Andro melengos sambil menarik selimut menutupi wajah, menghiraukan Ibu yang sibuk mengguncang-guncangkan tubuhnya sambil menyuruh bangun.
"Andro, ayo bangun! Ini sudah jam delapan!"
Andro tetap diam dibawah selimutnya.
"Andro! Itu temanmu datang!"
Andro justru semakin memperkeras dengkurannya, sampai didengarnya Ibu mengeluh putus asa dan melangkahkan kaki meninggalkan kamar.
Sudah menjadi rutinitas setiap hari Minggu. Ibu pasti menyuruhnya bangun ketika ia tengah asyik-asyiknya terlelap setelah kelelahan berlatih band semalam suntuk, dan lagi-lagi, dengan dalih bahwa teman-temannya datang.
Nyatanya, begitu ia keluar kamar, paling-paling yang dijumpainya hanya Titan, adik semata wayangnya, yang tengah sibuk mengutak-atik vespa antik kesayangan di halaman depan.
Sayup-sayup terdengar suara pintu kamarnya dibuka. Andro kembali memejamkan mata erat-erat. Tiba-tiba saja selimutnya disentakkan oleh seseorang hingga jatuh ke lantai. Andro terkejut saat mendapati Riva. Temannya itu sudah berdiri disamping tempat tidur sambil tersenyum meledek.
"Wuidih, belum bangun, bos? Nyenyak tidurnya?"
Andro mengucek-ucek kedua matanya seraya bangkit sambil bersumpah serapah, "Rese' lo! Baru juga bisa merem, udah digangguin! Gue hajar juga lo, Va!"
Riva tergelak, "Siapa suruh pulang latihan pake dugem segala."
"Sok tau lo!" Andro memungut selimutnya dari lantai dan melemparkannya begitu saja ke atas kasur, "Lo mau ngapain sih ?"
"Yah... dia ngambek. Aneh banget sih lo!"
Andro menguap, "Gue ngantuk tau!" ujarnya sambil menyeret langkah membuka jendela.
Sesaat Andro menyipitkan mata karena belum terbiasa dengan sinar matahari menyilaukan yang tiba-tiba memenuhi ruangan saat tirai dibuka. Ia menyempatkan diri sejenak memandang keluar jendela.
Rumahnya berseberangan dengan taman kompleks. Dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua, ia bisa melihat langsung ke arah taman yang tampak rindang karena dikelilingi pohon akasia besar.
Beberapa orang sedang melakukan aktivitas lari pagi mengelilingi taman yang berbentuk persegi panjang itu. Beberapa orang lainnya tampak duduk-duduk santai sambil menikmati bubur ayam. Beberapa ibu atau pembantu rumah tangga mengerumuni tukang sayur yang mangkal di sebuah sudut taman.Andro mengalihkan pandangan kembali ke kamarnya. Tampak Riva sedang duduk diatas karpet sambil memainkan gitar. Lagu milik Cranberries memenuhi ruangan. Linger.
"Ndro, temenin gue cari stick drum yuk." Riva berkata disela-sela petikan gitarnya.
Andro menguap, "Kenapa gak minta temenin yang lain?" tanyanya malas-malasan.
"Tadinya gue mau ajak Ditto, tapi hari ini dia harus ke kampus. Latihan basket buat kompetisi antar kampus."
"Yang lain?"
"Lagi pada sibuk."
Andro mendengus sebal, "Ya udah. Mau gimana lagi. Tapi entar aja ya perginya, agak siangan dikit."
Riva menghentikan permainan gitarnya dan menatap Andro keheranan, "Emangnya kalo pergi sekarang kenapa ?"
"Ya nggak apa-apa sih... Tapi, gue mau tidur lagi..." tanpa meminta persetujuan Riva, Andro menghempaskan tubuhnya kembali ke atas kasur, menarik selimut menutupi wajah dan memejamkan matanya rapat-rapat.
"Kebo lo!"
🎶
Studio tempat latihan The Martian adalah studio milik Ditto, pemain kibor The Martian. Letaknya di lantai dua rumah Ditto. Ruangan studio itu berbentuk segi empat berukuran 4x5m. Seluruh dinding studio dilapisi lapisan kedap suara berwarna abu-abu. Poster-poster grup band terkenal dari dalam maupun luar negeri ditempelkan di sepanjang dinding. Peralatan musik yang dimiliki Ditto juga lengkap dan kondisinya sangat terawat. Semuanya merk terkenal. Ditto memang sudah mengoleksi alat-alat musik sejak SMP. Ia juga bisa memainkan beberapa alat musik. Yang paling disukainya adalah piano dan kibor. Ditto jugalah yang mengusulkan untuk mendirikan The Martian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Revenge (Completed)
RomanceCerita ini adalah bagian pertama dari cerita cinta Lea dan Andro (timeline tahun 2006 - 2011) This is a story of first love. Cinta pertama memang paling sulit untuk dilupakan. Terlebih karena rasa sakit ditinggalkannya. Azalea yang harus bertemu ke...