Part 3

11 2 0
                                    

Tak mau membuang waktu aku langsung membuka ransel ku dan mengeluarkan kotak bekalku dari dalam tasku. Tidak menunggu lama aku sudah menghabiskan separuh bekalku dengan lahap.

"hemm" terdengar suara deheman dari sampingku, akupun langsung memberanikan diri untuk menegok kesampingku. Dan betapa terkejut ya aku karena yang kulihat lebih seram dari pada setan, siapa lagi kalau bukan pak fery yang terhormat.

" ada apa ya pak fery yang TERHORMAT".

"apa kamu punya penyakit amnesia".

" tidak".

" seharus ya kamu tahu tujuan ku ke sini".

"tapi, bukan ya pak fery yang terhormat sedang menghukum anak brandalan itu".

" iya, terus kenapa". ucap ya sambil menatapku dengan senyuman yang tidak ku mengerti kembali.

"baiklah, kalau pak fery yang terhormat ingin menghukumku!! biarkan aku menghabiskan bekalku terlebih dulu".

"silahkan". ucap ya yang kemudian dia duduk disampingku. sejenak aku merasa senang dengan begitu aku bisa mengundur waktu untukku berpikir, dan ada rasal kesal karena dia duduk disampingku seenak ya.

" bisakah pak. Fery yang TERHORMAT duduk di tempat lain".

" memang ya ada apa dengan bangku ini" .

" tidak ada masalah dengan bangku itu, masalah ya saya tidak suka Pak fery yang Terhormat duduk disitu".

" terus..".

"bisakah pak. Fery yang terhormat duduk ditempat lain" ucapku dengan tegas namun dengan nada halus.

"baiklah kalau itu yang kamu mau" ucap ya sambil berdiri, dan aku sangat merasa senang karna aku tidak harus dekat-dekat dengan ya.

" syukurlah".

" sekarang kamu berdiri, kamu duduk ditempatku dan aku duduk ditempat mu".

" what!! maksud saya bukan seperti itu, tapi kamu duduk dimana saja tersera asalkan jangan dekatku" ucapku panjang lebar, namun yang diajak bicara hanya menjawab "oh" dan kembali duduk ditempat semula.

akupun langsung berdiri dan melangkahkan kaki, baru beberapa langkah aku langsung berhenti karna ucapan ya.

"kamu mau kemana??".

" saya mau ke kamar mandi, apa pak. Fery yang terhormat mau ikut juga".

" boleh" ucapan ya yang membuatku berhasil melotot marah.

" what!!".

" jangan berpikir aneh-aneh, saya juga mau kekamar mandi sekalian jalan ya barang" seru ya sambil berjalan mendekatiku, ada sedikit lega karna dia tidak seperti yang kupikirkan.

-
-
-
sudah lima menit aku di dalam kamar mandi, sekarang rencana ya apa ya untuk mengagalkan hukuman ku.

" ayolah ani berpikir" ocean ku sambil berjalan bulak balik didepan cermin kamar mandi. " hahaa, gua punya ide!! lebih baik gua cabut aja ". sambil celak ciluk, akupun langsung kekelas mengambil rensel ku.

" ani, kamu mau kemana" suara rara yang hampir membuatku jantungan.

" huss..., jangan berisik".

"iya-iya, lu mau kemana segala bawa tas".

"gua pengen cabut".

"gila lu".

"udah-udah lu jangan berisik, terus lu jangan ngomong siapa-siapa gua cabut".

" iya, tapi kalau lu ketahuan jangan bawa-bawa nama gua".

"sip" ucapku sambil mengangkat jempolku. akupun melangkahkan kaki ku ke belakang gedung, sampai disana aku langsung mengambil tangga yang tidak jauh dari sana.

"mumpung nga ada orang gua kabur aja sekarang" ucapku sambil menaiki deretan anak tangga. Setelah loncat dari tembok pembatas sekolah, akupun langsung jikrak jingkruk karena saking senang ya aku berhasil melonjati tembok ini.

"hemm" tetdengar suara deheman seseorang dari belakangku, dengan ragu aku langsung menegok kebelakangku.

" hee..bapak. bapak ko ada disini" ucapku dengan manis dan berharap dia akan segera diabetes.

"seharus ya pertanyaan itu untuk mu bukan untukku".

"hee..e anu..anu pak" ucapku gelalapan karna aku tidak tahu harus jawab apa, akupun langsung teringat bahwa aku seorang ratu drama. Dia pun mendekatiku sambil mengangkat alis ya.

" anu..pa" ucapku dan langsung akting pingsan, biar akting ku nyata aku harus tidur biar terlihat benar-benar pingsan.

" ani, ani bangun " teriakan ya yang masih dapat ku dengar.

AdrianiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang