[6] Brandal

51 6 2
                                    

Daniel pun bertanya-tanya dalam diam dan malah bingung.

Sebelum ketemu? Maksudnya apaan? Ia melirik tajam adeknya itu.

Sherly yang merasa sedang ditatap pun menengok pelan-pelan pada Daniel. Pasti abangnya itu sedang marah sekarang.

‘Lo kenapa sih?’ Daniel berbisik tanpa mengeluarkan suara hanya gerakan mulutnya saja, dengan menatap curiga adeknya itu. Mencari tau sebabnya.

‘Bang Daniel diam dulu, nanti saja Sherly ceritanya.’ Balasnya dengan sinis menjawab pertanyaan Daniel.

"Nggak ada."
Ucapnya menoleh pada Andi, yang masih menunggu jawaban dari Sherly.

“Oh." balas Andi singkat.

....

Sekarang kondisi Sherly sudah sedikit membaik. Jadi, ia memutuskan untuk kembali ke kelasnya.

Sherly juga sudah meminta maaf pada guru pengajarnya karena dia masuk UKS tidak memberitahu dulu.  Gurunya pun cuma mengangguk mengerti, bahkan juga bertanya tentang keadaan Sherly sekarang ini.

Dua jam sudah berlalu. Semua siswa langsung berburu dan berlarian menuju ke kantin sekolah, namun tidak dengan Sherly. Tubuhnya merasa mager sekali padahal hanya untuk berdiri saja dia tidak mau dan memilih untuk bermalas-malasan di kelas. Dia malas sekali untuk keluar kelas, kapok jika kena kesialan terulang lagi.

“Ekhem! Sher, daripada kamu bermalas-malasan seperti siput, mending kamu saya beri perintah.” Ucap Bu Liya, guru Bahasa Inggris Sherly yang melihat salah satu muridnya hanya ada dikelas.

Sherly tentu saja kaget namanya dipanggil seorang guru. Ternyata dia disuruh untuk mengambil kabel di ruang media dan juga mengantarkannya menuju kelas sebelah, mungkin ada jam pelajaran tambahan.

Sherly mau tak mau pun harus menuruti perintah dan izin beranjak keluar.
.
.
Sampai di ruang media, Sherly mengetuk pintu dengan pelan, lalu masuk dan  berjalan ke ruang meja Bu Liya, untuk mengambil kabel HDMI tersebut.

Terdengar sesuatu yang serius sedang dibicarakan, Sherly pun diam-diam mencari asal suara tersebut.

‘Ngapain lagi kali ini?’ pikirnya ketika melihat seseorang yang ia kenal.

"Kamu sudah berapa kali bolos di pelajaran saya? Mana tugas uraian kemarin yang Ibu beri kamu belum juga kumpulkan kan?. Kurang lebih dua bulan terakhir ini kamu sering sekali bolos dari pelajaran. Kalo kamu begini terus dan tidak bisa diingatkan lagi, Ibu terpaksa buat laporan ke Kepsek agar kamu dpertimbangkan untuk tetap disini atau keluar sekolah." kata Bu Dian dengan lantang juga marah pada seorang murid laki laki.

Sherly pun penasaran lalu menggeser badannya untuk melihat melihat lebih jelas, dan murid laki laki itu adalah Andi.

Oh, nggak heran lagi gue sih.’ Sherly pun hanya manggut-manggut saja. Ia masih saja menguping pembicaraan itu.

"Ibu ini tidak ngurusin kamu saja, Ndi. Murid-murid lainnya pasti lebih membutuhkan nilai tambahan pelajaran dari semua guru. Sifatmu itu harusnya bisa diubah. Akhir-akhir ini sudah puluhan kamu berantem sama temen mu dan kelas 11, mau jadi apa kamu?" Kata bu Dian, Andi hanya diam dan mengadah.

Andi merasa dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri dan mendapati seseorang yang sedang menguping pembicaraannya barusan, itu Sherly.

'Ngapain tuh bocah ngumpet di kolong meja guru? Kurang kerjaan banget.' Pikirnya lalu matanya menyipit.

"Diajak ngomong bukannya menjawab malah bengong. Terserah kalo kamu mengabaikan apa yang saya katakan. Ibu hanya memberikan solusi yang terbaik. Ibu harap kamu harus ubah pola pikirmu itu mulai sekarang, kalau kamu masih saja bandel, mungkin saja Kepsek tidak akan beri kamu harapan lagi untuk sekolah disini. Kamu boleh keluar.” Ujar Bu Dian lalu pergi mengambil secangkir teh minumannya.

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang