2

34 3 0
                                    


Ibu adalah ayat ayat cintaku
Mencintaiku adalah tugasnya
Lembutnya merangkul
Segala yang dingin menjadi hangat kembali
Setiap nafasnya memberiku hidup
Untuk kembali mengedarknnya lewat sela jari

Andai..bisa ku jabarkan ibu
Tentangmu yang memproduksi cinta dengan air mata
Tentangmu sosok mulia idaman pria
Wujudku ini sangat berbahagia
Dibesarkan..dimandikan dengan keringat cintamu
Peluklah wujudku ini
Ciumlah ibu
Katakan padaku
Bahwa dirimu teramat sangat mencintaiku
Maka..kelak..akan kubuat surga untukmu..

"....."
Pulpen tanpa tangan tergeletak beriringan dengan lelah, mata terpejam tanpa sadar.

Klek!
Pintu terbuka menyambut sosok tulang punggung keluarga bahagia.
"De?owh ternyata sudah tidur..hm" sang ayah menyelimuti putri tunggalnya.

Ketika itu tarikan selimut memunculkan sebuah goresan dikertas, ya puisi. Ayah Dea sudah paham apa yang selalu dikerjakan anaknya itu saat tidak ada tugas. Tanpa ijin, sang ayah membawa karangan itu untuk menunjukan pada sang ibu.

                             ***

'Bu Anjani (ibu Dea)'

Ibu Anjani, ibu Dea, sangat gemar memasak. Masakannya selalu digemari keluarga. Beliau membuka ketering kecil-kecilan, ya cukup ramai pesanan.

"Bu?" Ayah datang menghampiri sang istri yang sedang sibuk memasak.

"Iya yah..ada apa?" Dengan lembut menjawab sang suami.

Mereka sangat serasi. Kalau pertengkaran memang kadang ada, namanya juga rumah tangga. Tapi kalau sudah bicara soal anaknya, jadwal ketering sampai ditinggalkan. Bagi mereka putri tunggalnya adalah harta yang tidak bisa dibagikan pada siapapun, termasuk Tuhan.

"Ini lho bu, si Dea nulis puisi tentang ibu." Seolah anak kecil yang baru saja dapat hadiah, ayah memang lucu, dengan sang istri seperti teman sekolah saja.

"Oh ya?coba bacakan yah. Ibu sedang buat racikan."mengelap dahinya itu yang berkeringat.

"Oke."

                                ***

Tringtringtring!!..

"Emmh.."
Deane menguap lebar-lebar. Tersesat dalam silaunya surya dibalik tirai jendela.

Dia teringat akan tugasnya membuat sebuah puisi. Tapi dimana?, Dea mengobrak abrik kasurnya, membuka-tutup lemari, namun tak ada wujudnya.

"Dea sudah bangun?"
Sang ibu mengagetkan Dea, Dea hampir jatuh tersungkur karenanya.

"Selamat pagi bu.." menyapa sang ibu tanpa menatapnya.

Dea sibuk mencari puisinya, tanpa disadari ibu mendekat lalu mengulurkan secarik kertas, puisi Dea. Dea tersentak, wajahnya yang lesu memerah tanpa sebab. Terkenal baik dimata orang, tapi Dea selalu malu jika ada yang membaca puisi Dea, baginya kelebihan bukan untuk diumbar ataupun diketahui banyak orang, baginya kelebihan itu dimanfaatkan untuk kebahagian hati dan mempertahankan harga diri.

"E e e..ini milik Dea bu..Ibu dapat dari mana?" Terbata-bata Dea berusaha menyembunyikan wajahnya dari sang ibu.

"Ayahmu tadi malam yang memberikan pada ibu. Puisimu bagus nak, terimakasih." Sontak sang ibu langsung mencium kening sang anak. Lalu pergi meninggalkan Dea.

Deane's LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang