Our Kitten (2)

769 84 0
                                    

Warning: YAOI, Messy Writing, OOC, Typo.

.

.

.

Memang sulit untuk masuk, tapi sekali lagi Yukhei membuktikan bahwa uang bisa membeli segalanya.

Saat ini dia sedang berdiri di sel tempat 'barang' dikurung, sedikit mengernyit saat mengetahui betapa buruknya manajemen Luhan karena beberapa orang tampak lusuh dan kurus. Winwin dan Jungwoo juga sedang mencari di sel lainnya.

"Tuan Lucas! Kami punya sedikit penawaran jika anda membeli 3 orang!"

Yukhei berusaha menghiraukan manajer yang berusaha merayunya membeli 3 gadis asal Brazil dan Paraguay dengan berjalan mengelilingi tempat itu. Tempat ini cukup besar dengan sel yang lumayan kecil, di tiap sel ada kira-kira 8-10 orang. Sel laki-laki dan perempuan dipisah, dan seperti yang dia duga lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

Yukhei tidak terlalu suka perempuan untuk dijadikan miliknya, karena selain perempuan merepotkan dalam berbagai hal, kemungkinan mereka hamil pasti ada. Yukhei yang sudah bertunangan dengan seorang gadis asal Beijing tidak mau mengambil resiko. Lagipula bila kabar dia memliki soerang sex slave pria mencuat, publik takkan curiga karena kenapa memilih laki-laki padahal perempuan lebih menggoda? Lagipula dia telanjur jijik melihat beberapa barang yang mulai menggodanya.

Apa-apaan makhluk berkasta rendah ini? Seperti kucing kampung yang akan mengikuti orang yang berbelaskasih pada mereka walau barang sedikit saja.

"Iya, yang dari Cina saja." Yukhei mendengar Jungwoo yang sedang bernegosiasi dengan seorang staf. "Tunjukkan saja dan biar kami memilihnya!"

"Tuan bisa memilih dari sel ini, ini semua yang dari Cina," balas staf itu. Winwin mendelik mendengarnya, dia menunjuk sel lain. "Sel ini juga ada, kenapa kau berpikir kami ini buta?" Yukhei mengikuti arah telunjuk Winwin, memang ada 1-2 di sana.

"Ta... tapi sel itu..."

"Bukan perawan ya?" potong Yukhei tajam. Staf -dan manajer yang ada di sampingnya dari tadi- bungkam, perkataannya tadi benar. "Hei Yukhei, hal itu bukan masalah kan? Yang penting dia tidak menularkan penyakit," tanya Winwin. Yukhei mengangguk acuh, matanya tetap menelusuri sel-sel yang ada sementara Jungwoo dan Winwin menatap serius masing-masing orang di sana.

Mata Yukhei menangkap sesosok pria yang bersandar di dinding, tampak terlalu lemah untuk meringkuk. "Ah..." tidak ada yang mengetahui intensifitas ekspresi stoic sosok lemah itu-sejak jauh sebelum kedatangan mereka-yang sesungguhnya kian melembut dari waktu ke waktu.

"KETEMU!"

Ternyata tidak hanya dia yang menemukan barang bagus. "Berikan data 3 orang itu!" Perintah dari sang tuan muda langsung dikerjakan manajer dan sekejap 3 calon yang mereka pilih sudah ada di tangan.

"Yang kupilih... Yanan, Yukhei, Junhui dan Winwin ge... Ge, kenapa kau melihatnya sampai segitunya sih?"

Mata Winwin tidak beralih dari sesosok pria yang sedang memeluk lututnya itu. Mengkerut seperti disimpan di titik kedinginan terendah ujung bumi. Mata yang biasanya berbinar polos, kini diliputi selaput nafsu yang besar. "Manis," gumam Winwin yang membuat Yukhei dan Jungwoo menatap lebih lekat pada pria itu.

Pria itu jelas-jelas kurus-hingga tampak seakan hanya memakan seperenambelas ruang di dalam sel itu, kulitnya putih walau agak kusam, rambut kecokelatannya jatuh nyaris menutupi mata, bibirnya merah seperti habis digigit dan mengeluarkan darah, wajahnya terlihat takut dan matanya nyaris-nyaris tidak beralih dari lantai sel. Pria itu lebih mirip kucing yang sudah dibuang karena sudah tidak menarik lagi, Yukhei agaknya meragukan selera Winwin. "Namanya Qian Kun, asal Fujian, lahir tanggal... lebih tua dari kita, 1 Januari 1996."

Mata Jungwoo kembali meneliti kertas profil di tangannya, tak lama dia menelan ludah. "Um..."

Saat mata Kun tiba-tiba bertabrakan dengan mata Yukhei, seketika seluruh ketegangan dan kemarahan dalam dirinya lenyap. Walau wajah Kun tampak ketakutan dan sedih, tapi Yukhei merasa sangat tenang saat melihatnya. Bukan jantung yang dibuat berdebar-debar, sensasi seperti kupu-kupu menggelitik di perut atau tubuh yang melemas, tapi hanya ketenangan dan kenyamanan yang Yukhei rasakan. Dan bagi sang tuan muda, itu lebih dari cukup.

Winwin turut termangu menatap Kun, Jungwoo yang tadi akan menyampaikan sesuatu pun ikut terdiam. Mereka bertiga, lakon penting di Hongkong yang sebentar lagi akan berperan jahat, seketika linglung di hadapan seorang yang derajatnya direndahkan sedemikian rupa.

"Dia bukan perawan," kata Jungwoo yang mendapatkan kembali suaranya, tapi entah kenapa suaranya terdengar lirih. "Diperkosa setiap minggu oleh penganut suatu kultus, karena dipercaya jelmaan dewa. Setidaknya hal itu terjadi 3 bulan sebelum dia berada di sini." Dan demikianlah waktu di ruangan itu terasa berhenti. Winwin yang berhati lebih lembut tampak melemaskan wajahnya, Jungwoo ikut menampakkan sedikit wajah kasihan, sementara Yukhei tetap setia dengan wajah kosongnya.

Dunia memang kejam, hal itulah yang mereka pelajari pertama kali saat melihat banyak hal kejam di kuartal pertama kehidupan mereka. Rasa kasihan jelas ada, tapi itu takkan membantu mereka untuk bangkit kembali.

"Aku akan mengambilnya."

Jungwoo menoleh cepat pada Winwin yang tampak spontan berkata demikian, mulutnya ternganga kaget. "Ta... tapi, itu semua tergantung Tuan Muda," cicitnya. Winwin melirik sinis Jungwoo. "Aku juga tuan muda-mu," telaknya yang membuat Jungwoo tersentak. "Kau keberatan, Yukhei?"

"Tidak, aku juga menginginkannya," sahut Yukhei cepat. Qian Kun tampak memeluk tubuhnya makin erat. "Kau, namamu Qian Kun kan?" tunjuk Yukhei yang membuat Kun mengangguk. "Kemari!"

Perintah Yukhei membuat Kun berdiri. Langkahnya pelan dan lemah, tapi ada keanggunan tersendiri saat tubuh kurus itu semakin mendekati mereka. Matanya tidak tampak rasa takut lagi, walau begitu Yukhei puas melihatnya.

"Kau akan ikut dengan kami."

Karena biji mata itu tidak tersirat keengganan, tapi kepasrahan yang sangat mengundang hewan buas untuk menyeringai. Dan Yukhei benar-benar melakukannya.

.

.

.

TBC

Our Kitten, Lily & Sunshine ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang