"Jangan pernah menyerah, kita hanya perlu berusaha dan berdo'a."
-Lovaria"MAMA KENAPA ROK LOVA JADI CELANA?" teriak Lova karena rok sekolah miliknya berubah wujud.
Ini adalah salah satu kebiasaan Lova dipagi hari, selalu teriak jika salah satu barang sekolahnya tidak terdapat di tempatnya. Tidak peduli dimana ia berada, yang terpenting barangnya harus segera ketemu.
"Masak iya Lova pakai ini?" gumamnya sambil merentang celena tersebut di depan wajahnya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan seorang lelaki sambil menjinjing rok Lova. "Heh tuyul, ini tu masih pagi jangan teriak-teriak. Lo fikir ini di hutan?" ucap Larva ketus.
Sifat Larva memang seperti bunglon, suka berubah-ubah. Ia manis kepada adiknya disaat adiknya marah dan sakit. Tetapi jika seperti ini dia bersikap biasa saja. Sungguh menyebalkan.
"Itu punya Lova, kenapa bisa ada di Abang?" Lova segera menarik rok yang berada di tangan Larva dan mengembalikan celana yang berada di tangannya. "Berarti yang ini punya Abang?"
Larva memutar bola matanya malas. "Gue juga gak tau, Mama yang nata baju kita bukan gue." Larva segera menarik celana yang diberikan Lova padanya. "Iyalah punya gue, punya siapa lagi." ketusnya.
Lova mendengus kesal. "Iya-iya Bang, biasa aja kali. Sana keluar Lova mau ganti seragam dulu." ucap Lova dengan mendorong tubuh Larva.
"Jangan dorong-dorong gue bisa sendiri." jawab Larva dan berlalu pergi meninggalkan Lova.
Tidak sampai lima belas menit Lova sudah berada di meja makan dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Begitu pula dengan Larva. Tidak memakan banyak waktu sarapan di pagi itu selesai. Lova dan Larva berpamitan kepada kedua orang tuanya. Pagi ini Lova berangkat bersama Larva. Mereka berdua berangkat menggunakan mobil, karena cuaca dipagi ini sedang tidak mendukung.
"Abang Lova boleh tanya?" ucap Lova memecah keheningan.
"Hmm." jawab Larva dengan tetap fokus melajukan mobilnya.
"Emm. Fano itu gimana orangnya?" tanya Lova dengan hati-hati.
Larva hanya tersenyum menanggapi pertanyaan kembarannya tersebut. "Emang kenapa, lo suka?
Lova dibuat kelabakan dengan pertanyaan Larva. "Gak tau. Cuma rasanya ingin dekat aja sama Fano."
"Itu namanya suka Lova." geram Fano.
"Oo gitu ya." Lova mengangguk-anggukkan kepalanya sambil pandangannya beralih keluar cendela.
Larva mendengus kesal pasalnya kembarannya ini kelewat polos. "Emang lo gak pernah suka ke orang sebelum Fano?"
Lova tampak berfikir. "Pernah sih Bang. Tapi Lova lupa rasanya gimana soalnya udah ditinggal pergi." jawabnya sambil mengingat kejadian dimasa lalu.
"Udah sana keluar atau mau didalam mobil aja?" Larva tidak menanggapi ucapan Adiknya dan mengalihkan topik pembicaraan karena dia tidak ingin Adiknya terpuruk kembali.
"Udah sampai ya." jawab Lova sambil memperhatikan sekelilingnya ternyata sudah sampai di parkiran sekolahnya.
"Lo ke kelas dulu." ucap Larva setelah mereka sama-sama sudah berada diluar mobil.
"Emang Abang mau kemana?" tanya Lova bingung.
"Udah sana." jawab Larva.
Lova hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Larva sendiri di parkiran.
"Pagi Lova." sapa seseorang dengan menepuk pundak Lova.
Lova tersentak. "Eh Sopay. Pagi juga." jawabnya dengan senyum yang menghiasi bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVARIA
Teen FictionPercayalah takdir tak pernah salah. Tentang dia, aku, kamu, dan mereka yang terlibat di dalamnya.