9;Dav 2

20 1 0
                                    

"Selamat pagi dunia."
mengucapkan sendiri.

Pagi ini mentari menyambut Dea dengan hangat. Menarik medan bibirnya memebentuk sebuah senyum manis.

"Semesta..
Terimakasih atas cahaya
Dea bersyukur mata ini masih bisa bertemu surga
Dea berharap..
Dibalik artikel hari ini
Akan ada cinta
Dari seorang Ibu kepada Dea.."

Tok!Tok! Ibu masuk.
Kali ini ibu membawakan susu hangat untuk Dea. Dea sendiri terkejut melihat ibunya tiba-tiba masuk. Ibu dengar puisiku tidak ya?pikir Dea.

"Ibu dengar,,,,"

"Dengar apa bu?!" Sontak Dea memotong kalimat ibunya.

"Ibu tadi dengar kamu bicara. Tapi dengan siapa?"

Dea menarik napas panjang lega. Dia pikir ibunya akan dengar, tapi tidak. Kalau iya, Dea akan malu dibuatnya.
"Huh ya sudah."

"Iya diminum ya susunya. Habis itu mandi. Nanti akan ikut ibu ke pasar tidak?" Mengelus rambut Dea yang sedang meminum susunya.

"Ikut lah bu!.."

"Ya sudah cepat."

Dengan segera Dea menghabiskan susunya. Membiarkan gelas kaca itu mematung di meja kamarnya.

                         ***

"Sudah sampai sini mau beli apa kamu?" Ibu bertanya.

"Mmm Dea ingin miyam Mamang Adi."

"Ya sudah."

Membelinya untuk dua porsi. Dea memang anak ibu, tapi juga anak ayah. Dea sayang ayah seperti Dea sayang ibu. Kalo ditanya mirip siapa,,Dea mirip ayah pastinya.

Tidak disangka kembali dikejutkan. Kehadiran adikel tampan seumuran, sukses membuat pipi cuby nya memerah drastis. Jantungnya mulai terdengar. Dea takut Dav akan mendengar detak jantungnya yang kencang. Konyol.

"Lagi ngapain lo De?" Tanya Dav.

Kebetulan ibu Dea sedang membeli botol air untuk Dea.

"Em gue beli miyam lah. Masa disini beli sendal."

"Ya kelek lo lagi bantuin Mang Adi jualan."

Dea sukses tertawa geli mendengar gaya bahasa Dav yang konyol itu.

"Ini mbak mienya." Jelas Mamang.

"Oh iya. Berapa jadinya mang?"

"12.000 mbak."

"Ya..ini uangnya."

"Terimakasih."

"Sama-sama mang."
Akan pergi namun sulit menunggalkan. Aneh.

"Lo beli juga Dav?"

"Gue ya mau ketemu sama lo lah."

"Ketemu gue?" Dea miris ingin tersenyum.

"E e maksud gue,,gue mau beli. Iya mau beli ini, apa namanya? Mie ayam. Ya gue mau beli juga." Gugup mulutnya.

"Owh ya udah gue duluan ya." Sebenarnya Dea masih ingin bercakap. Namun waktu tidak bersahabat, kini Dea bersyukur, Minggu menjadi penghubung pertemuannya.














Apakabar Bray :?

Deane's LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang