Jika memang tak ada rasa, bersikap biasa saja. Jangan seperti ini. Membuatku terbang dan jatuh dalam waktu bersamaan.
-expect-
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit tadi membuat Manda dan Davin segera menuju lapangan anak ekskul futsal latihan. Davin menggendong tas Manda di depan dadanya. Sedangkan Manda membawa kantong plastik yang penuh susu dan beberapa ice cream.
"vin cemilannya mana?" tanya Manda setelah sampai di taman dekat lapangan dan duduk bersila.
"ntar gue beliin. Lo tunggu disini dulu. Gue pengen ganti baju."
"lah Manda sendiri gitu?"
"nggak, berdua ama setan." balas Davin dengan cengiran.
"nggak mau ah, ntar kan banyak kakak kelas Manda malu tau."
"ngeyel banget sih lu, lu nggak bakal dimakan juga."
"yaudah deh, jangan lupa beli makanan yang banyak, hp lu mana? Sini." Manda mengulurkan tangannya dan Davin segera merogoh saku celananya dan memberikan benda pipih itu pada Manda.
Davin berlari mengikuti teman-temannya untuk mengganti baju.
Disinilah Manda sendiri dengan tangan yang sibuk menggeser layar hp Davin dan sesekali tersenyum. Dia membuka galeri hp Davin dan menemukan fotonya saat libur ulangan tengah semester. Mengingat waktu itu membuatnya terdiam.
Dia mengingat waktu itu sangat jelas, tentang Kemal yang tiba-tiba menghilang hampir dua bulan. Bukan berarti hampir setengah tahun kenal, Manda mengetahui semua tentang Kemal. Tidak, tidak sama sekali. Dia tidak tau apa-apa tentang Kemal, mereka bahkan jarang bertemu setelah ulang tahun Ibu Kemal waktu itu, Hanya sekali dua kali.
"woi bengong aja lu." Arul yang tiba-tiba datang membuat Manda terperanjat.
"eh?"
"ngapain?"
"duduk." jawab Manda seadanya.
Arul berdecak mendengar jawaban Manda. "ck maksud gue lo lagi ngapain duduk disini?"
"ohh itu Manda lagi nunggu Davin."
"hmm iya yah? Tadi kan lu pengen dibeliin ice cream kan?"
"hhehehe iya."
Mendengar Manda terkekeh membuat Arul tersenyum. "eh itu, ticket nonton konser itu lo udah ambil di Kemal?"
"eh belum, kenapa?"
"konsernya kan minngu ini."
Mendengar itu Manda menegakkan punggungnya dan berteriak. "beneran?"
Arul menutup wajahnya, karena murid yang berlalu lalang melihatnya. Dikira dia akan melakukan sesuatu apaan gitu?
"nggak usah teriak." tegur Arul.
Manda meminta maaf kepada Arul dan menggaruk tengkuknya. "heheh sorry."
Perkara ticket itu, Manda hampir lupa. Tika memang cepat membelinya waktu itu agar tidak kehabisan katanya, padahal waktu itu konsernya masih lama untuk di indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expect. [end]
Teen FictionAmanda Rafania. Ya. pemeran utama dalam cerita fiksi ini. Cerita singkat seorang remaja SMA yang menyukai seniornya. Mengikuti alur kisah cintanya membuatnya semakin terjebak dalam kisah tersebut. Ada dua kisah yang ingin dia selesaikan. Tapi harus...