Chapter 1 - Heavy Start.

92 13 1
                                    

Tokyo, Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo, Jepang.

Suara bising kendaraan yang berlalu lalang menghiasi jalanan ibukota negeri sakura ini. Suara dari tetesan air hujan yang jatuh turut menghiasi sore hari yang sibuk ini. Trotoar dihiasi dengan payung berbagai motif dan warna yang digunakan oleh beberapa orang yang hendak pulang agar tidak terkena tetesan air hujan yang menguyur kota ini.

Seorang gadis dengan netra keunguan berlari menuju halte bus dengan tas yang menutupi kepalanya. Sesampainya dihalte bus gadis itu langsung membenahi penampilannya yang berantakan. Rambut coklat karamelnya terlihat mengkilap karena basah. Dalam hatinya gadis itu merutuki dirinya sendiri karena tidak memasukkan payung kedalam tasnya pagi ini.

"Aku benar-benar sial hari ini." Rutuk gadis itu sambil merasa tidak nyaman karena dia benar-benar basah kuyup sekarang ini.

Ponsel gadis itu bergetar menandakan notifikasi baru saja masuk. Dengan segera ia mengambil ponselnya dari dalam tas dan membuka pesan yang dia terima.

Eiji :
Mirai, Aku menunggumu,cepatlah pulang!

Gadis itu seketika mengerutkan dahinya melihat pesan yang dia terima. Sejak kapan orang itu datang ke rumahnya. Dan kenapa tidak mengatakan kepadanya kalau akan datang? Tanpa membalas gadis itu dengan segera memasukkan kembali ponselnya kedalam tas setelah melihat busnya sudah datang. Gadis itu dengan segera memasuki bus dan menempelkan kartunya pada mesin bayar otomatis lalu duduk dipaling belakang dekat jendela.

Sejenak gadis bernama Mirai itu termenung. Kenapa kakaknya datang tanpa memberi tahu? Selalunya jika sang kakak berkunjung, kakaknya itu akan menjemputnya disekolah. Tetapi sekarang kakaknya datang tanpa memberitahu terlebih dahulu. Dan juga tidak menjemputnya. Apa ada keadaan mendesak?

"Kau sudah baca novel baru itu?" Suara percakapan dua orang gadis disampingnya membuat Mirai tersadar dari lamunannya.

"Novel best seller itu kan! Cinta abadi dua penyihir, aku sudah membacanya! Kedua penyihir itu benar-benar serasi, mereka tidak terpisahkan. Benar-benar romantis.." Kedua gadis itu tersenyum kasmaran.

"Kalau saja sihir itu benar-benar ada, aku pasti akan melakukan hal yang sama dengan antagonis untuk memikat pria tampan dengan mantra." Timpal satu gadis bercanda. Temannya itu tertawa mendengar perkataan temannya. Sementara Mirai hanya bisa menaikkan sudut bibirnya mendengar percakapan dua gadis itu.

"Nyatanya penyihir memang ada didunia ini."

Setelah dua puluh menit naik bus. Mirai menekan tombol merah untuk berhenti dan langsung turun dihalte tujuannya dan kembali terdiam di halte setelah melihat hujan tak kunjung berhenti. Rumahnya masih jauh dari sini dan dia tidak bisa berlari sampai kesana atau dia akan demam.

Dengan berat hati dia memutuskan untuk menunggu hingga hujan reda. Ia ingin menghubungi kakaknya tetapi baterai ponselnya habis. Dia juga tidak boleh menggunakan sihir teleportasi atau telepati karena itu akan melanggar hukum penyihir didunia ini. Sial!

Atelino & Satorik 2 - In Our FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang