Tiga

17.3K 399 6
                                    

"Cewe gue marah, La." Yose berkata di sela-sela suapannya. "Bagi dikit, dong!" Ia merebut sisa-sisa ketoprak di piringku, padahal beberapa menit lalu ia baru menandaskan porsi ketoprak keduanya.

"Itu perut apa gentong, Bang?" Aku tidak merespon sama sekali soal pacar pramugari tinggi semampainya yang sedang ngambek.

"Makanya jangan diputusin. Lo sih, gaya-gayaan pake acara mau mutusin segala. Cewe sempurna gitu mau dapet di mana lagi coba?"

"Asal lo tau aja La, dia itu cewe paling ribet yang pernah gue kenal. Mau beli lipstick sebiji aja, milihnya bisa dua jam. Mau beli maskara, ingredientnya dibacain satu-satu. Yang paling parah, dia ga mau dibawa makan di warung tenda pinggir jalan. Payah, kan?" sembur Yose berapi-api menumpahkan segala kekesalannya. "Lagi pula goyangan dia ga sehebat elo, kok." Yose mengakhiri kalimat panjangnya dengan kerlingan menggoda.

Tidak, aku tidak akan tergoda. "Lo harusnya bersyukur ada cewe cantik pake banget begitu, yang mau sama cowo pas-pasan kayak lo," kotbahku yang sedang berusaha meredam keinginan untuk menjadi provokator.

"Iya bersyukur, kalo dianya ga kasar. Gue pernah ditampar tau, La. Dih, jadi males gue sama dia. Putusin aja, ya?" pintanya dengan wajah lelah. "Eh tapi kan, gue ganteng. Ga pernah ada yang bilang muka gue pas-pasan kayaknya," koreksinya lagi dengan kepercayaan diri setinggi langit.

"Tampar? Wah, kurang ajar, tuh cewe! Putusin! Putusin!" Kali ini emosiku kembali tersulut saat mendengar si pramugari pernah menganiaya sahabat tersayangku ini.

"Nah, kan, mending diputusin emang. Masa cuma gara-gara sms doang, gue sampe kena gampar! Ga sehat tuh cewe, La." Yose makin bersemangat begitu mendapatkan dukunganku. Baru kusadari setelah beberapa menit kami membahas soal kejelekkan si pramugari, ternyata Yose gemar bergosip seperti perempuan.

"Tunggu bentar ... gara-gara sms? Lo selingkuh lagi pasti, kan? Ih, ga berubah-berubah ini orang. Udah tua bukannya makin dewasa, malah makin bocah!" semprotku menebak kebiasaan lamanya yang suka berselingkuh.

"Idih, sembarangan! Siapa yang selingkuh? Dia cemburu cuma gara-gara sms gue ke elo," serunya keras, ia tidak terima dituduh berselingkuh. "Ya emang, sih, isi smsnya lagi bahas goyangan lo di ranjang. Tapi kan, berlebihan banget, La. Iya, kan?" terangnya meminta pembelaan dariku. "Ah bodo, pokoknya besok gue putusin. Titik!"

Mendengar ucapannya barusan, sontak sendok yang sedang kugenggam melayang ke dahinya, lengkap dengan bumbu kacang bercampur air liur yang masih fresh.

"KDRT lo! Gue laporin polisi baru tau rasa!" Yose membela diri dengan wajah sok polosnya.

"KDRT jidat lo! Lo yang gue laporin polisi, gara-gara merusak nama baik! Mau taro di mana muka gue kalo ketemu cewe lo, idiot?"

"Operasi plastik aja ... ganti jadi muka ant-man!" oloknya kesal seraya mengusap-usap dahinya yang memerah.

Jika mendengar keterangan Yose barusan, berarti entah sejak kapan, si pramugari itu telah mengetahui hubungan tidak sehatku dengan pacarnya. Kenapa dia bodoh sekali, masih mau bertahan setelah tahu semuanya? Hm ... aku sih, yang lebih bodoh, karena mau saja diajak having fun setiap malam. Dasar, Lala bodoh!

