4;Baper

20 2 0
                                    

Mata hadir bagai mimpi. Jantung berdetak tiada henti.

                           ***

"Nana.." bisik hati.

"Hah siapa?! Mana nana?"

Tiana heran dengan sahabatnya ini. Tiana ingin sebenarnya bertanya, apa yang menjadi beban sahabatnya. Apa yang sedang ia pikirkan. Apakah menyangkut Tiana atau bukan. Apa tentang ibu. Atau apakah cinta. 'Cinta' ya mungkin itu gejolak hatinya. Tapi kali ini lain. Tampaknya berat matanya untuk terbuka. Berat sekali untuk menerima dunia.

"Dea?kamu liat Nana?dinamana sih?" Tiana mencoba halus.

"Dengan Dav.." seketika air mata jatuh menimpa pipi merah cuby sang Deane.

Tiana semakin yakin Dea telah jatuh hati pada David. Adik kelas super pinter, super cakep bagi Tiana. Terkenal baik ramah sopan. Seumuran tapi tetep aja adik kelas.

"Dav?"

"Ah hah?e e e nggak bukan apa-apa."
Sakit yang kesekian kalinya mencuat dari hati, keluar dari mulut, tergores dari mata.

"Dea lo cemburu kah?"

"Enggak kok."

"Trus tu lo nangis, artinya apa dong?"

"Siapa yang nangis"

"Lo."

"Enggak na."

"Dea, nggak papa lo cinta. Ga ada salahnya kok. Hidup itu tantangan hati. Kalo dia bukan buat lo, setidaknya dia berguna buat temen lo bahagia. Nah, sekarang itu jamannya cewe nentuin. Mana yang clop mana yang kawe,,,hahahaahaa. Udah la, masih banyak hati yang lain yang menanti tuk kau singgahi🎵🎶"

"Dah mulai kan lo."

Ketawa Dea jadi ketawa Ana. Pelukan makin erat hangat jadi ikatan sahabat. Mungkin sampai nanti. Sampai berhentinya denyut nadi.

                           ***

Lewat pukul satu siang. Dea belum juga keluar kelas. Ulangan Bu Endar kali ini lumayan sulit. Tapi dibuat gampang oleh Tiana makanya keluar awal.

"Eh buset. Anak ini kalo ulangan teliti banget kali yak. Heran gue, kalo ga bisa dipaksa bisa tu orang. Anak manusia bukan sih. Untung sahabat gue loh." Menggerutu sendiri.

Klek!pintu kebuka.

"De. Eh tak kira Dea, ternyata lo Bray brengsek."

"Eh lo kalo ngomong sekolah dulu dong."

"Lha ini lagi sekolah. Ngigo kali lo ya. Si Dea mana?"

"Tu masih banyak yang belom dikerjain."

"Yah lama banget dah:3"

"Ngapain sih. Nunggu?"

"Ya ialah masa mau bikinin kepal milo."

"Yakali. Lo pulang aja sana. Takut sambelnya kemakan gajah. Ntar biar gue yang nganter Dea."

"Kesambet apaan lo!? Gak ga mau gue. Nanti lo apaapain tu Dea."

"Sembarangan lo ya"

"Emang iya kan. Lo kan sukanya ngebuli Dea. Dea cupu lah. Dea apalah. Dea inilah. Dea itulah. Bisanya bikin malu orang tau gak!"

Tercengang mendengar kritikan pedas tanpa air. Brayen mendekati Tiana.
"Mau apa lo. Mau lawan gue hah?"

Semakin dekat. Dan dekat sekali.
"Heh jangan macem-macem lo ya!"

"Pak Hendru.." Bray mengecup tangan pak guru super manis semanis batu gula.

"Ya Tuhan Yang Maha Esa Maha Suci Maha Sempurna. Bray lo kok gak ngomong dari tadi sih." Pipi tirusnya memerah.

"Lo ngoceh aja dari tadi sob. Udah sana mendingan lo pulang. Biar nanti Dea sama gue. Dijamin selamat dunia akherat."

"Ya udah tapi awas lo ya!"

"Santai aja bro,,,hahah"

Tiana meninggalkan si songong.
"Kok gue mendadak degdegan gini ya. Ih jibang banget. Jangan sampe gue suka sama Brayen Alimahi yang sok suci. Sok pinter. Sok ganteng itu. Hoek. Eh tapi beneran ini ih:')))"







.
.
.
.
Satu kalimat buat para cowo;jauhin kalo ga akan pertahanin:!

Deane's LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang