08 Deep

8.8K 901 25
                                    

++ Vote, WAJIB ++
++ Komen, gamaksa ya++

:
:
:

& CHAPTER 8 &

:
:
:

Tidak ada suara yang keluar dari bibir Hinata saat Sasuke menekan passcode yang tertempel pada pintu besi.

Berhasil membuka, Sasuke menarik Hinata masuk dan menutup kembali pintunya. Pemuda itu melangkah lebih jauh setelah melepas sepatu dan mengganti dengan sendal rumahan.

Hinata mengikuti dan duduk setelah Sasuke mempersilahkan, "Ini apartemen siapa?" ia menoleh pada pemuda yang sekarang sudah sampai di dapur untuk mengambil minuman kaleng.

"Kakakku." jawabnya, kemudian menyerahkan satu dari dua kaleng minuman yang ia bawa. Sasuke duduk disamping Hinata, meneguk sedikit dari isi kaleng minumannya, "Kau bilang mau bicara."

Hinata menggenggam minumannya erat-erat. Pelampiasan atas gugupnya ia yang hampir tidak bisa berkata-kata. Tapi ia harus, karena jika berada di dekat Uchiha bungsu itu lebih lama lagi, bukan tak mungkin fans lainnya akan bertindak lebih jahat.

Tiba-tiba saja ia ingat dengan Gaara. Hinata berhutang budi dengan pemuda Sabaku itu.

"Diam?" dahi Sasuke berkerut. Pemuda itu merundukkan tubuhnya untuk menilik wajah Hinata yang sejak tadi menunduk.

"Hng.. Ano.. Naruto dan Sakura sudah dekat sekarang. Mereka juga sudah berkencan." Hinata terdengar ragu untuk mengucapkan keinginannya.

"Lalu?"

"A-apa kita akan seperti ini terus?" jeda sejenak. Hinata menggigit bibirnya sebelum melanjutkan, "Ku-kurasa kita sudah tidak perlu berpura-pura lagi kan?"

Sasuke diam.

Ya. Mereka memang hanya pura-pura berkencan, tapi perasaan Sasuke terhadap Hinata tidak pernah pura-pura.

Ia mencintai gadis itu. Dan mengakhiri hubungan bukanlah pilihan bagus untuk kesehatan hatinya nanti. Sasuke menginginkan lebih. Ia ingin memiliki Hinata bukan untuk sekedar pura-pura.

Sasuke meletakkan minuman yang ia pegang. Begitu juga dengan milik gadis disebelahnya, Sasuke merebutnya pelan-pelan lalu menyebelahkan minuman mereka di atas meja.

Hinata ingin protes, tapi bibirnya membisu setelah Sasuke mendorongnya hingga kepalanya menyentuh tangan sofa.

Posisi ini terlalu intim. Hinata mengepalkan kedua tangannya, mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba nakal dan membuat kegaduhan di dalam sana. Wajah Sasuke benar-benar dekat dengan wajahnya.

"Kenapa?" ekspresi wajahnya datar saat Sasuke bertanya demikian, tapi dari nada yang terdengar jelas bahwa ia kecewa.

"Ka-karena Naruto bilang kita hanya berpura-pura sampai dia mendapatkan Sakura." jawab Hinata pelan mirip sebuah bisikan yang lembut.

Sasuke suka mendengarnya.

"Maksudku, kenapa tidak kita lanjutkan saja — dengan status yang berbeda."

"Eh?"

"Aku tau kau menyukaiku."

Tidak. Hati Hinata protes. Paling tidak, belum seluruhnya ia menyukai pemuda itu.

Sasuke menyelipkan tangan kanannya kebelakang leher Hinata, wajahnya juga makin mendekat hingga akhirnya satu kecupan lembut dan singkat mampir di bibir merah muda itu.

Hinata menggigit bibirnya saat Sasuke mengangkat kembali kepalanya. Jantungnya benar-benar gaduh saat ini, seperti benda itu akan keluar menembus dadanya.

Fake Love [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang