Kapten kesebelasan dipilih bukan hanya karena kepemimpinan dan daya organisasinya. Namun, juga afdal kalau ia all around: jangankan di saat darurat menggantikan posisi di belakang, depan, atau tepi, jadi kiper pun siap.
Pada olimpiade fisika, biologi, berbagai invensi riset-riset sains di kalangan pelajar, Indonesia langganan juara. Dalam teater anak-anak, Indonesia juara. Termasuk juga jenis seni apa pun jika diperlombakan di tingkat dunia. Kualitas Indonesian Idol haqqulyaqin berani tanding versus American Idol. Bikinlah riset tentang peran patriot-patriot pakar-pakar Indonesia di berbagai perusahaan dunia yang diabaikan di negerinya sendiri. Tunggulah invensi teknologi garda depan buah karya putra bangsa kita di Jepang yang akan mengubah secara radikal konstelasi pasar dunia.
Silakan disebut bidang-bidang apa saja yang bangsa Indonesia tidak potensial untuk unggul. Kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, ijtihad, makanan, meta-manajemen, kreativitas hidup, survivalisme, ketangguhan mental, kenekatan, apa saja yang bangsa lain belum tentu memiliki kemampuan semacam itu. Jumlah orang pintar dan enak mengaji di Indonesia bisa seratus kali lipat dibanding di Arab Saudi. Suruh pemuda pemudi di kampung, di kafe restoran dan warung, suruh nyanyi jazz, blues, country cengkok negro terbaru, kasidah Arab, klasik, modern atau apa saja. Namun, coba minta satu penyanyi Amerika menyanyikan "Es Lilin" atau "Yen ing Tawang Ono Lintang".
Utusan masyarakat Mesir mengantarkan dana untuk Indonesia yang krisis, begitu masuk Jakarta dia batalkan niat itu karena bengong: "lho mana krisisnya?"
Jutaan orang lalu-lalang belanja barang mewah di sana sini, makan sedap di setiap tempat, dibanding Kelapa Gading saja Kairo kalah putaran uangnya dan fasilitas kemewahannya. Ini negara mengalami krisis tak habis-habis, tetapi di sana sini banyak orang hidup mewah, makan banyak, beli ini-itu tak pernah sepi.
Inilah negara yang selalu dilaporkan segera kolaps, tetapi tertawa dan senyum dan dadah-dadah di sana sini, bahkan koruptor melambaikan tangan ke kamera tivi dengan senyum cerah.
Gordon Brown menonton pertunjukan satu kelompok musik Indonesia di London. Di akhir acara ia berpidato, menganalisis dan menguraikan:
"Musik yang barusan kita nikmati, ragam bunyinya, pola aransemennya, sikap budaya dan kemanusiaan yang melatarbelakangi proses penciptaannya, saya temukan bisa menjadi contoh formula tata dunia yang akan kita bangun bersama. Yakni semua unsur budaya, semua lingkar bangsa-bangsa, semua agama, keyakinan, dan ideologi, bersama-sama mengupayakan titik temu, peluang kerja sama, dengan semangat perdamaian dan prinsip demokrasi, membangun sebuah peradaban baru milenium semesta yang indah."
Kemudian dia menjadi Perdana Menteri Inggris.
Aspirasi yang sama dipidatokan oleh Wali kota Teramo sesudah menyaksikan pertunjukan sebuah grup musik Indonesia di kotanya. Grup ini mengkhususkan diri pada salah satu nomor musik agak panjang yang diangkat dari lagu "kalimah" milik penyanyi Majdah Rumi, seorang Kristiani, Lebanon, yang diaransemen menggunakan gamelan dan dengan watak serta cengkok Indonesia.
"Ini lagu Timur Tengah, disuarakan dengan logam-logam Indonesia yang masyarakat Italia masih sangat asing kepadanya. Namun, di dalam nomor itu kita sangat bisa menemukan Italia, merasakan dunia Barat dan Timur sekaligus dalam satu harmoni, menikmati hampir semua anasir dari berbagai aliran musik. Dunia dan seluruh umat manusia dipersatukan dalam keindahan, cinta, dan semangat untuk menyatu. Bahkan ketika gamelan membunyikan notasi Sole Mio, telinga Teramo saya merasa aneh, tetapi hati Italia saya menikmati keindahan yang tak kalah dibanding yang biasa kita rasakan."
Gubernur Ismailia di akhir pertunjukan musik Indonesia berpidato dengan ungkapan sufi: "Inilah Andalusia yang hilang. Saya menangis dan andaikan boleh menawar sejarah, saya mau tidak pernah ada Perang Salib atau Perang Sabil. Saudaraku semua dari Indonesia, kalian telah menjadi bagian dari hati kami bangsa Mesir, kalian sudah menjadi penduduk Kota Ismailia, dan saya akan masuk neraka kalau ada di antara saudara-saudaraku ada yang tidak bergembira hatinya selama berada di Ismailia."
Kapan-kapan kalau ada luang saya kisahkan tentang "kapten Indonesia" memprasastikan partitur dan demung di conservatorio di Musica San Pietro A. Majella, Napoli, Saron "Gundul Pacul" di gedung Dunia Kemenlu Jerman, Berlin, lalu di Goumhuriyya Kairo tempat bersinarnya Kaukab as-Syarq, Si Bintang Timur, dan di Vatikan, I'll Papa I'll Papa .... Cobalah tengok masa depan dunia, di mana letak Tiongkok, India, dan Indonesia ....
Beberapa tahun yang lalu Newsweek edisi Asia mengumumkan 5 Asian Trend Makers, lima figur penggiring kecenderungan, memengaruhi suatu gejala atau formula perilaku atau kreativitas budaya dalam skala masssal. Salah seorang dari lima figur itu adalah orang Indonesia.
Akan tetapi, bangsa Indonesia tergolong manusia jenis kedua: orang yang hebat tetapi tak tahu bahwa dia hebat. Jenis pertama orang hebat dan tahu dia hebat. Jenis ketiga orang tak hebat, tetapi tahu kalau dia tak hebat. Keempat, orang tak hebat dan tak tahu kalau dia tak hebat.
Jenis keempat ini suatu segmen dan kelas peradaban yang semakin hari kehilangan parameter hampir di segala bidang, tetapi berkuasa. Dalam pusaran itulah Indonesia menjadi semakin tidak mengerti dirinya sendiri. Ketidak-hebatan saja tidak dimengerti, apalagi kehebatan.
Maka Si Kapten Dunia tidak pernah mengerti dirinya. Ia sangat kagum dan takut kepada Rambo karena tidak ingat bahwa Rambo itu khayalan yang diciptakan oleh orang yang kalah. Dan, ternyata khayalan orang kalah saja cukup untuk membuat kita takut kepada orang kalah itu. []
KAMU SEDANG MEMBACA
KAGUM KEPADA ORANG INDONESIA
AcakAKU TULISKAN KEMBALI SEMOGA ADA HIKMAH YANG BISA DITEMUI DI TENGAH "MULTI-KRISIS" YANG MENIMPA AKAN SANGGUP KITA HADAPI SECARA BERSAMA KUPERSEMBAHKAN UNTUK KITA SEMUA KAGUM KEPADA ORANG INDONESIA KAGUM KEPADA ORANG INDONESIA ISBN - 978-602-291-133-3...