Another Matahari Story - Part 2 - Ari Version

1K 15 0
                                    

"Lo ngapain sih tadi sama cowok itu?" Dhea melirik sekilas. Dipandanginya selembar kertas berisikan nama - nama grup seperjuangannya untuk ospek selama seminggu kedepan. Ada nama sahabat baiknya juga disana. Dhea menghela napas lega. Tantangan apapun akan dikibasnya habis - habisan selama ia bersama Ari ini. Arinna.

"Sama maba juga. Tapi gak kenal sih gue. Tadi dia sok akrab gitu sama gue. Tapi gue gak habis pikir banget deh, De. Masakan dia maba berani banget pakai baju bebas gitu. Pasti bandit banget tuh orang pas SMA. Gue sumpahin dia dihabisin selama ospek ini. Mampus dia!!!"

Arinna cengengesan. Dhea melirik. Geli.

"Iya. Bandit couple deh lo berdua. Kan lo juga sama bandelnya pas SMA. Hehe."

Arinna sontak mengetuk kepala Dhea dengan spidol. Nyaring.

"Gila!!! Sakin pinternya tempurung kepala lo udah gak ada isinya, De!!" jerit Arinna heboh. Ia tertawa lepas.

"Sial lo!"

"Grup matahari?" satu lagi jebolan PLUTO GOT TALENTS muncul di hadapan keduanya. Dia cowok jangkung dengan kacamata yang tak kalah besarnya dengan milik Dhea, dan tentu saja, seragam ospeknya.

"Iya. Lo grup matahari juga?" Dhea menyahut.

"Gue Adam. Adam Supeno. Mahasiswa fakultas matematika dan ipa jurusan biologi." jelasnya.

"Gue Dhea. Ini sohib gue Ari."

"Maaf siapa?"

Arinna langsung cemberut. Pasti salah namanya lagi. Kenapa sih nick name nya harus itu. Kesal.

"Arinna. Panggilannya Ari." Dhea menjelaskan, kikuk.

"Ya udahlah. Lo satu grup sama kita kan? Cari Aldimas Bahri, ya. Dia ketua kita."

Si Adam langsung nurut.

Upacara pembukaan masa orientasi alias ospek segera dimulai. Semua maba berbaris rapi dengan grupnya masing - masing. Hening. Barulah keheningan itu pecah setelah rektor kampus menyalami inspektur upacara, dan berakhirlah sudah 1,5 jam lebih upacara yang kelewat hening itu.

"Untung gue gak kesurupan De selama upacara." komentar Ari.

"Kebiasaan sih lo. Bikin gaduh pas upacara. Untung gue gak harus pura pura ayan buat nolongin lo, kalau kalau lo ketangkep ngobrol tadi. Thanks banget, Ri." Dhea menepuk nepuk bahu Ari dengan bangga. Lalu tertawa.

"Ehm ehm!!" deheman itu menyentak keduanya.

"Lo berdua masih diizinkan tenang sampai acaranya benar - benar selesai."

Dhea bergidik dan langsung mematung. Takut pasti, dimarahin senior euy!!. Sementara Ari tenang tenang saja.

Ari tenang tenang saja.

Ari,,,!!!

"Eh elo! Ngapain lo disini. Pake keluar barisan lagi! Jauh jauh sana. Ntar kita kita ikut dimarahin!" bentak Ari langsung. Dipelototinya makhluk yang menegur mereka tadi, yang ternyata cowok sok asik yang ditemuinya sebelum upacara ini dimulai.

Dia yang dibentak cuma tersenyum. Lalu pergi.

"Wah sialan tuh bocah. Belagu amat!"

Arinna tampak mencari cari sesuatu. Dapat!!

"Kak!" panggilnya.

Si kakak menghampirinya. Dhea mulai ketar ketir takut Arinna berbuat gila lagi.

"Tuh kak. Ada yang curang. Masa gak pakai seragam terus berkeliaran gak dimarahin. Padahal kan sama sama baru disini. Gak adil." serang Arinna.

"Siapa?"

"Itu yang pake kemeja ijo. Yang jalan ke depan. Siapa sih dia. Jangan diskriminasi dong, kak."

Bayu mengikuti arah telunjuk gadis yang mengadu itu. Ia sesaat memikir. Lalu nyaris tertawa. Ditahannya dalam bentuk senyum yang manis sekali. Tatkala Dhea yang melirik diam diam, langsung meleleh.

"Oh itu. Lo liat aja dia siapa."

Arinna bingung. Dan kebingungannya terjawab sudah. Matanya nyaris keluar dari kelopak kalau tawa Bayu tidak segera meledak. Mati gue!!!

"Selamat pagi. Oke kenalin saya Ari. Saya mewakili kakak, abang, mas, mbak semua yang bakal mendampingi lo semua selama masa orientasi. Maaf gue langsung pakai lo gue aja ya. Biar lebih akrab. Lagipula formalitasnya sudah kan, pak." Ari seolah meminta persetujuan pak rektor. Rektor itu mengacungkan jempolnya pertanda setuju.

"Oke. Gue dari fakultas teknik jurusan teknik geologi. Gue semester 7 sekarang, bareng teman teman lain. Dan gue berharap banget orientasi ini ..............."

Arinna diam. Lidahnya kaku. Jiwanya mungkin melayang sudah. Wajah Bayu muncul nyaris beberapa senti di depan wajahnya.

"Itu anak baru, gantiin ketua senat yang lagi berhalangan. Dan dia, semester tujuh!!"

Arinna meringis. Wajahnya kontan memelas. Ditatapnya Bayu dengan muka sebelas dua belas orang utan.

"Sorry gue gak tau kak..."

"Lo sih, Ri. Cari mati kan..." dumel Dhea geram. Dicubitnya lengan Ari.

Bayu pergi. Dengan sejuta senyum pasti. Dibiarkannya kedua cewek manis yang kebingungan plus feeling guilty itu. Gapapa, pelajaran, batinnya.

Hampir 10 menit di podium upacara menjelaskan semua hal tentang kampus, terkhusus seputar orientasi, Ari pun turun. Ia menjabat tangan rektor dan beberapa dosen di dekatnya. Ari bangga sekali. Bukan apa apa. Dia hanya terlalu bahagia mendapati wajah wajah baru nan polos di hadapannya, yang artinya namanya bersih sekarang. Benar benar bersih. Bahkan tak ada satupun dosen yang memandangnya jijik. Hufttt... Lega gue....

Ari langsung menghampiri Bayu. Ia pikir tugasnya selesai. Dan sekarang harus berpamitan.

"Bay, gue pamit ya."

"Loh mau kemana? Buru buru banget!"

"Gue cuma mau pidato doang. Udah kelar. Gue balik ya. Males banget beginian." jawab Ari jujur.

"Ck. Gitu amat lo."

Ari mengangkat sebelah alisnya. Ga peduli.

"Ada cewek yang benci banget sama lo, ya? Tu di barisan situ."

Ari melirik ke barisan yang ditunjuk Bayu dengan dagunya.

"Siapa? Gue gak kenal siapa siapa."

"Masa? Buktinya dia kenal sama lo."

"Biarinlah. Gue balik ya." Ari menepuk pundak Bayu dan berlalu.

Another Matahari StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang