan perasaan Hinata untuknya. Apa Naruto tidak pernah sadar dengan perasaan yang Hinata punya?

"Please."

Hinata hanya diam. Kedua tangannya terkepal di balik lipatan rok sekolahnya. Rasanya ia ingin pergi dan menangis sepuasnya.

Tapi tidak...

Hinata tidak selemah seperti kelihatannya. Ia akan melakukan apapun itu agar Naruto bisa senang.

Bodohnya.

"Baiklah."

Binar di mata Naruto langsung terpancar. Senyum sumringah tercetak jelas di bibirnya. Ia tegak lalu memegang kedua bahu Hinata, "Benarkah?"

Hinata hanya mengangguk, walaupun hatinya berkata tidak.

"Terima kasih, Hime." Naruto tanpa sadar langsung menarik Hinata untuk masuk kedalam dekapannya. Ia sangat senang.

Tidak tahu jika pandangan gadis di dalam dekapannya mulai memburam karena genangan air di pelupuk matanya.

Hinata menangis tanpa isakan. Sampai Naruto melepas dekapannya barulah Hinata mengelap cepat air matanya yang belum sempat mengalir.

.
.
.

++ 乂❤‿❤乂 ++

.
.
.

Langkahnya yang biasa ringan untuk pulang kini terasa berat saat akan menuju gerbang sekolah. Ia yakin jika Sasuke pasti sudah menunggunya di luar gerbang.

Seperti kata Naruto tadi siang saat jam istirahat, ia harus memulai sandiwaranya dari hari ini dan seterusnya sampai Naruto benar-benar mendapatkan hati Sakura.

Suasana hatinya campur aduk antara takut, kesal dan sakit.

Takut, karena resiko berada di dekat keturunan Uchiha itu sangatlah buruk.

Kesal, karena Naruto tidak pernah memikirkan bagaimana jika ia berada di posisi Hinata.

Sakit, karena ternyata Naruto tidak pernah menyukainya.

"Huft... " Hinata menghembuskan napasnya kasar. Kenapa semuanya jadi terasa kejam untuk hidupnya.

Sedikit lagi mencapai gerbang sekolah, Hinata menghentikan langkahnya. Kepercayaan dirinya tiba-tiba memudar.

Fake Love [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang