Akhirnya mereka pun sampai dirumah.
Rumah yang terlihat sepi seperti biasanya, mungkin mama dan papa Sherly sudah kembali bekerja, jadi malam ini akan sepi. Dirumahnya saja hanya ada Sherly dan juga abang abangnya."Lo diem aja kenapa sih? Terus gue lihat tadi sore sepertinya lo sedang ngobrol sama Andi. Ngobrolin apaan?."
Tanya Daniel sambil menaiki tangga menuju kamar,dengan Sherly yang mengikuti dari belakangnya.Sherly tidak segera menjawab pertanyaan dari abangnya itu.
Ia masih bngung dengan pikirannya sendiri.'Berasa lagi ngomong sama tembok_- Sabar Niel dia adik lo, bukan tembok.'
"Masih kepikiran Dia lagi?"
Sherly seketika terhenyak mendengar ucapan dari abangnya itu, ia langsung menoleh."Enggak kok bang." Sherly menjawab seadanya.
Sekarang memang pikiran Sherly sedang bercampur aduk layaknya es teler.
Daniel pun membalikkan badannya, menghampiri dan mengelus-elus halus kepala adik perempuan kesayangannya itu.
"Udahlah Sher, Lo jangan pikirin dia terus, Nggak ada gunanya. Lo terus terusan kayak gini, nangis terus, abang nggak suka lihatnya. Toh itu cuma masa lalu, ngapain di ungkit-ungkit lagi."
Setelah itu, Daniel lalu masuk ke kamarnya. Sherly masih terpaku ditempat, memang abangnya selalu tau apa yang dirasakan Sherly, dan disaat Sherly sedih, Daniel lah yang menenangkan Sherly.
Tapi omongan abangnya yang barusan telah menyakiti hati kecilnya.
Ia hanya saja merasa...
Tidak terima.^ ^ 🐣 ^ ^
Sherly berjalan sendiri menuju perpustakaan sekolah. Mumpung masih istirahat dan berhubung dia lagi malas untuk ke kantin, Ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku materi untuk bahan ulangan besok.
"Heh" panggil seorang cowok.
Merasa namanya dipanggil, Sherly menoleh ke belakang dan Sherly mendapati Andi yang sedang berjalan ke arahnya."Lo mau nanti malam ikut gue, ke pasar malam?"
"Ngapain lo ngajakin gue?"
"Ya, kalo nggak mau juga nggak apa apa. Gue cuma nawarin kalo lo minat."
"Hal apa yang bisa bikin gue harus percaya sama tawaran lo itu?"
"Yaelah, gue nggak bakal ngapa-ngapain lo, tenang aja. Gue cuma butuh waktu buat refreshing."
"Kenapa harus gue banget?"
"Oh, lo nggak mau? Ya sudah, bye."
"Ng-nggak gitu. Y-yaudah gue terpaksa mau. Mau lo jam berapa?"
'Haha, Yes!'
"Jam tujuh malam, Gue jemput lo."
"Emang lo tahu alamat rumah gue?"
"Nggak."
"Bego banget, ngapain mau jemput segala?!"
"Heh berisik!. Ya sudah gue kasih alamat tempatnya, nanti kita ketemu disana, mau kagak loh?"
"Oke, cepetan tulis alamatnya."
"Ye iye mak lampir."
"Lo bilang gue apa barusan!?"
"Nggak, lo salah dengar kali. Tuh, kertasnya. Jangan sampai lupa."
"Okay, gue pamit dulu. Bye!."
Sherly langsung pergi begitu saja, karena dia tak mau kehabisan waktu.
🐤🐤🐤
Perpustakaan hanya berjarak beberapa meter dari Sherly, tapi ada tangan yang menarik lengannya sampai suatu ketika ia ditarik ke alam gudang olahraga.
![](https://img.wattpad.com/cover/149428611-288-k76764.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Strangers
Teen FictionAsing. Mungkin kata itu yang pantas untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak kalian kenal bukan? Dia, yang merubah hidup Sherly menjadi berwarna, juga bisa menjadi suram. Dia yang bisa membuat Sherly lupa akan semua tetesan cerita di masa lalu y...