Hari yang mulai gelap teralihkan oleh cahaya-cahaya buatan dari gedung kediaman berpuluh-puluh tingkat. Apartemen yang terlihat terang berkelip dan hangat dari kejauhan tidak jauh beda suasana di lobi ini, setidaknya ada seorang perempuan yang setia setiap hari duduk di balik meja resepsionis tersenyum kepadanya.
Hanya perlu menuju ruangan kecil melewati pintu menggeser terbelah dua yang biasa membawa orang-orang naik dan turun, laki-laki yang baru masuk itu hanya menunduk menunggu waktu untuk melanjutkan langkah menuju salah satu pintu yang merupakan akses menuju tempat tinggalnya. Tempat tinggal seseorang yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan papan nama di dada bertuliskan ‘Bae Jinyoung’
“Hyung, aku pulang!,” Teriakan berasal dari pintu masuk itu mengisi semua ruangan itu, namun tidak ada balasan apapun yang ia dapatkan.
“Dia belum pulang hng,” Wajah rata khas nya pun dipasang setelah ia melepas benda bertali yang ada di kaki nya.
Jinyoung sudah terbiasa seperti ini, sunyi. Jauh dari orang tuanya dan tinggal untuk sekolah merupakan hal sulit, sebelum kakaknya sepupunya memutuskan tinggal di kota yang sama dengannya atau lebih tepat apartemen yang sama dengannya.
Ia pergi ke kamar pribadinya melucuti semua pakaian yang biasa dipakai ke sekolah kemudian melempar ke tempat yang biasa ia pakai tidur dan menyisakan pakaian dalam dilengkapi handuk yang menyangkut di bahunya, khas anak laki-laki.
Tidak butuh waktu yang lama baginya membasuh dirinya. Ia hanya memandangi dirinya sendiri yang ada di balik cermin dan sesekali menyimpan beberapa baju di depan dadanya maksud untuk mencocokkan yang mana yang harus ia pakai.
Ia menemukan pilihan dan bergegas membuka handuk yang membalut perut hingga lututnya sebelum seseorang membuka pintu.
“Jinyoung-ah!,”
“Yak! Hyung! Sudah kubilang jika kau masuk kesini harus mengetuk pintu dulu!,” Jinyoung mengomel setelah menggapai kembali handuknya untuk menutupi area yang seharusnya tidak terlihat orang lain sekalinya oleh kakak sepupunya yang sudah tinggal bersamannya satu tahun lebih, Hwang Minhyun.
“Lagi pula aku sudah sering melihatmu telanjang saat kau masih kecil hahaha,” Minhyun terkikik geli ketika wajah adik sepupunya menjadi kemerahan.
“Keluarlah, ada Seongwoo diluar. Kita makan malam bersama, aku yakin kau belum makan,” Minhyun yang sedari tadi diam di lubang pintu kamar Jinyoung akhirnya meninggalkan pemuda itu sendirian melanjutkan aktivitasnya yang terganggu.
₰₰₰
“Kau ke rumahku hanya ingin menyalin tugasku kan?” Minhyun melirik Seongwoo yang tengah mengunyah makanan yang mereka beli di jalan pulang.
“Minhyun-ah, kita ini teman bukan? Kita harus saling membantu, iya kan?” Seongwoo menatap Minhyun yang memandangnya dengan penuh curiga.
“Kau harus belajar mengerjakan tugasmu dengan cepat! Kita bukan anak SMA yang diberi tugas dengan kurun waktu paling cepat seminggu,” Minhyun mengomeli Seongwoo yang sudah ingin pergi saja jika karena bukan ingin menyalin tugas.
“Yo! Yo! Bae Jinyoung! Kenapa kau semakin tinggi setiap aku kemari,” Terima kasih kepada Jinyoung yang menampakan dirinya di hadapan Seongwoo karena telah dijadikan pelerai omelan Minhyun.
“Hai Hyung,” Jinyoung membalas dengan wajah biasa saja dibandingkan Seongwoo yang membuat ekspresi sebahagia-bahagianya.
“Hyung kenapa pulang terlambat?” Jinyoung melirik Minhyun.
“Ada kelas tambahan,” Minhyun menjawab singkat.
“Lalu kenapa Seongwoo hyung disini juga?” Seorang anak yang pada masa seperti Jinyoung saat ini memang sangat banyak bertanya bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
✔THE UNUSUAL; LOST STAR (WANNA-ONE)
Fanfiction[Fantasy][Action] Jika kalian menganggap mereka bertemu karena mereka sama, itu SALAH BESAR. karena sebuah takdir memiliki jalannya sendiri untuk berjalan walaupun harus kehilangan. .... Kekuatan super melebihi manusia pada umumnya benar benar ada...