"Pokoknya bikin klarifikasi, gue ga mau tau! Bilang sama dia, kita ga ada hubungan apa-apa!"

"Tapi kan, hubungan kita sahabat?" ralatnya tak mau kalah.

"Iya sahabat Yose, sahabat yang wajar," tambahku yang mulai gemas. Ia seperti tidak pernah kehabisan kata-kata untuk membantah.

"Tapi kan, kita ga wajar. Lo ngajarin gue boong nih, parah!"

"Ah, tau ah! Bodo amat! Udah tua tapi otaknya macem anak SD gini!" Selalu saja begitu, selalu aku yang kalah jika harus berdebat dengannya. Entah dia ini terlalu pintar, atau malah sebaliknya.

"Lo mau ke mana?" Yose bertanya begitu melihatku yang keluar dari dalam kamar dengan pakaian rapi. Aku berencana untuk menemui asisten Prof. Karni untuk mengambil buku yang hendak kupinjam. Mumpung suasana di rumah sedang tidak bagus, lebih baik kuambil buku itu hari ini. Itung-itung, kabur sejenak dari manusia nyebelin ini.

"Minggat!"

"Serius ah, Lala."

"Mau ketemu gebetan. Ape lo?!" hardikku galak.

"Gue anter!" Yose segera bangkit dengan sigap.

"Ga!" Lalu perdebatan ini pun kembali berlanjut.

"Gue anter! Tunggu di mobil! Gue parkir di seberang jalan."

"Ga mau!"

"Ga ada bantahan, La!" Kalah debat lagi, kan?

"Kenapa mobil lo diparkir di seberang jalan?" tanyaku begitu memasang sabuk pengaman dan mobil melaju pelan membelah semerawutnya jalanan.

"Supaya tetangga ngiranya ga ada orang di dalem rumah. Biar kaga digerebek warga. Gimane sih? Kurang jam terbang, nih anak. Makanya pacaran, Neng, supaya skill lo kepake." Yose menerangkan lengkap dengan cibiran andalannya. Selama aku belum melepas status jomblo dari lahirku ini, ia akan selalu menyercaku dengan kalimat "Makanya pacaran, Neng."

"Iya, ntar gue cari pacar ...." desahku pelan. Lebih baik mengalah saja, aku malas berbedat lalu ujung-ujungnya harus kalah lagi.

"Eh, ga boleh! Masih kecil ga boleh pacar-pacaran, kata Mama lo." Yose menyahut sewot.

"Dih, bodo amat! Siapa lo, larang-larang gue? Lo aja boleh pacaran, masa gue ga boleh?"

"Gue sahabat lo, dan Mama udah nitipin lo sama gue. Jadi, jangan aneh-aneh. Lo cuma boleh aneh-aneh sama gue, doang."

Aku muak dengan dalih itu. Sahabat. Sahabat mana yang tidur bareng?! Sahabat ndasmu!

"Egois!" Hanya itu yang bisa kukatakan.

"La?"

"Hm!"

"Sorry ya, udah bikin lo malu gara-gara sms itu."

"Iya, udah terjadi juga. Lain kali lebih cerdas dikit lah, Yos."

"Besok gue putusin dia, supaya lo ga malu. Serius nih gue."

Aku hanya bisa menatap wajahnya dengan ekspresi lo udah gila, Yose.

"Ape? Ganteng?" Yose bertanya setelah melihat raut wajahku.

"Sarap!" Anehnya, aku tidak membantah ... atau melarang keputusannya.

"Asal lo tau La, sahabat gue yang geulis ini, lebih penting dari cewe mana pun." Yose mencubit pipiku pelan. Perempuan mana yang ga akan baper kalo perlakuan sahabatnya seperti ini? Atau hanya aku saja yang bodoh, karena berpikir seperti itu?


**********
Jangan lupa vote kalo kalian suka sama aku, sama ceritaku maksudnya.
Dan tinggalkan jejak di kolom komentar supaya kalo pulang kemari, ga bakal nyasar~

Dan tinggalkan jejak di kolom komentar supaya kalo pulang kemari, ga bakal nyasar~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BEDFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang