Suhu yang terasa begitu hangat menjadi begitu panas dan musim panas pun teragantikan oleh musim gugur. Daun - daun berguguran dimana - mana menghiasi jalanan yang terlihat begitu monoton.
Meskipun musim sudah berganti menjadi berangin, Yeonju tetap bersikeras tidak memakai sweater sekolah, dengan alasan ia terasa berkeringat setelah memindahkan beberapa lukisan dari ruang lukis yang terdapat di lantai dasar dan memindahkannya ke perpustakaan yang terdapat di lantai paling atas.
Dengan langkah gesit Yeonju kembali ke ruang lukis untuk terakhir kalinya. Ia terdiam sebelum mengangkut kanvas terakhir berukuran sedang yang terdapat di ujung ruang.
Seperti sebelumnya, ia mengangkut kanvas tersebut dan meletakannya di perpustakaan.
"Terima kasih telah membantu saya memindahkan lukisan - lukisan yang ada di lantai bawah. Jika tidak ada nona Lee mungkin saya akan kerepotan," kata pak satpam yang tengah menata beberapa kanvas yang diangkut Yeonju sedari tadi.
"Sama - sama pak. Kalau begitu saya pulang dulu," izin Yeonju.
"Baiklah hati - hati saat menyebrang jalan!" pesan pak satpam yang diangguk semangat oleh Yeonju.
Yeonju berlari kecil menuju pojok perpustakaan dimana tasnya diletakan di sana. Langkahnya tertahan saat melihati bayangan Jungwoo sekilas menghampirinya.
Ia menggeleng kepalanya untuk tidak memikirkan lelaki tersebut dan segera pergi.
Lagi - lahi langkah Yeonju terhenti di tangga lantai tiga menuju lantai dua, dimana ia pernah melihat Jungwoo tertidur pulas di sana. Dengan sekuat tenaga ia menepis bayangan lelaki yang begitu ia rindukan. Dan dengan langkah berat ia menuju gerbang sekolah dan menemui bayangan Jungwoo yang lainnya di sana.
Dengan pikiran yang resah Yeonju hampir saja menyebrang dan hendak dihantam oleh sebuah mobil yang melaju begitu cepat.
Jantung Yeonju terasa berdegup begitu cepat. Nyaris saja hidupnya akan berakhir jika tidak ada seseorang yang menariknya ke belakang dan jatuh dalam pelukannya.
"Kau hampir saja meninggalkanku!" Seru orang yang menolong Yeonju.
Dengan badan yang bergemetar cukup hebat, Yeonju menaikkan pandangannya dan mendapatkan Jungwoo sesungguhnya tengah mendekapnya erat.
"Jungwoo?"
Yeonju menyentuh wajah Jungwoo yang terlihat begitu nyata di matanya.
"Bahkan bayangan Jungwoo terasa begitu nyata di hadapanku," gumam Yeonju.
"Tidak Yeonju. Aku di sini. Aku Jungwoo asli," kata Jungwoo meyakinkan.
Tak lama kemudian tangisan Yeonju pecah dan membalas dekapan Jungwoo. "Mengapa kau kembali? Mengapa kau tidak membenciku? Mengapa kau menghampiriku ha?" Tanya Yeonju dengan sesenggukan.
"Aku kembali untuk menemuimu. Dan aku sangat merindukanmu," jawab Jungwoo yang masih setia memeluk Yeonju.
"Tapi bagaimana dengan ibumu yang membenciku? Kau akan mendapat masalah. Lebih baik kau pergi dariku sekarang juga." Yeonju melepas pelukannya tapi dicegah dengan Jungwoo yang menahan lengannya.
"Kau tidak perlu takut dengan ibuku. Dia tidak akan memarahi kita. Jadi kuharap aku bisa melanjutkan apa yang telah kita lakukan," kata Jungwoo membuat Yeonju kebingungan.
"Yeonju. I love you. Will you be my everything?"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT × Jungwoo
Fanfic❝Love doesn't need words to express it, the actions are always enough.❞ ─Radhika Harlalka, A Night In Paradise. ─written @july'18