"Lo itu beda makanya gue suka."
-AlfanoSore ini awan sedang bersedih. Terlihat rintik-rintik hujan yang mulai berjatuhan membasahi bumi. Terlihat seorang gadis sedang duduk di pos satpam SMA Garuda dengan tangan yang terus mengusap lengannya sendiri. Hujan yang awalnya kecil kini menjadi lebat. Dingin pun semakin terasa.
"Ih Abang kemana sih." gumam Lova ditemani suara hujan.
Ketika sedang berusaha menghangatkan tubuhnya agar tidak menggigil tiba-tiba ada sebuah motor berhenti didepan pos satpam. Pengemudi tersebut segera lari agar baju yang ia kenakan tidak semakin basah. Setelah sampai seseorang tersebut duduk di samping kursi yang Lova duduki. Lova terus memperhatikan pergerakan orang tersebut. Lova ingin tau siapa orang dibalik helm itu. Merasa diperhatikan orang itu pun menoleh kearah Lova. Lova pun segera memalingkan wajahnya. Seseorang itu pun melepas helmnya setelah itu merapikan rambutnya yang berantakan.
"Fano?" ucap Lova.
Fano hanya menaikkan alisnya dan tiba-tiba ia terkekeh setelah melihat wajah Lova.
"Biasa aja mukanya. Gue ganteng ya?" ucap Fano dengan menaik turunkan alisnya.
"Banget." jawab Lova tanpa sadar dan terus memperhatikan Fano.
Fano pun terkekeh geli. "Jangan gombal. Seharusnya gue yang gombalin lo."
"Ih Lova nggak gombal. Emang Fano ganteng kok." kesal Lova.
Fano hanya geleng-geleng sambil sesekali terkekeh karena kelakuan Lova.
Lova pun hanya tersenyum. Dia senang bisa duduk berdua dengan Fano ditemani suara air hujan yang berjatuhan.
Sekarang mereka hanya saling diam, hanya suara hujan yang terdengar diantara mereka.
"Kenapa sekarang Fano baik sama Lova?" tanya Lova memecah keheningan.
Fano pun menoleh dan menaikkan satu alisnya. "Emang gue pernah jahat sama lo?"
Lova pun menggeleng. "Bukan itu maksud Lova. Biasanya Fano ketus kalau sama Lova. Tapi setelah kejadian dimana Lova nangis Fano jadi care sama Lova." jelas Lova sambil terus mengusap lengannya yang semakin dingin.
Fano pun segera melepas jaket yang ia kenakan dan menyampirkannya ke pundak Lova. Lova pun menoleh keatas Fano sedang tersenyum kearahnya.
"Kenapa dikasih ke Lova? Nanti Fano kedinginan." ucap Lova sambil ingin melepas jaket yang ia kenakan saat ini.
Fano pun mencegah pergerakan tangan Lova dengan menggegamnya. Fano pun berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Lova yang sedang duduk.
"Udah pakai aja lo lebih butuh." ucap Fano sambil mengusap lembut pipi Lova.
Lova pun tersipu malu karena kelakuan Fano yang berlebihan kepadanya. "Ini pipinya kenapa kok merah gini." goda Fano dengan terus-menerus mengusap pipi Lova.
Lova pun segera menyingkirkan tangan Fano. "Ih Fano apaan sih. Ayo kita pulang hujan udah reda tu." jawab Lova melenggang pergi.
Memang benar sekarang hujan sudah reda dan langit pun berubah warna menjadi jingga melihatkan keagungan sang pencipta.
"Ayo Fano!" ucap Lova geram karena Fano hanya diam ditempat.
Fano menaikkan satu alisnya dan berjalan mendekat ke Lova dengan tangan yang ia silangkan di atas perutnya.
"Gue nggk bilang mau antar lo pulang." ucap Fano dengan wajah menjengkelkan.
Lova pun melongo mendengar jawaban Fano. Kenapa Lova jadi linglung begini. Niatnya disini menunggu hujan reda dan setelah itu ia akan mencari taksi. Tapi mengapa sekarang ia mengajak pulang Fano? Lova memang pelupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVARIA
Teen FictionPercayalah takdir tak pernah salah. Tentang dia, aku, kamu, dan mereka yang terlibat di dalamnya.