Reduksi

23 2 0
                                    

#Reduksi

"Melepaskan bara agar tak terbakar, namun setelahnya engkau akan kedinginan.." 

(Reduksi-Dini)

Pagi itu Dirga menghubungi Dini, memintanya untuk bertemu, dan itu membuatnya tersenyum. Lagi-lagi ia merapikan jilbabnya. Biasanya, Dini akan memilih warna netral cenderung gelap sebagai outfitnya ke kampus; coklat, blue black, atau hitam. Tapi sekarang lihatlah, dia menggunakan jilbab warna peach yang baru dia pakai sekali setelah dia merutuk dirinya sendiri kenapa membeli jilbab warna itu.

Sesampainya di kampus, Dini duduk di bangku panjang pintu masuk gedung D Fakultas Teknik. Sejak tadi menunggu, memainkan ujung kaki pelan dan wajahnya yang tak lepas dari senyuman.

"sudah lama?", Dirga menyapanya.

Dini hanya menggeleng, tetap menunduk melihat sepatu yang Ia gunakan. Dini tidak berani menatap wajah sepupunya itu karena mengamalkan apa yang sudah ia pelajari, ghodul bashar- menundukkan pandangan.

"Titip ini ya, buat Anggi", Dirga menyodorkan map coklat. Dini mengerutkan kening, meminta penjelasan.

"Oh... Itu biodata Aa', Aa' berniat ta'aruf dengan Anggi", Dirga menjelaskan setelah melihat wajah Anggi yang tampak kebingungan.

Jawaban Dirga membuat Dini mematung. Dia menerima amplop itu dengan perasaan campur aduk, antara terkejut, marah. Entahlah, tiba-tiba hatinya sesak, matanya memerah menahan gumpalan air yang akan terjatuh. Dan ketika dia sadar Dirga masih di depannya, dia segera mengangguk mengiyakan,

"Insyaallaah ..", ucapnya lirih dan segera melangkahkan kakinya menjauh. Dia tak peduli mungkin sikapnya yang mungkin terlihat sedikit aneh, dia tidak peduli panggilan Dirga. Dia hanya ingin pergi, dia tiba-tiba ingin sendiri, tidak sanggup menahan matanya yang memanas sejak tadi.

--

Dini sudah sampai di apartement yang Ia sewa bersama Anggi sejak tiga tahun lalu, sejak Anggi diusir oleh keluarganya yang tidak bisa menerima keputusannya menggunakan hijab. Beruntung, hari ini kuliahnya hanya berupa daring sehingga bisa menyembunyikan mata bengkak dan tatapan tanya teman-temannya. Dini menatap amplop coklat yang tergeletak di atas tempat tidur, dia menarik napas panjang. Entah apa yang ada di pikirannya, dia benar-benar tidak tahu.

"Assalamu'alaykum", sosok wanita tinggi muncul bersamaan dengan suara salam.

Dini tersenyum, menjawab lirih "wa'alaykumsalam..."

Dini memandang wajah Anggi yang sepertinya kelelahan. Meskipun begitu Dini merasa wajah itu tetap cantik. Kulitnya putih bersih, semakin cerah karena jilbab biru elektrik yang dikenakannya.

Dini menarik napas panjang, mengumpulkan keberanian setelah beberapa jeda.

"Teh, ini titipan.. dari Aa' Dirga..", Dini menyerahkan amplop coklat tadi ke tangan Anggi.

"ini sepertinya ...", kalimat Dini menggantung setelah Anggi mengambil amplop itu sambil menggumam ooh. Dia melihat Anggi meletakkan amplop itu di nakas samping tempat tidurnya.

"Belum dibuka?", tanyanya Dini setelah melipat mukenah dan ternyata amplop yang diberikannya tadi tetap di nakas dan belum tersentuh lagi.

"Besok aja deh, I don't have the courage yet", jawab Anggi sambil tersenyum.

Dini membalasnya dengan senyuman. Anggi pasti sudah bisa menebak isinya apa. Dan dirinya yakin, Anggi pasti akan menerima maksud isi amplop itu. Bagaimana tidak, meski Anggi tak pernah menceritakan apa-apa tentang dirinya, tapi Dini yakin bahwa Anggi dan Dirga memiliki perasaan yang tak bertepuk sebelah tangan.

Tiba-tiba matanya kembali nanar, menciptakan genangan yang semakin tak bisa Ia bendung. Dia menepuk dadanya yang sesak berulang kali. Bodoh, kenapa dia terus menangis karena hal ini. Dini menghela napas, kemudian menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Lantas memantapkan hati. Bukankah sekarang saatnya ia berhenti?

Tbc.

-Reduksi

reaksi pelepasan oksigen darisuatu senyawa-kimia    

EQUILIBRIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang