Jangan baper

26 1 3
                                    

Mohon perhatian! Batas suci untuk tetap fokus membaca. Maaf, jika ada typo nyempil.

Malam sunyi di rumah sakit ini, menunggu Ibu yang sedang tertidur pulas diatas ranjang. Ku telusuri tubuh Ibuku yang mulai keriput, dengan wajahnya yang terpaut. Tak sengaja air mata berlantun diantara bola mataku, aku tak tahan menyekanya, ku usap dengan jemariku.

Jam bergerak menunjukan pukul 19.00 waktunya sholat isya, ku bangunkan Ibuku agar sholat isya.

"Ibu bangun dulu yuk! Sudah isya, kita sholat yuk!" Ajakku mendesis dekat telinga Ibu

"Hmm iya nak" jawabnya pelan sembari membuka mata

Karena Ibuku sedang sakit, dan tidak memungkinkan untuk mengambil air wudhu, jadi Ibu bertayamum.

Setelah selesai sholat lalu aku mengaji disamping ibu.

"Tok ... Tok ... Tok...." suara ketukan pintu dari luar.

"Assalamuallaikum," salam seseorang dari luar.

"Wa'alaikumsallam," jawabku sambil menutup Al-Qur'an.

Aku bergegas berjalan ke arah pintu.

"Wah kalian, ayo masuk ayo masuk," ajakku pada Fera dan Rara.

"Assalamuallaikum, Bu," Fera salam sambil mencium tangan ibuku diikuti dengan Rara.

"Wah kalian ke sini, baru pulang kuliah atau gimana?" tanya ibuku.

"Iya tadi kami pulang kuliah sore lalu ke sini mampir buat jengukin Ibu," sahut Rara.

"Ngerepotin kalian, kalian kan pasti capek pulang kuliah ya?"

"Oia Bu, ini kami bawakan ibu snowcake, semoga Ibu suka ya." Fera menaruh bungkusan di meja.

"Makasih ya cantik sudah mau nengokin, jadi ngerepotin, kalo kesini tidak usah bawa apa-apa ya," kata ibu.

"Tidak apa-apa, bu, kita kan sudah kaya anak ibu kalo lagi di rumah, ibu sering bikinin kami roti bolu," sahut Fera.

"Ah bilang saja kangen bolu ibu ya? " ledekku.

"Ah! Mey kalo ngomong suka bener hehe," jawab Fera sambil meringis.

"Iya nanti kalo ibu sudah sembuh, Ibu bikinin buat kalian spesial resep baru," jawab Ibu sambil tersenyum.

"Wah! Resep baru, duh Ibu makasih ya Bu," sahut Fera sambil memeluk ibuku diikuti Rara.

"Duh kalian bikin aku cemburu," ledekku sambil melirik.

"Sini tayang sini tayangkuh," jawab Fera menarik tanganku

Kami memang sudah seperti keluarga, dari dulu hingga kini masih jadi sahabat, saling mengingatkan akherat. Semoga hingga syurga kelak masih bersahabat, aamiin.

Setelah hampir dua hari, Ibu sudah mulai sehat, dan kata dokterpun besok bisa mulai pulang. Walaupun kaki Ibu di gyp dan harus kontrol lagi sampai kaki Ibu sembuh.

"Kaaak!" ku goyangkan tangan kakak.

"Hah, iya dek kenapa?" jawabnya masih setengah sadar.

"Aku mau berangkat kuliah dulu ya, udah kesiangan ini. Oia, itu ibu nanti jam 10 minum obat yang di bungkus warna biru ya, yang lainnya sudah diminum tadi kak. Inget loh kak jangan lupa," bisikku dengan tegas.

"Iya deh Kakak tahu, Kakak dengar kok. Udah sana berangkat, nanti telat loh. Semangat ya adekku yang cantik," seru Kakak.

Seperti biasa aku ke kampus dijemput Fera, Feralah yang sering bersamaku, sudah seperti upin-ipin, karena Rara lebih sering diantar jemput sama kakaknya, jadi aku berdua saja sama ipin eh Fera maksudku.

KAU HINGGAP DALAM DOATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang