00.30Sudah sekitar setengah jam aku menunggu. Rasanya agak menyebalkan mengingat ini pertemuan pertama kita. Apalagi aku sudah merelakan diri untuk jauh-jauh terbang ke sini. Hanya untuk bertemu dengannya dan dia malah terlambat. Membiarkan seorang wanita menunggu di tengah cuaca dingin seperti ini.
Hufftt ... teleponnya pun tak dijawab. Apa Soraru-san mematikan handphone-nya, ya? Dasar orang tua pelupa!
Ya, walaupun dia orang tua, sebenarnya dia adalah orang yang baik. Orang yang sangat-sangat baik, perhatian, dan dia-
"Yo."
Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Rasanya jantung ku sempat berhenti berdetak. Entah karena terkejut, atau karena udaranya yang dingin, atau karena kehadirannya disini, untuk yang pertama kali.
"Soraru-san! Kau mengagetkanku tau," aku pun berbalik, hanya untuk disambut mata biru indah miliknya. Rasanya aneh, Soraru-san yang biasanya hanya dapat kulihat lewat skype, lewat foto selfie-nya, sekarang bisa kulihat secara langsung tepat di hadapanku.
Meskipun tampak terengah-engah, dia tetap tersenyum dengan manis. Jangan bilang kalau Soraru-san lari hanya untuk sampai kesini? Dasar orang tua gak ingat umur.
"Hehe, maaf Lon-san. Sudah menuggu lama, ya?" dan Soraru-san malah cengengesan. "Mau langsung berdoa?"
"Mau, mau!"
"Ya sudah," ujarnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
Mengulurkan tangannya padaku.
Mengulurkan.
Tangan.
Eh?
Eh?? Untuk apa Soraru-san mengulurkan tangannya?
"D-Di kuil ini banyak orang. J-Jadi, berpenganglah padaku. Bukannya apa-apa, aku hanya tidak ingin repot kalau kau tersesat!"
Pfft ...
"Ufufu, ternyata benar kata Mafumafu-san, Soraru-san itu seorang tsundere."
"Berisik. Memangnya sejak kapan kau mulai akrab dengan Mafu?"
"Memangnya kenapa? Lagipula tidak usah akrab pun aku bisa lihat di twitter!"
Soraru-san tiba-tiba terdiam setelah aku mengatakan itu. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah, ya?
Tapi, aku tidak punya waktu untuk peduli.
"Ayo, Soraru-san jalannya yang cepat. Nanti kuilnya keburu penuh."
Aku harus membuat kesempatan kali ini, malam ini, menjadi kenangan terbaikku bersama Soraru-san.
"Iya, iya. Ga usah buru-buru, nanti jatuh"
Karena siapa tahu, mungkin saja aku tak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi.
***
Kita sudah selesai berdoa, dan Soraru-san masih belum melepaskan tanganku dari genggamannya.
Hangat ...
"Omong-omong, Lon-san. Kamu tadi berdoa apa?"
"Soraru-san gak boleh tahu. Nanti doanya ga terkabul."
Aku berharap Soraru-san selalu sehat!
Bukan, itu lebih kepada aku yang tidak bisa mengatakannya.
Aku berharap Soraru-san selalu bersenang-senang!
Karena aku tidak sanggup membayangkan bagaimana jadinya wajah Soraru-san jika Soraru-san tahu.
Aku berharap Soraru-san menemukan kebahagiaan!
Lagipula aku tak merasa kalau ini adalah doaku yang tulus.
Aku
Tapi, karena ini untuk yang terbaik.
Berharap bisa melupakan Soraru-san.
Jadi, tidak ada pilihan lain, 'kan?
***
tbc.
Uwaa ini fanfic pertamaku.
Dan aku lumayan baru masuk fandom ini.
Jadi, maaf ya kalau ada banyak kesalahan.
Aku menerima kritik dan saranTerimakasih sudah membaca!
'-')/
KAMU SEDANG MEMBACA
Utaite
De TodoKebanyakan akan berisi one-shots. Slow update. Ada BL. Tag menyusul. '-')/