Hari kedua.
Setahu Jinyoung bulan April adalah bulan dimana cuaca sedang pada suhu tertinggi sampai ia teringat bahwa matahari benar benar telah lenyap.
Suhu dingin terasa menusuk kulit ketika termometer rumahnya menunjukan angka minus tiga derajat celcius suhu ruang.
Jinyoung bahkan mengambil beberapa mantel musim dinginnya didalam almari untuk dijadikan selimut.
Ia tidak mengerti. Dingin ini sangat berbeda dengan dingin yang pernah ia alami ketika ia terkena hipotermia atau saat dirinya melakukan ice bucket challage pada musim dingin.
Dingin ini terasa tidak bersahabat.
Jinyoung mengusap hidungnya. Jam menunjukan pukul sebelas malam, batrai ponselnya tinggal seperempat lagi.
Alih-alih menggunakan ponsel sebagai penerangan, Jinyoung menggunakan senter yang ia temukan di kotak perkakas bersama beberapa buah lilin aroma terapi.
Tidak ada yang spesial dari makan malam hari ini. Hanya beberapa bungkus biskuit dan segelas air mineral.
"Gak kenyang."gumam Jinyoung pelan.
Helaan nafas mencelos dari bibir mungilnya. Pandangannya beralih ketika netranya menangkap sesuatu yang ganjil dari jendela belakang rumah.
Buru buru Jinyoung keluar dari kediamannya. Sebuah cahaya kebiruan berkedip kedip di langit beberapa kali, mungkin dari distrik sebelah?
Entahlah, Jinyoug sendiri tidak tahu.
Pemuda bae itu langsung melangkah mundur ketika cahaya itu kian mendekat. Kerangka tubuhnya menangkap sinyal bahaya yang datang lantas langsung masuk kedalam rumah kemudian mengunci pintu belakang.
Dan ya benar saja, setelah itu terdengar ketukan kencang tak sabaran dari luar sana. Bahkan sesosok entah itu siapa sekarang mencoba mendobrak pintu rumah Jinyoung.
Jinyoung berlari kemudian bersembunyi dibalik sofa. Dadanya bergemuruh naik turun, nafasnya tersenggal.
"Stop."ucapnya parau.
Setelah itu hening. Ketukan maupun dobrakan tak lagi terdengar. Entah itu suatu pertanda baik atau buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] THE SUN VANISHED ✓
Fanfictionthe darkest district series[1]: matahari telah lenyap, begitu juga dengan semua orang. ▬ft 00 squad