16

805 43 0
                                    

Jika dengan memendam rasa aku bisa bahagia dengan mu. Biarlah. Akanku lakukan
walaupun bahagiamu bukan aku.

-expect-


Manda terus berusaha membujuk Ayah-nya untuk memberikannya izin, alasan yang paling manjur adalah ketika dia mengatakan pergi bersama Davin. Saat mengatakan itu ayah Manda langsung memberi izin. Untuk kali ini Manda berterima kasih pada Davin.

"Aduhhh vin cepetan, lama banget sih." Manda sudah menunggu Davin dari setengah jam lalu, membuatnya menggerutu.

"Lo sih, nggak bilang kalau mau pergi. Jadi kan gue nggak ada persiapan." jawabnya sambil memakai jas hitamnya.

"Yaudah cepetan ihhhhh."

Setelah Davin selesai, mereka berdua turun dari kamar Davin. Rumah Davin sedang kosong, hanya ada mereka berdua. Davin mengeluarkan mobilnya dari garasi, membuat Manda menunggu Davin di depan gerbang rumah Davin.

Davin turun dari kursi kemudi dan membukakan Manda pintu, jika Manda memiliki rasa yang sama seperti Davin, mungkin dia akan merasa bahagia. Tapi sayang, hatinya sudah nge-stock sama Kemal.

"Aduhhh, jadi nggak bisa marah kan sama Davin kalau kayak gini." Manda mempoutkan mulutnya saat memasuki mobil Davin membuat Davin terkekeh.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah dengan cat berwarna cream, sebelum turun Manda memperbaiki penampilannya membuat Davin memperhatikannya dan tersenyum.

"Udah cantik kok."

Tidak menghiraukan Davin, Manda membuka pintu mobil Davin dan turun. Mereka berjalan bersisian. Kehendak Davin untuk menggandeng tangan Manda hanya ada dalam fikirannya.

Saat memasuki Rumah Kemal, Manda langsung melihat Kemal berjalan kearahnya. Membuat Manda menunjukkan deretan giginya.

"Manda nggak bawa kado, nggak sempat beli." Ujarnya malu-malu.

Kemal tersenyum mendengar penuturan Manda "Nggak papa, yuk masuk gue kenalin sama Nyokab Bokap gue."

Manda menarik tangan Davin untuk mengikuti Kemal, membuat Davin tersenyum dalam hati, dia bukan orang bodoh jika tidak bisa mengartikan bagaimana cara pandang Manda ke Kemal, membuat bagian hatinya seperti terhantam benda tak kasat mata.

Miris? Iya. Saat orang yang kita harapkan mengharapkan orang lain. Percayalah, jika tau seperti ini, Davin tidak akan ingin jatuh. Tapi, biarlah, ini sudah terjadi. Biarlah dia berharap pada keajaiban bahwa rasanya akan terbalas.

Melihat Davin yang menghayal membuat Manda menginjak kakinya. "Sakit tau Man." Ringis Davin.

Manda hanya menyengir.

Kemal memperkenalkan Manda dan Davin dengan kedua orang tuanya. Dimana disitu juga ada kedua teman Kemal.

Manda mengulurkan tangannya. "Manda tan."

Ibu Kemal tersenyun menerima uluran tangan itu. "Ah, iya."

Kedua teman Kemal, Haikal dan Arul melempar senyum satu sama lain.

"Dia teman Nanda tan." Celetuk Haikal membuat Kemal melemparkan tatapan tajam kepada kedua temannya yang dibalas senyum tanpa dosa.

"Jadi kamu temannya Nanda?" Tanya Ibu Kemal

Mendengar nama Nanda membuat Manda seperti ada yang janggal. "Iya tan, tante kenal Nanda?"

"Iyalah, dia kan-"

Ucapan Ibu Kemal menggantung di tenggorokan karena Mereka di panggil untuk mendekat ke panggung, acaranya akan dimulai.

"Ngapain lo ngomong kayak gitu?" Tanya kemal sarkas.

Expect. [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang