Epilog: Kun, Femme Fatale (2)

589 67 16
                                    

Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.

.

.

.

Memang gila, tapi saran Mark benar-benar dia lakukan. Walau terpaksa dia harus disentuh lagi oleh tangan-tangan kotor itu, menjijikkan tapi dia tahu tak bisa melawan.

Di hari dia -harusnya- dijual, dia malah ditindih manajer tempat itu. Tapi setidaknya dia berhasil bertahan, dan dia mendapat info darinya bahwa paling lambat Luhan akan ke Seoul 3-5 bulan lagi.

Entah minggu ke berapa, seorang pria datang ke sel-nya. Badannya cukup kekar dan parasnya tenang dan tampan.

"Mark!" panggilnya. Mark yang menatapnya takut, mau tak mau mendekati pria itu. Pria itu tersenyum dan berkata. "Satu bulan yang panjang. Apa kau sudah belajar?"

Anggukan Mark membuat senyum pria itu melebar. "Bagus. Karena jika tidak, aku yang akan mengajarkan padamu," katanya dengan ketenangan mencekam. Pria itu menengok ke arah manajer. "Buka sel ini!" perintahnya.

Mark yang bebas langsung memeluk pria itu, sementara pria itu membalasnya sambil mencium telinga Mark. "Bagus begitu, kucing pintar," lirihnya yang ditangkap Kun.

Kun tidak berani menatap mereka, dia kembali menatap lantai dengan menyedihkan. Menyelundupkan ekspresi dari probabilitas kilau kecokelatan yang bisa ia temukan dari manik mata milik siapapun di antara keduanya. Ada apa antara mereka berdua? Kun jadi bingung sendiri.

Namun apapun yang ia yakini di otaknya, memaksanya untuk bergumam, "Kau tahu? Aku merasa iri padamu."

Dia mengulum senyum miris dan mengekang tangis di saat bersamaan. Kristal bening hanya menjadi serpihan di permukaan mata, sengaja bertahan untuk tidak jatuh. Resonansi di suaranya yang selembut susu tidak terganggu, sama sekali tidak ada isakan mengusik gumaman itu.

Mark yang pandai soal menenangkan tangis seseorang seharusnya bukanlah alasan bagi Kun untuk tetap bertahan pada posisinya saat ini. Hanya saja, ia yakin bahwa Mark sekarang benar-benar tidak akan bisa melakukannya mulai saat ini. Dan Mark tidak memprotes hal itu.

Mark paham, Kun berada di dalam keadaan dimana ia menjadi nol besar dalam berekspresi secara manusiawi.

"Ayo kita pergi, kau tidak cocok berada di tempat seperti ini."

Dan begitu saja mereka berlalu, walau Kun tersentak saat Mark tiba-tiba meliriknya aneh. Apa Mark tadi mengasihaninya atau...

"Buka mulutmu! Makanan sudah siap!"

Merendahkannya?

Yang jelas jika jawaban dari tanda tanya Kun adalah pilihan yang pertama, maka ia akan memberi Mark nilai C- untuk usahanya bersimpati.

Kun nyaris tersedak saat lelehan entah-apa-itu menuruni tenggorokannya. Setelah terhuyung, dia kembali terduduk. "Anak dari keluarga menjijikkan itu, keluarga Tuan," desis seorang wanita di sel sebelahnya.

"Tidak disangka diterima lagi, hanya karena wajah dan tubuhnya. Dia bukan apa-apa." Lalu wanita itu menyumpah. Kun sendiri menggelengkan kepalanya, wanita hanya wajahnya saja menarik, tapi isinya tidak ada.

Beberapa minggu kemudian, Mark kembali muncul di hadapannya dengan penampilan jauh lebih menarik. Jas itu agak kebesaran di tubuhnya yang tetap kurus, walau begitu rambutnya disemir merah dan dia sangat serasi dengan pria yang sama dengan yang membebaskannya.

"Aku mengambil-alih tempat ini, kau tahu?" Kun mengangguk, manajer itu memberitahunya kemarin. "Soal kedua orang itu, mereka akan datang hari ini. Dengan asisten mereka kurasa?"

Mata Kun seperti dipenuhi kebahagiaan mendengarnya. "Padahal Luhan ingin sekali menjualmu ke rumah bordil," kata pria di samping Mark. "Oh ya, aku Jackson Wang. Sepertinya Mark sayang padamu, dia jarang berkata sebanyak itu."

Mark hanya menatapnya bingung dan kesal. "Tapi mungkin Mark sayang padamu karena kalian -dan Xi Luhan- itu sama saja."

Kun dan Mark menatap Jackson dengan tatapan bertanya. "Kalian sama-sama femme fatale."

.

.

.

TBC

Sebentar lagi ff ini berakhir :' begitupun ujian yang Panda jalani *eaa

Our Kitten, Lily & Sunshine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang