15 - Worrying

127 15 4
                                    

Worst feeling ever, is mixed from worry and fear — Gretha

Satu bulan sudah Gretha mendiamkan Darren. Terhitung sejak, Darren mengantarkan cewek itu pulang setelah makan malam mereka ditenda pecel ayam. Iya, mereka gantian gitu. Cuma, si Gretha niat banget ngedieminnya sampai satu bulan lebih kayak gini.

Alasannya?

Kalian ingatkan, waktu Darren mau mengantar Gretha pulang, dan cewek itu menerima telfon dari Caessar, dan suara tawa Darren yang rokes abis kedengeran sampai seberang sana? Yepp, itu alasannya. Agak gak masuk akal ya mereka berdua. Setiap ada kejadian atau fikiran yang belum tentu benar dari keduanya, pasti langsung diem-dieman. Gak keren banget.

Dia gak mau aja Caessar mikir yang, well, let's say, 'aneh-aneh'. Masalahnya, applikasi tindernya sudah dihapus sama dia. Dia ogah lagi buat reinstall dan nyari yang kayak Caessar. Tapi memang ada alasan lebih spesifik sih.

Yes! Mamanya Darren aja sudah telfon-telfonan gitu sama Clara. Jadi, ya sudah jelas dong hubungan Darren sama si Clara-Clara ini apa.

Dan yang mesti kalian tahu, Darren nggak mempan didiemin tanpa arti gitu aja sama Gretha.

Kayak hari ini, ada aja alasan Darren yang bikin Gretha harus mengeluarkan suara yang emang sudah dia pantangkan keluar hanya untuk menjawab cowok itu.

"Mama nanyain lo tuh."

"..."

"Katanya, mau diajarin bikin cushion."

Dua kalimat pancingan gak dijawab. Brarti ini waktunya Darren ngeluarin kalimat yang sudah ia yakini pasti akan membuat Gretha mendelikkan matanya.

"Temenin gue cari tux, G..." Darren mengucapkan kalimatnya sambil melirik takut-takut kearah cewek didepannya itu.

"...ah! Sama dasi juga sih." Lanjut Darren.

Gretha memang sedang berada didalam ruangan Darren sore itu. Mau tahu buat apa? Kamuflase cowok itu supaya Gretha mau masuk keruangannya. Dengan alasan menuntaskan kerjasama kantornya dengan kantor Andra. Licik banget Darren! Padahal kontraknya tinggal ditanda tangan aja.

"Excuse me?" Akhirnya Gretha mengeluarkan suaranya.

"You heard me." Jawab cowok itu masa bodo.

"Nggak! Lo gak punya privelege buat ngajak-ngajak gue buat nemenin lo!"

Benar kan? Gretha pasti marah-marah. Bukti tak bisa dielak nampak diwajah Darren atas fikirannya sendiri. Cowok itu tersenyum melihat respon cewek itu atas ajakannya tadi.

"Ngapain lo senyum-senyum?!" Tanya Gretha, galak.

"Ih. Suka-suka gue dong. Kenapa? Naksir lo?"

"Gila! Gue keluar. Gak jelas juga lo nyuruh gue kesini buat apaan!"

Gretha keluar dari ruangan cowok itu dengan menyentakkan kakinya, dan diiringi suara tawa Darren yang selalu aja ganggu. Itu opini pribadi Gretha, guys. Tenang-tenang.

Kembali ke kubikelnya yang selalu ia anggap damai, —well, setidaknya kalau tidak ada teman-temannya bertengger disana, Gretha akan selau merasa kubikelnya adalah tempat paling damai dikantor ini— mengecek ponselnya yang ia tinggalkan.

Caessar Briandiga: Spore for 3days. Miss u already! Pas aku pulang, dinner?

Ih gila-gila. Memang benar kata orang, setiap ada kepahitan, pasti akan ada manis setelahnya. Ini buktinya nih, baru aja emosi karena Darren yang susah banget dikasih kode kalau Gretha niat ngejauh, dia dapat whatsapp manis dari orang yang manis juga.

Ç'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang