[5] Karena Dia

45 6 2
                                        


Mereka bertiga sekarang berada di UKS.

Suasana disini  sekarang sangatlah....

Canggung.

Tiba-tiba saja Army teringat pada sahabatnya Heny. Biasanya dia bisa mencairkan suasana canggung seperti yang terjadi sekarang. Ia hanya bisa menemani duduk di samping Sherly ,yang masih terbaring di bangsal UKS.

Sedangkan di sisi lain ada Andi yang dari tadi hanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong, mengacuhkan mereka berdua. Seolah-olah dirinya hanyalah sebuah nyamuk yang tak dianggap. Ia merasa sangat bersalah. Karenanya, Sherly harus ikut terlibat dalam masalahnya.

Sementara Sherly tersadar, Army dan Andi juga sedang menunggu datangnya tim medis yang bertugas di hari ini tetapi mereka tak kunjung datang.

Ada yang aneh, tak seperti hari-hari biasanya.

“Lo sebaiknya balik ke kelas daripada nanti ketinggalan pelajaran."
Setelah hening yang cukup lama, akhirnya Armylia angkat bicara melihat Andi yang sekarang  hanya bengong bengong sendiri nggak jelas.

"Terserah gue lah mau disini atau nggak, itu bukan urusan lo. Ini juga salah gue dia ada disini. Lagipula gue udah biasa bolos. Lo sendiri ngapain kesini?" Sahutnya tanpa menoleh pada Army.

Malas.

"Ya gue tadi udah izin sama guru pengajar dikelas lah. Gue disuruh buat nyariin Sherly, karena dia tadi nggak balik-balik ke kelas. Takut ada apa-apa. Lo balik aja sana. Nanti juga kalo istirahat kan banyak yang dateng ke UKS buat nengok Sherly. Memang terjadi sesuatu, hm?" Tanya Army dengan  penasaran mengintrograsi Andi.

Ya siapa juga yang tidak panik kalau tiba-tiba lihat orang pingsan ditengah jalan. Aneh bukan?

"That’s long story. Nanti juga lo nggak ngerti, buang-buang waktu gue kalo cerita."

‘Kampret nih bocah’ Army pun bergeming, hanya menahan emosinya saat ini.

'Brakk' Andi menendang tempat sampah yang ada di sebelahnya dengan keras.

“Uhuk uhuk! Eh soto, kampret! Astagfirullahaladzim...  Ngagetin gue aja tau!” Sahut Army yang langsung saja mengamuk ketika dirinya sedang meminum air.

'Nih orang kalo ngamuk pengen nendang bola serem juga. Astaghfirullahaladzim, Ya Gusti Ya Rabb lindungilah hambamu ini Ya Allah. Hindarkan hambamu ini dari amukan syeiton.'

Dia tahu kalau sekarang  Andi sedang dalam keadaan moodbreaker.

Ekspresinya saja sudah seperti banteng yang ingin saja menyeruduk musuhnya lantaran marah dan kesal, tetapi sorot matanya juga sedang menyiratkan sedikit kesedihan.

"Ada apa ini, suara apa tadi?" Kata kakel yang ternyata baru saja datang untuk shift tugas berjaga di UKS.

"Dek, ini tuh UKS bukan tempat untuk nongkrong. Jangan berisik. Dan juga tolong bersihkan sampah yang berserakan itu semua. Kamu sudah melanggar peraturan." Kakak kelas itu menunjuk sampah sampah yang berserakan akibat perbuatan Andi barusan.

"Bersihin saja sendiri." Jawabnya singkat.
"Kamu harus tanggung jawab atas tindakan tadi dek. Jangan membantah!"

Andi dengan sangat terpaksa mengangguk pelan dan mulai berjongkok, mengambil sampah-sampah dan memasukannya ke tempat sampah.
Dia juga tidak mau ribut, karena hal sepele lagi. Itu bukan gayanya.

"Tempat sampahnya penuh tuh dek, buang juga sekalian ya. Sekali-kali bantuin gue dapet pahala loh." Sahut salah satu kakel itu berbicara, memberanikan diri.

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang