09

23 3 2
                                    

"Percaya atau tidak cinta akan datang tanpa kita perintah, akan lepas tanpa kita memintanya."


Besok adalah hari dimana SMA Garuda melaksanakan camping. Lova yang juga ikut serta dalam acara itu sibuk mengemasi apa saja yang akan ia bawa.

"Baju ganti udah, handuk udah, alat sholat udah, alat mandi udah, sandal udah, obat-obatan pribadi udah, jaket udah. Udah semua, tapi kok ada yang ganjal ya." Ucap Lova dengan mengecek satu persatu barangnya. Ia tampak berfikir.

"Oh iya Lova ingat, snacknya belum beli." wajahnya tampak sumringah setelah barang yang ia inginkan teringat.

"Ajak Abang aja deh." ucapnya berlalu menuju kamar Abangnya.

Terlihat Abangnya juga sibuk mengemasi barang yang akan ia bawa.

"Abang." ucap Lova.

Larva hanya menjawab dengan deheman saja karena ia sibuk dengan kegiatannya tadi.

"Anterin Lova ke mini market depan komplek. Lova mau beli snack buat besok." Ucap Lova.

Larva mendengus kesal "Lova taukan Larva sedang apa?" tanya Larva tanpa menatap Lova.

"Ih Abang anterin dulu." rengek Lova.

Larva menatap kembarannya dengan muka sedatar mungkin "Lova mau Larva marah?"

Yang ditanya hanya menunjukkan deretan giginya yang putih "Iya-iya Bang, Lova pergi sendiri." ucap Lova sambil berjalan keluar dari kamar Larva.

Larva bernafas lega karena si pengganggu sudah pergi. Bukannya Larva tidak mau mengantar Lova hanya saja dia masih sibuk mengemasi barang yang akan ia bawa nantinya.

Lova menuruni anak tangga dengan hati-hati. Tidak terlihat kehidupan dibawah sana. Mama Lova? Entahlah mungkin sedang bertamu ke rumah tetangganya. Papa Lova? Ya pastinya kerja.

"Sepi banget kayak hati Lova." Lova terkekeh geli karena ucapannya sendiri.

Lova pun berjalan keluar rumah. Untuk kali ini dia ingin berjalan kaki, tidak mengendarai mobil seperti biasanya. Salah jika kalian berfikir bahwa dirumah Lova tidak ada supir. Tentu saja ada, tapi entah kemana, mungkin sedang menggoda pembantu tetangga. Haha, dasar supir jaman now.

Senyum tercetak jelas dibibir mungilnya, entah apa yang membuat gadis itu tidak menghilangkan senyumnya sama sekali.

"Andaikan Lova selalu bahagia seperti ini." gumamnya dengan raut wajah berubah menjadi sendu.

Namun detik berikutnya Lova kembali tersenyum "Lova nggak boleh mengeluh, Lova harus banyak-banyak bersyukur."

Tiba-tiba ada seseorang yang menyentil telinganya. Lova pun menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, namun nihil tidak ada siapa-siapa disampingnya. Lova pun bergidik ngeri mengingat kejadian tadi.

"Duh Lova kok merinding ya." gumamnya sendiri.

"Heh bocah." ucap seseorang dari arah belakang.

Lova pun tersentak kaget "Astagfirullah maafin Lova mbah, Lova nggak tau salah Lova apa. Tapi tetap maafin Lova mbah." ucap Lova dengan mata yang terpejam dan tangan yang memohon.

"Mbah gundulmu." sentak seseorang dari arah depan.

Lova pun memberanikan diri untuk membuka matanya "Loh Fano ngapain disini? Mana mbah-mbah yang tadi gangguin Lova."

Fano memutar bola matanya malas "Gue telen." jawabnya jutek.

Lova melototkan matanya. Lova hendak protes dengan ucapan Fano, dengan sigap Fano membungkam mulut Lova dengan tangannya.

"Udah deh lebih baik lo diam, tadi yang gangguin lo itu gue. Bukan mbah-mbah seperti yang ada difikiran lo itu. Lagian siang-siang bolong gini mikirnya yang aneh-aneh." jelas Fano.

"Dasar ya Fanokio. Lovakan jadi malu kalau gini." ucapnya dengan menundukkan kepalanya.

"Sans ae, emang lo mau kemana?" tanya Fano.

Lova pun menepuk jidatnya "Aduh, Lova sampai lupa kalau mau ke mini market. Yaudah Lova duluan ya Fan."

Lova hendak melangkahkan kakinya pergi namun Fano mencegahnya dengan menggapai pergelangan tangan Lova.

"Eh tunggu, nebeng gue aja. Lagian gue juga mau kesana." ucap Fano.

"Lah serius? Alhamdulillah do'a anak Sholeh dikabulkan." ucapnya dengan tangan mengadah dan pandangan matanya keatas.

"Udah deh jangan malu-maluin." ucap Fano kesal.

"Asiap captaint." balas Lova dengan cengirannya.

***

"Makasih ya Fano udah anterin Lova sampai depan rumah." ucap Lova dengan sumringah.

Fano hanya tersenyum kecil melihat wajah Lova yang super menggemaskan.

Tiba-tiba dari arah gerbang Larva muncul dengan kersek hitam dikedua genggaman tangannya.

"Tadi bilangnya pergi sendiri, pulangnya kok bawa pengepul ya." ucap Larva tanpa melihat siapa yang diajak bicara.

"Lo nyindir gue?" tanya Fano.

"Yang merasa aja." jawab Larva diikuti dengan tawa.

"Itu apa Bang, yang dikresek hitam?" tanya Lova penasaran.

Larva mendengus kesal mengapa kembarannya sepolos ini? "Ya sampah lah Lova, masak iya kenangan."

"Sampah juga kenangan lo Bang." jawab Lova asal.

Larva memutar bola matanya malas. Susah punya kembaran seperti Lova yang polosnya dipadukan dengan ogebnya. Jadi ya begitulah.

"Serah dah serah." jawab Larva pasrah.

Lova pun hanya tertawa melihatnya kembarannya kesal karena ucapannya. Namun ketika Lova tertawa Fano diam-diam menatapnya.

"Kenapa? Ketawa Lova jelek ya?" tanya Lova penasaran karena sedari tadi Fano hanya diam menatapnya.

"Lo cantik, udah ya gue pulang dulu." dengan mengusap pucuk kepala Lova.

Lova hanya tersenyum malu menanggapinya. "Bro gue pulang dulu. Bye." ucap Fano dengan melajukan motornya dan melambaikan tangannya kearah Lova.

"Oke bro hati-hati." jawab Larva.

"Hati-hati Fano." teriak Lova tak kalah nyaringnya.

"Ciee adik Abang udah besar." goda Larva.

Lova tersenyum malu-malu "Apaan sih Bang, ayo masuk kedalam aja deh." ucap Lova dengan menarik tangan Larva untuk masuk kedalam rumah kembali.

"Uluuu-uluuu pipinya merah tu." Larva terus menggoda kembarannya tersebut.

"Ih Abang jahat deh. Tau aa." ucap Lova berjalan kedalam rumah dengan kaki yang dihentak-hentakkan karena kesal.

Seketika tawa Larva pecah. "Thanks Fan Lo udah buat senyum Lova kembali." gumam Larva dengan senyum di bibirnya.


Author come back :v

LOVARIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang