Seperti biasa aku bangun pagi, berangkat kesekolah dan belajar dengan tekun.Lonceng istirahat telah berbunyi. Ibu Julia yang mengajar tadi memperbolehkan kami untuk keluar duluan setelah mengumpulkan tugas yang dia berikan tadi.
Aku mengeluarkan novel kemarin yang belum sampai habisku baca.
'Aku akan membaca ini setelah membeli bubleteaku'
batinku sambil senyum-senyum sendiri membayangkan betapa nikmatnya meminum bubletea sambil membaca novel di kursiku yang tepat berada disamping jendela.
Tapi ku urungkan niatku itu saat melihat Ibu Julia yang kesusahan mengangkat tumpukan Buku - buku tugas itu karena perutnya yang sedang hamil tua.
Ku hampiri beliau dan bertanya."Ibu apakah saya boleh membantu Ibu membawakan buku-buku ini?"
" Oh boleh nak! Ibu sangat senang jika ada yang mau menolong Ibu. Apalagi Ibu sedang hamil tua begini. Makasih ya nak."
"Sama-sama bu. Ibu duluan, saya akan mengikuti Ibu dari belakang."
"Baiklah, Mari."
Aku membuntuti Ibu Julia dengan buku-buku yang memenuhi tanganku.
Shopia sempat tercengang melihatku tapi Laumi dan Terysna sudah terbiasa melihatnya."Kalian duluan saja, nanti aku nyusul." Ucapku saat berpapasan dengan mereka.
Laumi membentuk jarinya menjadi huruf O dan tersenyum. Lalu menarik kedua sahabatku untuk pergi duluan kesana."Bukunya kamu letakkan disini saja."
Tunjuk Ibu Julia pada atas mejanya.
Aku meletakan dan merapikan buku-buku itu, seraya mengambil novelku kembali yang ku sisipkan paling bawah."Trimakasih banyak nak, karena telah mau menolong Ibu. Apakah Ibu bisa minta tolong lagi?"
"Baik bu."
" Tolong kamu letakan pianika sama biola ini diruang musik."
" Baiklah, kalau begitu saya permisi bu."
"Makasih loh ya kamu sudah mau membantu Ibu. Dua kali lagi."
" Nggak apa-apa bu, ini memang tugas saya untuk membantu Ibu."
Percakapan itu ku akhiri dengan senyuman.Aku mulai melangkahkan kaki ke ruang musik yang berada diujung koridor kelas 12 Koridor ini nampak sepi.
'Sepertinya semua orang sedang kekantin atau tidak kelapangan.
Mereka semua pasti sedang melihat tim basket putra latihan untuk pertandingan itu, hingga membiarkan koridor ini sepi, seperti tidak ada kehidupan saja disini. '
pikiranku melayang entah kemana-mana.Aku sudah sampai diruang musik. Aku takut suasana sepi seperti sekarang ini.
"Huh, namanya saja ruang musik, tapi nggak ada suara musiknya sama sekali. Kan percuma?" Ucapku ngomong sendiri.
Aku meletakan pianika dan novelku diatas piano. Dan membuka biola yang masih terbungkus rapi dalam wadahnya.
"Mungkin tidak apa kalau aku memainkannya sebentar."
kataku sambil celingak-celinguk kedepan pintu,lalu menutupnya.Ku gesekan bow pada senar dengan sangat perlahan. "Tidak terlalu buruk," ucapku menimbang-nimbang permainanku tadi.
Ku mainkan biola itu lagi dengan irama yang lebih cepat, melampiaskan rasa rindu yang kurasa saat teringat biola pemberian kakek yang kuberi nama ' Bi '
3 tahun belakangan ini aku tidak pernah lagi menyentuh biola lain, setelah patahnya 'Bi' karena terlindas truk.
Itu semua terjadi begitu cepat, hingga mengingatnya saja rasanya sulit dan menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay To Mr Basket
Teen FictionNamaku Neinia Candra Winata Anak kelas 11 IPA 1 di SMA 1 Jaya. Aku ketua PMR disekolah. Aku cuma anak biasa yang gak terlalu terkenal dan sibuk cari sensasi. Aku bukan anak biang rusuh, tapi aku juga gak suka ngumpet diperpustakan tiap hari. Aku leb...