6. Pertemuan (tak) Menyenangkan

665 40 4
                                    

Sepulang sekolah aku dan ketiga sahabatku pergi ketempat dimana Niko membuang novelku tadi. Seingatku ia buang ke tong sampah yang berisikan dedaunan.
Banyak orang yang melihat ke arah kami, apalagi saat aku mengacak ngacak isi tong sampah itu.

"Lihat deh, nggak tau malu bener tuh orang."

"Iya, mulung kok disekolah, harusnya dipinggir jalan sana!"

"Huh, nggak tau malu!"

"Hahaha, liat deh ternyata disekolah kita ini ada juga ya, yang cita-citanya jadi pemulung"

Berbagai ejekanku dapat. Aku cukup diam dan tutup mulut. Saat sudah melihat benda yang ku cari-cari, langsung saja ku ambil novel itu dan ku simpan kedalam tas.

"Dah dapet Ne?" Tanya Shopia.

"Iya nih, sudah." Jawabku menutup resleting tas ku.

"Kalo gitu yok pulang." Ajak Terysna.

"Cuss, kita pulkam." Kata Laumi jingkrak-jingkrak.

"Lo kira mudik Mi." Ucap Terysna mendumel.

"Lah. Bener kan, kita sekolah, abis itu pulang ke rumah, rumahku itu ada dikampung, dikampung itu ada rumahku, rumahku it-"

"Huaa Mi Ayam bacot." kata Shopia menutup kupingnya.

"Dikampung itu bukan cuma rumah lo doang yang ada Mii. Rumah Tante gue juga ada disana, rumah nenek lo juga dikampung, ya kan Ne." Cerocos Terysna.

"Iya Ter." Jawabku sekenanya, aku sedang tidak mood untuk banyak bicara, jadi pendengar yang baik sudah cukup bagiku.

"Eh gays, nanti malam pada nginep dirumah gue yak, sore ini bunda sama ayah gue bakal pergi ke perusahaan mereka yang ada di Sumatera, katanya sih ada sedikit masalah." Jelas Laumi menampilkan raut wajah sedih.

"Siip. Ntar gue nginep, tapi gue nggak bisa datang cepet. Mungkin nanti rada malam." Kata Shopia semangat.

"Siyap, malam ini gue apel." Jempol Terysna.

"Maaf ya Mii, aku nggak bisa nginep. Masalahnya mamaku bakal pulang sore ini, tapi kalo malam mungkin aku bisa main ke rumah kamu sehabis minta izin dari mama." Kataku penuh penyesalan karena tidak dapat menginap nanti malam.

"Gak papa Ne, asal lo main aja kerumah gue nggak masalah." Terang Laumi merangkul bahuku.

"Iya. Lagian kan masih ada kita, yang bakal hancurin rumah Mi Ayam." Kompak Terysna dan Shopia.

"Tenang nanti aku juga bakal ikutan ngancurin rumah Mi ayam kok, tapi aku cuma setengah. Sisanya kalian yang hancurin lagi yakk." Kompak kami cekikikan bertiga, kecuali Laumi.

"Sedia makanan sebelum lapar ya Mii. Jangan biarkan badanku yang seperti gitar spanyol ini kurus macam keripik." Kata Shopia memutar-mutar badannya.

"Gitar spanyol apaan. Orang badan lo kayak gitar tua bang Roma Irama gitu." Ucap Terysna yang berhasil membuat ku dan Laumi ngakak.

"Iih, Terysna! Lo aja sana yang jadi gitarnya bang Haji Roma, gue mah maunya jadi gitar Shawn Mandes aja. Biar bisa deket terus bareng doi." Hayal Shopia mulai terbang.

"Iih, Shawn Mandes punya gue!"
kata Laumi menarik tangan Shopia.

"Gue!" Tarik Shopia lagi pada tangannya sendiri.

"Gue!"

"Gue!"

"Guweeee"

Yahh pertengkaran itu terus berlanjut hingga didalam angkot. Beginilah sahabat - sahabatku, meskipun ributnya minta ampun, tetapi kami tetap bersama-sama dalam menghadapi apapun.



Stay To Mr BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang