10

14 2 0
                                    

"Es saja bisa mencair apa lagi hati kamu."
-Lovaria


Terlihat langit masih petang, matahari pun masih malu-malu menampakkan cahayanya. Namun di rumah Lova sudah terjadi kegaduhan, entah apa yang terjadi hingga membuat Lova berteriak-teriak seperti orang gila.

"ABANG BANGUN!!! Nanti kita telat, ayo bangun, ayo Abang." Lova terus saja mengganggu Larva yang sedang tidur, tak peduli jam berapa sekarang, yang Lova inginkan datang tepat waktu dan tidak ketinggalan rombongan, udah itu saja.

Larva yang geram akan sifat adiknya, ia memilih untuk mengakhiri tidur gantengnya "Astagfirullah Lova ini baru jam 04.30, dan kita berangkat itu masih jam 07.00, kenapa kamu bangunin Abang jam segini."

Yang ditanya hanya menunjukkan deretan giginya yang putih "Biar nggak telat Abang. Udah cepetan mandi, Lova tunggu dibawah. Babai Abang ganteng." ucap Lova sambil mengedipkan satu matanya dan berlalu pergi.

Larva hanya melongo melihat kembarannya tersebut "Ini pasti ajaran si Fano. Dasar pasangan aneh." gumam Larva.

Tiba-tiba pintu kamar Larva terbuka kembali, kepala Lova muncul dari balik pintu tersebut "Bang mandi lo ya bukan cuci muka aja , kalau nggak mandi bau ketek, nanti gak ada yang mau dekat sama Abang ." ucapnya dengan menjulurkan lidahnya.

"Dasar kembaran laknat" Larva bersiap-siap dengan sebuah bantal yang akan dilemparkan pada kepala Lova, namun Lova telah hilang dari balik pintu, bantal itu pun melayang dan hanya terkena pintu yang telah tertutup.

***

"Udah kayak mau pindah rumah aja." sindir Tiara yang melihat Mely membawa sebuah koper.

Melly mendengus kesal "Lo tu jarang ngomong, tapi sekali ngomong bikin gondok hati."

Tiara hanya memutar bola matanya malas. Lain halnya dengan Sofie, dia hanya cengengesan melihat kedua sahabatnya yang berbeda sifat itu.

Memang benar empat sahabat itu tidak ada yang memiliki sifat yang sama Lova yang cerewet dan ceria, Tiara yang judes, Sofie yang lemah lembut, dan Mely yang centil. Namun karena semua perbedaan itu menyatukan keempat orang tersebut.

Sofie celingukan mencari seseorang "Btw si Lova kemana ya?"

"Ditelen bumi." Jawab Lova dari belakang punggung Sofie.

"Astagfirullah Lova, ngagetin aja Lo." kesal Sofie.

Lova hanya nyengir mendengarkan cicitan Sofie. Sedangkan Tiara mengamati Lova dari atas sampai bawah.

Lova yang risih karena terus diperhatikan akhirnya membuka pembicaraan "Kenapa sih tu mata." sambil menunjuk kearah mata Tiara.

"Lo bawa tas itu aja?" tanya Tiara penasaran.

Lova pun melirik tas punggung yang ia kenakan "Iya, kenapa? Salah ya?" tanya Lova bingung.

"O" jawab Tiara dan berlalu pergi.

Singkat, padat, dan jelas jawaban yang diberikan Tiara ke sahabatnya tersebut.

Lova mendengus kesal "Okay seperti biasa." gumam Lova.

Sofie menepuk pundak Lova dari belakang "Udah nggak usah dimasukin hati. Lo tau gimana sifatnya Tiara." ucap Sofie dengan tersenyum.

"Betul tu, udah yuk masuk ke bus." Ucap Mely.

Mereka pun memasuki bus yang telah ditentukan. Bus pun melaju dan meninggalkan kepadatan Ibu Kota Jakarta.

***

"Duhh dimana sih nama Lova kok nggak ada." gumam Lova sambil membaca satu persatu nama yang terdapat di setiap kursi bus.

Wajahnya sumringah ketika menjumpai namanya yang berada di kursi nomor 4 dari depan. Ia pun berjalan menuju kursi tersebut, namun ekspresi yang awalnya ceria kini berubah menjadi kaget.

"Heh Panu ngapain disini?" tanya Lova.

Fano mengernyit heran "Duduklah." Jawabnya santai.

"Itu apa kursinya Panu?"

Fano memutar bola matanya kesal mengapa gadis ini terus bertanya.

"Ya enggaklah, ini kursinya pemilik bus ini." jawabnya asal.

"Ihhh Panu nyebelin yaaa." Lova mulai geram akan jawaban yang diberikan Fano padanya.

Fano tiba-tiba tertawa melihat Lova yang kesal "Haha lo lucu kalau lagi kesal." Jawab Fano sambil sesekali tertawa.

"Sini duduk, gue jelasin." Lova hanya mengikuti ucapan Fano.
"Lo fikir deh, ngapain gue duduk disini kalau yang dikursi ini bukan nama gue?" Ucap Fano sambil menunjukkan namanya yang ditempelkan dikursi bus tersebut.

"Jadi Lova duduk sama Fano?" tanya Lova masih kebingungan.

"Iya lemot." Ucap Fano sambil mengacak rambut Lova.

Lova hanya mangguk-mangguk "Ooo gitu ya." Ucapnya sambil membenarkan posisinya menghadap ke depan.

Fano melongo atas jawaban Lova tersebut. "Udah gitu aja?" tanya Fano.

Lova hanya menganggukkan kepalanya.

Fano mendengus kesal. "Dasar pendek." ucapnya dengan mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Ada yang rindu author?😂

LOVARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang