"CUT!"
Salsa segera melepaskan pagutan bibir mereka saat suara Sutradara terdengar. Sambil menghela napas panjang, Salsa mundur beberapa langkah, dan menatap tajam pada Aldrich. Tangan Salsa bersidekap di depan dada. "Kenapa lo bisa ada di sini?"
Aldrich hanya mengedikan bahunya dengan acuh. "Lo aja bisa seenaknya masuk ke hidup gue, kenapa gue nggak?"
Alis Salsa kini mengernyit tidak suka. "Tapi, kan, beda!"
"Apa bedanya?"
Seketika, Salsa terdiam. Ya, apa bedanya? Oh ya, tentu saja ada. Salsa kan memasuki hidup Aldrich dengan alasan, dan juga perintah almarhum Manda. Jadi, bedanya ya itu. Salsa mendengus pelan. "Bedanya, ya lo ..." Salsa menghentikan ucapannya, dan mulai berpikir.
Namun, Aldrich tidak mau membuat Salsa terus berpikir, karena laki-laki itu tiba-tiba saja menarik pinggang Salsa sna mendekatkan tubuh keduanya. Senyum Aldrich yang menawan, mampu membuat Salsa terpaku dan menatap Aldrich dengan tatapan kagum. Aldrich menempelkan kening dan hidung mereka. "Lo tau? Kalo lo mau jaga gue, ada satu hal yang bisa lo lakuin."
Salsa menelan ludahnya sejenak saat merasakan jika mulutnya memproses saliva lebih cepat. Sambil terengah pelan, Salsa balas menatap Aldrich. "Apaan, tuh?"
Aldrich kali ini mengganti senyumnya dengan sebuah senyum miring. "Lo akan tau," ucapnya, lalu melepaskan pelukannya, kemudian mengecup puncak kepala Salsa. "Besok, lo ke kampus, kan?"
"Hah?" Salsa linglung sesaat. Jujur saja, perilaku Aldrich yang amat sangat aneh menimbulkan hal aneh juga pada dirinya. Salsa mendengus pelan. Ayolah, Salsa ini bukan remaja yang mudah jatuh cinta. Kenapa juga dia berdebar saat ini?
"Sa?"
Salsa mengerjap, menatap sekitarannya, lalu kembali menatap Aldrich. "Ya?"
Aldrich hanya mengangkat sebelah alisnya, sedangkan Salsa berpikir keras tentang apa yang tadi Aldrich tanyakan.
Salsa mengangkat kedua alisnya, mengerjap cepat, lalu menjentikan jarinya. Dia kali ini mencoba tersenyum. "Yes, KaTing. Besok hari pertama gue ke kampus."
Aldrich hanya mendengus, lalu terkekeh pelan. "So? See you tomorrow?"
Salsa menggelengkan kepalanya pelan. "See you evening. Gue mau main ke apart lo lagi," ucapnya, membuat Aldrich mendelik. Namun, Salsa dapat melihat unjung bibir Aldrich tertarik ke atas, membuat Salsa ikut tersenyum. "Oh iya. Btw, kenapa lo nggak ngampus?"
Aldrich hanya mengedikan bahunya pelan, membuat Salsa yang kali ini mendelik sebal. Aldrich tersenyum. "Gue harus balik sekarang. Gue ada urusan lagi."
Salsa menggeram sebal. "Menurut lo, apa gue nggak sibuk?"
Aldrich tertawa pelan. "Nanti mau makanan apa? Biar gue beliin."
"Hmm," Salsa memutar matanya ke atas, lalu menyimpan jari telunjuknya di dagu. Sebelah alisnya di naikan, dan bibir atasnya ia gigit. "Ramen, steak, spaghetti, pizza, dan tambahan ..." Salsa tersenyum miring. "... wine." lanjutnya, membuat Aldrich lagi-lagi mendelik. Salsa tertawa pelan. "Go! Don't late, and don't forget."
Aldrich mendengus. "Harusnya, gue yang bilang kayak gitu."
"Right," ucap Salsa sambil memegang bahu Aldrich, dan membalikan tubuh lelaki itu hingga membelakanginya. Salsa lalu mendorong pelan punggung Aldrich, lalu menepuk bahu Aldrich dengan pelan. "So, good bye, and take care."
Aldrich akan berbalik, namun Salsa segera menahan bahunya. Alhasil, lelaki itu hanya menoleh dan tersenyum miring. "Nggak ada goodbye kiss?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Possessive KaTing [BADASS #3]
Чиклит[Badass Series] [Based on True Story] "APA?! Tunggu! Tunggu! Adegan ciuman? Maksudnya, lo beneran ciuman?" "Hm." "APA?!" "Aduuuhh, berisik deh ah. Nggak usah sok kaget gitu, deh. Adegan ciuman bukan apa-apa." Aldrich menatap tajam pada Salsa yang be...