[3] Kesal

98 8 8
                                    

Bel sekolah berbunyi, tandanya pelajaran sudah selesai dan akhirnya semua murid pun bisa pulang.

Army menawari Sherly untuk bareng pulang, tapi Sherly menolak karena ia harus menunggu abangnya yang masih extra basket, dengan alasan kasian abangnya jika dia pulang duluan. Padahal abangnya kan yang ngeboncengin dia.

Armylia hanya mengangguk, lalu pamit pulang duluan pada Sherly.
Sherly masih dikelas menatap buku diary yang tergeletak di mejanya. Tangannya mulai bergerak membuka kumpulan selembar halaman demi halaman buku diarynya itu.

Tak disengaja mengingatkan Sherly pada seseorang yang bernama Alfi, sosok yang sangat berharga baginya.

Angin sore menerpa rambut panjangnya,
Jeritan para pemain basket sore hari yang didengarnya,
Suara kipas angin yang sudah sedikit rusak menemani kesunyian di kelas,
Perlahan ia hembuskan nafas lelah
Seraya memandang indahnya pemandangan senja hari.

"Kau tau? Entah apa sebabnya, Diri ini selalu teringat padamu dan juga rindu semasa kita masih kecil. Bermain kejar kejaran, dimana janjimu dulu, yang akan segera kembali, kembali bermain bersama denganku?
Ku harapkan dirimu kembali, kembali di hadapanku kemudian tersenyum manis dan mengajakku bermain, seperti dahulu, seperti dahulu janjimu yang kau sering ucap padaku..."
Perlahan aku merasakan mataku sedikit mulai berlinang air mata. Rasanya tak bisa dibayangkan jika selalu mengingat sosok itu.

Kenapa diriku ini? Kenapa aku lemah sekali? Oh, ayolah Sher, mana sifat kuat lo dulu?

"Lo ngapain masih disini? Gue kira tadi lo setan pake nangis lagi, tambah ngeri kan."
Seseorang itu datang melangkah menghampiri Sherly. Tentu saja Sherly sangat kaget, lalu ia sedikit menoleh ke arah asal suara tersebut.

Oh, Dia lagi.
...

Sherly pun hanya diam, enggan menanggapi pertanyaan itu.
Suasana pun hening karena tak ada pembicaraan.

"Gue dikacangin ternyata. Oke, gue tanya lagi, kenapa lo nangis?"

"Gue fine. Masih disini nungguin abang gue." jawabnya seadanya.

Membuang muka. Dia tidak mau Andi melihatnya, dan baginya juga dia masih orang asing, dan juga masih sedikit risih.

'Kenapa malah ketemu disini sih, mengganggu fantasi gue saja.' Pikir Sherly.

"Lo memang nggak pandai bohong ya?"

"Hah?"

"Lo itu nggak pandai bohong buat nutupin perasaan lo sebenarnya." Andi menunjuk Sherly.

Sherly langsung diam. Kenapa ini makhluk selalu ikut campur dalam masalahnya. Dia sangat tidak suka jika curhat mengenai masalah pribadinya pada orang lain. Apalagi pada orang asing.

Terkecuali pada keluarganya sendiri dan juga para sahabatnya, Dia baru mau menceritakan jika dia dipaksa habis habisan oleh ke tiga sahabatnya itu.

Sherly hanya tersenyum canggung padanya, masih berusaha menghilangkan seseorang di pikirannya.

'Dia baik, nggak seburuk penampilannya.' batin Sherly.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu? Lo GR? Sorry, gue gak ada niat buat perhatian sama lo tapi memang gue gak tega liat cewek nangis." Sambil memukul kepala Sherly. Sherly hanya mengaduh tapi sebenernya tidak sakit.

"Ih apaan sih, Gue udah bilang nggak apa apa. Btw, kita udah ketemu 3 kali, tapi gue belum tau nama lo siapa. Kenalin gue Sherly." sambil tersenyum menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

Sebenarnya Sherly sudah tahu kalau crocodile ini bernama Andi, dari pertanyaan beberapa murid di kantin tadi.

'Nih cewek Sherly namanya? Hmm,menarik. Boleh juga' Dia hanya diam tak menanggapi, membiarkan cewek dihadapannya ini terus menggantungkan tangannya.

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang